Kabinet Indonesia Maju
Wakili 3 Kelompok Minoritas di Indonesia, Surya Tjandra Jadi Wamen Satu-satunya dari Partai PSI
Presiden Jokowi menunjuk Surya Tjandra sebagai Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang membantu Sofyan Jalil.
Wakili 3 Kelompok Minoritas di Indonesia, Surya Tjandra Jadi Wamen Satu-satunya dari Partai PSI
Presiden Jokowi menunjuk Surya Tjandra sebagai Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang membantu Sofyan Jalil.
Sebagai satu-satunya Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang masuk dalam Kabinet Indonesia Maju tentu hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri.
Terlebih, Surya Tjandra di sebut-sebut sebagai bagian kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin yang mewakili tiga kelompok minoritas di Indonesia.
Pertama, Surya Tjandra adalah keturunan Tionghoa yang berasal dari keluarga sederhana.

Kedua, Surya berasal dari nonmuslim. Namun Surya Tjandra justru menjadi sosok pribadi yang kuat dan bertoleransi tinggi.
Pria kelahiran 28 Maret 1971 ini juga menjadi wakil difabel dengan disabilitas daksa polio satu-satunya di Kabinet Indonesia Maju.
Ketiga, Surya juga sebagai penyandang disabilitas. Akun twitter PSI menulis soal prestasi Surya sebagai penyandang disabilitas yang pernah lolos seleksi capim KPK hingga seleksi 10 nama terakhir.
Surya menderita polio di kaki kirinya sejak berusia 6 bulan.
Meski begitu pria yang akrab di sapa Surtjan ini memiliki tekad yang besar untuk memperbaiki perekonomian keluarganya.
Dikutip dari psi.id, dalam mendidik anak-anaknya, orangtua Surya selalu mendorong untuk tekun dalam mengapai cita-cita tapi juga memberikan kebebasan yang cukup untuk memilih sendiri apa yang ingin dicapainya.
Karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi, Surya dan kakak-kakaknya pernah tidak diperkenankan mengambil rapor sebelum melunasi biaya sekolah.
Baca: Saham Wamen Termuda Rp 7,59 M, Putra Kalimantan Masuk Kabinet Indonesia Maju
Baca: PUJI Wamennya, Menteri Pariwisata Wishnutama: Angela Tidak hanya Cantik tapi juga Cerdas dan Pintar
Alasan kondisi ekonomi yang sulit juga, dua kakak Surya terpaksa berhenti kuliah.
Menyadari kondisi sulit tersebut, Surya memasang tekad untuk masuk ke sekolah negeri agar terjangkau biayanya.
Surya kemudian diterima di SMA Negeri 68, Jakarta Pusat, dan selanjutnya diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).
Seandainya Surya tidak diterima di UI, mungkin Surya tidak akan kuliah karena tidak ada biaya.
Diterima di FHUI menjadi kebanggaan buat Surya karena hanya dirinya yang menjadi sarjana pertama di keluarganya.