Ustadz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad & Ustaz Hanan Attaki Gotong Wanita Ini ke Ambulans, Ternyata Tak Kenal dengan UAS
Ustadz Abdul Somad & Ustaz Hanan Attaki Gotong Wanita Ini ke Ambulans, Ternyata Tak Kenal dengan UAS
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Ustadz Abdul Somad mengajak semua pihak untuk membantu pasien kanker yang saat ini berada di Rumah Teduh, Bandung.
Donasi, bisa dikirimkan langsung melalui Bank CIMB Niaga Syariah, dengan nomor rekening: 861 6666 77 000 atas nama: Rumah Teduh Sahabat Iin.
Ustadz Abdul Somad beberapa waktu lalu berkesempatan berkunjung ke Rumah Teduh.
Saat itu, UAS sempat bertemu dengan beberapa pasien kangker di sana.
Satu di antaranya Rusdiana Simamora, pasien yang menderita tumor ovarium.
Baca: Ustadz Abdul Somad Beri Penegasan Saat Unggah Foto Detik-detik Gusdur Lengser dari Kursi Presiden
Baca: Jadwal Ustadz Abdul Somad di Kalbar: Mulai Sengkubang Kabupaten Mempawah, Ketapang hingga Pontianak
"Bersama rumah teduh, kami coba membantu beliau dengan jalur normal agar segera mendapat jadwal operasi. Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar," tulis UAS.
"Dan Rusdiana, sudah kembali ke Rumah Teduh pasca operasi tanggal 10 September 2019," kata Ustadz Abdul Somad di akun Instagram resminya.
Tak hanya mengunjungi pasien yang ada di Rumah Teduh.
Ustadz Abdul Somad juga mengunjungi seorang pengidap kanker ovarium ganas lainnya bernama Yani langsung ke kediaman pasien.
Dalam video yang diunggah channel Youtube Ustadz Abdul Somad Official, semula, Yani akan dioperasi tahun 2020 melalui jalur BPJS Kesehatan.
Tapi itu terlalu lama dan kondisi perutnya semakiin membesar.
Ustadz Abdul Somad bersama Teh Iin berencana membantu agar operasi bisa dipercepat.
Tapi terpaksa harus melalui jalur non-BPJS Kesehatan sehingga membutuhkan biaya yang besar.
"Saudara-saudara kita yang diberi Allah ujian rezeki, mereka kena ujian juga. Ibu sabar dengan penyakit ibu, mereka mustinya sabar juga membagi rezki mereka," kata Ustadz Abdul Somad.
"Kita sama-sama berdoa mudah-mudahan saudara kita yang diuji dengan nikmat itu, mau berbagi," kata UAS.
UAS mengatakan, ujian bagi Bu Yani adalah menahan sakit. Sementara ujian mereka (yang diberi nikmat rezeki) adalah sabar tidak untuk liburan keluar negeri dulu tahun ini.
"Sabar tidak mereka untuk tidak membeli tas kulit dulu. Tas kain aja dulu. Mudah-mudahan kita doakan yang sakit diberi kesabaran dengan penyakitnya. Yang dapat nikmat harta juga diberi Allah sabar untuk dapat berbagi dengan saudara-saudaranya," kata UAS.
"Tapi insya Allah Rumah Teduh dengan izin Allah mempercepat proses kesembuhan. Mudah-mudahan ibu segera dibawa ke rumah sakit," katanya.
Pasien tersebut sempat ditanya kenal atau tidak dengan Ustadz Abdul Somad. Ternyata, Bu Yani belum kenal dengan UAS.
"Ini Ustadz Abdul Somad," kata Ustadz Hanan Attaki memperkenalkan.
Setelah berbincang, Ustadz Abdul Somad dan Ustaz Hanan Attaki tampak ikut membawa Bu Yani ke mobil Ambulans untuk dibawa ke Rumah Teduh.
Lihat videonya berikut ini:
Soal Rusuh di Wamena Papua
UAS memberikan pesan menyejukkan dan mendorong agar semua orang di Indonesia memberi bantuan kepada korban kerusuhan di Wamena tersebut.
