Natal dan Tahun Baru

Renungan Natal, Pdt Paulus Ajong: Natal Momentum Menggelorakan Hidup yang Bersahabat

Adapun Tema Natal PGI-KWI 2019 adalah Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang

Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MARPINA WULANDARI
Pendeta Paulus Ajong (Kiri) dan Ketua panitia Gala Dinner, Andreas Lani (kanan) 

Tanah Palestina tidak pernah kering dan selalu dibanjiri darah. Setiap orang hidup dalam teror dan ketakutan. Bahkan bayi Yesuspun sempat diungsikan orangtuanya ke Mesir (Mat.2:1-8)

Bagi umat Kristiani, peristiwa kelahiran Yesus Kristus, adalah upaya nyata inisiatif Allah untuk memulihkan hubungan yang saling menindas dan membahayakan.

Allah berkenan masuk ke dalam sejarah manusia dalam Yesus Kristus. Firman telah menjadi manusia dan tinggal diantara kita (Yoh.1:14).

Natal adalah inkarnasi Allah ke dalam dunia supaya manusia kembali bersahabat dan berdamai dengan Allah dan bersahabat juga dengan sesama.

Selanjutnya Yesus selama hidup-Nya dari kelahiran, karya, pengajaran, dan diahkhir hidup-Nya memperlihatkan kualitas hidup yang penuh persahabatan dengan semua orang.

Lahir dalam kesederhanaan dan ketiadaan tempat; menimbulkan sukacita dan harapan bagi orang-orang kecil (para gembala).

Yesus merangkul semua orang, tidak memandang muka, orang sakit disembuhkan, yang tersesat dibawa pulang, orang berdosa diampuni, pengajarannya penuh cinta kasih yang memanusiakan.

Hati-Nya selalu dipenuhi belas dan kasih. Bahkan Ia tidak menganggap hubungan-Nya dengan para murid sebagai hubungan tuan dan hamba, melainkan hubungan sebagai sahabat (Yoh:15:14-15). Lebih lanjut Ia rela mengorbankan nyawa-Nya untuk kebaikan semua orang.

"Pesan utama dari tema Natal tahun ini, bahwa inisiatif kesediaan Allah untuk merangkul manusia yang berdosa, bermakna agar kemuliaan Allah menjadi nyata dalam relasi antar sesama manusia yang dikuasai nafsu kekuasaan untuk saling meniadakan dan membinasakan yang terkondisikan oleh perbedaan latar belakang identitas-identitas suku, agama, ras dan golongan," ungkap Pdt. Paulus Ajong

Sehingga perbedaan-perbedaan latar belakang bukan menjadi ancaman bagi kehidupan dan kemanusiaan, tetapi justru menjadi sumber kekuatan.

Perbedaan menjadi kekuatan, apabila semangat persahabatan dalam peristiwa Natal mendorong umat untuk hidup saling terbuka, menerima, mengasihi, mengampuni, menghormati, toleransi; serta menjauhkan diri dari pola relasi yang saling merasa benar sendiri, ingin menang sendiri, dan saling mengeliminasi.

Semangat persahabatan akan membuka kesadaran bersama, bahwa hidup dalam keadaan rukun dan damai jauh lebih luhur daripada hidup dalam suasana curiga, prasangaka, saling iri dan bermusuhan. Untuk itu diperlukan kesediaan menjadi sahabat bagi semua orang.

Persahabatan harus dimulai dari masing-masing diri sendiri, bersedia menjadi sahabat bagi orang lain, tanpa memandang perbedaan latar belakang apapun.

Pada saat yang sama, adanya kesediaan memberikan tempat, ruang dan kesempatan bagi orang lain yang tidak sebudaya, seagama, sesuku dengan kita untuk bersama-sama menikmati ruang publik, termasuk dalam konteks keindonesiaan, sambil mensyukuri dan mengedepankan semangat Bhinneka Tunggal Ika, berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dalam wadah NKRI.

Sehingga Indonesia semakin maju dan sejahtera, rukun dan damai. Selamat Natal 25 Desember 2019 dan selamat tahun Baru, 1 Januari 2020. Tuhan memberkati. Amin.

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved