PENYEBAB Keluarga Lena Huni Gubuk Bermaterial Seng Bekas Kandang Ayam, Anak Terpaksa Putus Sekolah
Satu keluarga terdiri dari ibu dan ayah serta empat anak tinggal di sebuah gubuk tak layak huni di Jalan Tani, Desa Mega Timur........
Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
"Untuk kayu-kayunya, saya sama suami mencari pohon di hutan," tuturnya.
Lena menceritakan, keempat anaknya masing-masing berusia 15 tahun, 14 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
Anak tertuanya sudah putus sekolah sejak 2 tahun lalu lantaran tidak ada biaya.
Sedangkan, anak keduanya masih sekolah menengah pertama kelas VII juga terancam putus, karena masalah serupa.
"Sehari-hari, saya ke hutan mencari ubi dan sayur pakis untuk dijual dan dimakan," terangnya.
Lena mengatakan, yang paling mengkhawatirkan adalah saat musim hujan seperti sekarang ini.
Anak-anak harus mencari posisi duduk dan tidur agar tidak terkena hujan.
Situasi itu diperparah dengan kondisi anak pertamanya yang sering demam karena pernah terjatuh.
Saat ini saja, Lena mengaku telah 4 hari mengalami diare dan tidak bisa berobat karena tidak memiliki biaya dan BPJS Kesehatan.
"Saya berharap pemerintah memberi perhatian dan bantuan untuk sekolah anak dan biaya kesehatan mereka," ucapnya.
Koordinasi buruk aparatur pemerintah Sementara itu, Anggota DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Yandi mengatakan, adanya satu keluarga yang menempati gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam akibat buruknya komunikasi dan koordinasi aparatur pemerintah, dari mulai tingkat RT sampai pemerintah kota.
"Mengenai persoalan ini, semoga bisa cepat dicarikan solusi," kata Yandi.
Dia beranggapan, selama ini pemerintah setempat belum bisa mengimplementasikan kebijakan dengan baik.
Padahal, sejak lama di Pemkot Pontianak punya program yang menegaskan bahwa tidak boleh ditemukan anak-anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.
Bahkan dalam kebijakan tersebut, jelas diterangkan bahwa jika masih ditemukan keluarga miskin dan anak putus sekolah, maka lurah setempat akan dicopot dari jabatannya.