Natal dan Tahun Baru

Renungan Natal, Pdt Paulus Ajong: Natal Momentum Menggelorakan Hidup yang Bersahabat

Adapun Tema Natal PGI-KWI 2019 adalah Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang

Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MARPINA WULANDARI
Pendeta Paulus Ajong (Kiri) dan Ketua panitia Gala Dinner, Andreas Lani (kanan) 

SEKADAU- Ketua Umum PGIW Kalbar, Ketua Resort GKE Pontianak, Pdt. Paulus Ajong, M.Th memberikan renungan Natal bagi seluruh umat yang merayakan natal tahun 2019, Senin (23/12/2019)

Adapun Tema Natal PGI-KWI 2019 adalah Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang (Yoh.14:14-15).

Maksud dan tujuan tema Natal ini sangat bermanfaat dan relevan bagi manusia sebagai mahkluk sosial.

Sebagai mahkluk sosial, kita tidak mungkin dapat hidup sendiri. Kita perlu hidup berdampingan dan bersama-sama dengan manusia lainnya.

Ucapkan Selamat Natal, Ini Makna Natal Menurut Bupati Paolus Hadi

Dalam konteks hidup bersama dengan manusia lainnya, maka sangat penting adanya hubungan, relasi, interaksi, komunikasi dan sosialisasi yang saling bersahabat antar sesama.

Karena hubungan yang saling bersahabat mengandung prinsip saling terbuka, menerima, menghormati dan toleransi. Alkitab menggambarkan hidup saling bersahabat seperti besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal 27:17)

Hidup yang saling bersahabat antar sesama manusia, apapun perbedaan latar belakang identitasnya menjadi sangat penting, mengingat sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa hingga saat ini, hubungan, pergaulan, relasi, interaksi, komunikasi dan sosialisasi, lebih dominan kurang atau tidak bersahabat satu dengan lainnya.

Hubungan antar sesama manusia, lebih dominan diwarnai saling iri, dengki, benci, dendam dan amarah ketimbang saling bersahabat, rukun dan damai.

Bahkan Alkitab mencatat, hubungan yang kurang bersahabat sudah hampir setua sejarah manusia dan terjadi mulai dalam lingkup keluarga sekalipun (Kain membunuh saudaranya Habel, Kej. 4).

Lebih lagi, pola hubungan yang saling tidak bersahabat juga dominan mewarnai peradaban sejarah umat manusia. Hal itu dibuktikan, dari 3.400 tahun peradaban umat manusia yang tercatat sejarah, hanya 250 tahun saja hubungan antar sesama manusia saling memanusiakan; selebihnya manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya.

Mengingat perjalanan panjang dominasi hubungan yang saling merendahkan dan mengancam nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan, maka Allah tidak menghendaki manusia berjalan dalam hubungan yang saling membinasakan (kegelapan) terus-menerus.

Ikuti Perayaan Natal Bersama, Rupinus: Natal Wujud Cinta Kasih Allah

Allah melalui para Nabi menjanjikan akan hadirnya Sang, Raja Damai (Yes. 9 : 1-17) yang besar kekuasaannya dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan; karena Ia mendasarkan dan mengokohkan dengan keadilan dan kebenaran (Yes. 9:17).

Dalam pandangan Kristen, nubuatan Para Nabi itu digenapi melalui kelahiran Yesus Kristus.

Situasi dan kondisi saat Yesus lahirpun juga sangat tidak bersahabat. Betapa tidak? Kekaisaran Romawi di bawah Kaisar Augustus mengangkat Raja Herodes yang haus darah.

Seorang raja yang sangat kejam dan tidak segan-segan membunuh siapa saja yang melanggar perintahnya, termasuk kedua saudara iparnya, dua anak laki-lakinya bahkan istrinya (Maranme).

Tanah Palestina tidak pernah kering dan selalu dibanjiri darah. Setiap orang hidup dalam teror dan ketakutan. Bahkan bayi Yesuspun sempat diungsikan orangtuanya ke Mesir (Mat.2:1-8)

Bagi umat Kristiani, peristiwa kelahiran Yesus Kristus, adalah upaya nyata inisiatif Allah untuk memulihkan hubungan yang saling menindas dan membahayakan.

Allah berkenan masuk ke dalam sejarah manusia dalam Yesus Kristus. Firman telah menjadi manusia dan tinggal diantara kita (Yoh.1:14).

Natal adalah inkarnasi Allah ke dalam dunia supaya manusia kembali bersahabat dan berdamai dengan Allah dan bersahabat juga dengan sesama.

Selanjutnya Yesus selama hidup-Nya dari kelahiran, karya, pengajaran, dan diahkhir hidup-Nya memperlihatkan kualitas hidup yang penuh persahabatan dengan semua orang.

Lahir dalam kesederhanaan dan ketiadaan tempat; menimbulkan sukacita dan harapan bagi orang-orang kecil (para gembala).

Yesus merangkul semua orang, tidak memandang muka, orang sakit disembuhkan, yang tersesat dibawa pulang, orang berdosa diampuni, pengajarannya penuh cinta kasih yang memanusiakan.

Hati-Nya selalu dipenuhi belas dan kasih. Bahkan Ia tidak menganggap hubungan-Nya dengan para murid sebagai hubungan tuan dan hamba, melainkan hubungan sebagai sahabat (Yoh:15:14-15). Lebih lanjut Ia rela mengorbankan nyawa-Nya untuk kebaikan semua orang.

"Pesan utama dari tema Natal tahun ini, bahwa inisiatif kesediaan Allah untuk merangkul manusia yang berdosa, bermakna agar kemuliaan Allah menjadi nyata dalam relasi antar sesama manusia yang dikuasai nafsu kekuasaan untuk saling meniadakan dan membinasakan yang terkondisikan oleh perbedaan latar belakang identitas-identitas suku, agama, ras dan golongan," ungkap Pdt. Paulus Ajong

Sehingga perbedaan-perbedaan latar belakang bukan menjadi ancaman bagi kehidupan dan kemanusiaan, tetapi justru menjadi sumber kekuatan.

Perbedaan menjadi kekuatan, apabila semangat persahabatan dalam peristiwa Natal mendorong umat untuk hidup saling terbuka, menerima, mengasihi, mengampuni, menghormati, toleransi; serta menjauhkan diri dari pola relasi yang saling merasa benar sendiri, ingin menang sendiri, dan saling mengeliminasi.

Semangat persahabatan akan membuka kesadaran bersama, bahwa hidup dalam keadaan rukun dan damai jauh lebih luhur daripada hidup dalam suasana curiga, prasangaka, saling iri dan bermusuhan. Untuk itu diperlukan kesediaan menjadi sahabat bagi semua orang.

Persahabatan harus dimulai dari masing-masing diri sendiri, bersedia menjadi sahabat bagi orang lain, tanpa memandang perbedaan latar belakang apapun.

Pada saat yang sama, adanya kesediaan memberikan tempat, ruang dan kesempatan bagi orang lain yang tidak sebudaya, seagama, sesuku dengan kita untuk bersama-sama menikmati ruang publik, termasuk dalam konteks keindonesiaan, sambil mensyukuri dan mengedepankan semangat Bhinneka Tunggal Ika, berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dalam wadah NKRI.

Sehingga Indonesia semakin maju dan sejahtera, rukun dan damai. Selamat Natal 25 Desember 2019 dan selamat tahun Baru, 1 Januari 2020. Tuhan memberkati. Amin.

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved