Rupiah Bertengger di Level Rp 14.112 per Dolar AS, Hari Keempat Melemah di Kurs Jisdor
Ini pelemahan untuk keempat kalinya secara beruntun di kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate alias Jisdor
Di pasar spot, Rabu (20/11) rupiah turun tipis 0,03% menjadi Rp 14.095 per dolar Amerika Serikat (AS).
Serupa, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia juga terdepresiasi 0,04% ke Rp 14.097 per dolar AS.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, posisi rupiah terhimpit karena negosiasi dagang antara AS dan China kembali stagnan. Belum adanya kejelasan negosiasi dagang berakhir membuat pasar cenderung berhati-hati.
Bahkan perang dagang berpotensi kembali panas lantaran Senat AS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) mendukung hak asasi di Hong Kong.
Hal ini memicu kemarahan China.
• Rupiah Menanti Kabinet Baru Jokowi, Masih di Rentang Rp 14.110 Per Dollar AS
"Karena itu rupiah belum mampu berbalik arah di pekan ini,' kata dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, besok rupiah juga bakal menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan notulensi FOMC Meeting yang berlangsung 30-31 Oktober lalu.
Ekspektasi pasar, BI masih mempertahankan suku bunga acuan.
Dan dari pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya pun ada peluang suku bunga acuan AS tidak akan berubah hingga akhir tahun ini.
"Tetapi jika notulensi FOMC lebih dovish, ada peluang rupiah rebound," jelas Josua.
Dia pun menebak, besok rupiah berada dalam rentang Rp 14.050-Rp 14.125 per dolar AS. Sedangkan Ibrahim memprediksi, mata uang Garuda ada di kisaran Rp 14.075-Rp 14.130 per dolar AS.
• Rupiah Menguat di Level Rp 14.069, Berikut Nilai Tukar Mata Uang Lainnya

Prediksi Kurs Rupiah: Menanti Keputusan BI dan The Fed
Rupiah kembali melanjutkan pelemahan, meski pergerakan mulai terbatas.
Kemarin, kurs spot rupiah turun tipis 0,03% jadi Rp 14.095 per dollar Amerika Serikat (AS).
Serupa, kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga terdepresiasi tipis 0,04% menjadi Rp 14.097 per dollar AS.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, posisi rupiah terhimpit karena negosiasi dagang antara AS dan China kembali stagnan.