Ustadz Abdul Somad (UAS) nyaris menangis saat mengeluarkan pernyataan berkaitan dengan kerusuhan Wamena yang menewaskan 33 orang, melukai puluhan lainnya, dan ribuan warga kehilangan rumah dan mengungsi.
Dalam video pendek berdurasi 3 menit 11 detik, Ustadz Abdul Somad UAS memberikan pandangan-pandangannya yang sedikit mengulas peran orang Minang, Bugis Makassar, hingga orang Jawa dalam sejarah panjang Nusantara dan penyebaran Islam oleh tokoh-tokoh dari suku-suku tersebut.
Belum diketahui, kapan video ini dibuat, namun bisa dipastikan video ini dibuat setelah kerusuhan Wamena terakhir yang menewaskan 33 orang. Video UAS ini dibuat dalam sebuah mobil.
UAS memberikan pesan menyejukkan dan mendorong agar semua orang di Indonesia memberi bantuan kepada korban kerusuhan di Wamena tersebut.
"Saudara-saudaraku di manapun di Nusantara yang bisa membantu, bantu," katanya.
"Dengan uang kita. Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa. Doakan dari jauh. Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau. Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara. Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan," ujar Ustadz Abdul Somad UAS.
"Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha Illallah. Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Ustadz Abdul Somad lagi.
Berikut petikan lengkap tausiyah singkat UAS dalam mobil tersebut:
Assalamu alaykum warahmatullahi wabarakatuh
(Orang) Minang tak pernah kalah.
Dari kecil dia sudah tinggal di surau.
Tak ada orang Minang yang tak pandai mengaji dan tak pandai bersilat.
Siapa guru orang Minang?
Alam Takkambang menjadi guru.
Oleh sebab itu apa yang terlihat hari-hari ini, ini kecil bagi orang Minang.
Berapa pejuang bangsa ini, lari Belanda terbirit-birit menghadapi orang Minangkabau.
Setelah merdeka, orang Maninjau menjadi ulama, menjadi founding father bangsa ini.
Oleh sebab itu, Minang mesti bangkit.
Kau jihad, awak kini... (kurang jelas).
Tapi jihad awak ndak bantu... (suara UAS jadi serak, sempat berhenti, terlihat menahan haru).
Orang sabalah membaka (sebelah membakar), jihad awak menolong.
Maka, buatlah posko-posko.
Bangkitkan, tolong saudara-sudara kita, bagi modal, bagi usaha.
Kekeluargaan orang Minangkabau akan tetap terjaga.
Apa yang dialami beberapa hari hanya membangkitkan semangat persaudaraan orang Minangkabau.
Aga kareba (apa kabar, bahasa Bugis Makassar) saudara-saudaraku dari Makassar
Dulu kalian orang Bugis, orang Makassar pernah dibuang oleh Belanda nun jauh di Afrika Selatan.
Tapi apa yang terjadi?
Syekh Yusuf Al Makassary justru mengembangkan Islam (di Afrika Selatan).
Dicampakkan di Ceylon, Srilanka, Islam berkembang di Srilanka.
Dibuang lagi ke Afrika Selatan, bahkan Nelson Mandela pun memberikan penghargaan untuk kalian.
Ketika saya pernah menyampaikan tausiyah di Sydney, di Australia, dibawa oleh sahabat saya untuk melihat bagaimana Islam sampai ke Melbourne, sampai ke Australia, rupanya nenek moyang kalian yang mengislamkan.
Padahal cita-cita (nenek moyang) kalian, cita-cita mereka hanya ingin menangkap mencari teripang.
Mencari rezeki tapi rupanya mereka tetap berdakwah.
Maka, bangkit wahai saudaraku, orang Makassar, orang Bugis.
Saudara-saudaraku orang Jawa yang ada di perantauan, pribon kabare (apa kabar, bahasa Jawa).
Sulit memang, susah, tapi ke mana saja dilihat bumi di Nusantara ini, dulu nenek moyang kalian pernah menyatukan Nusantara.
Bahkan kekuasaannya sampai ke Vietnam sana.
Maka, bangkit.
Jangan pernah menyerah.
Jangan pernah mengalah.
Kami dari jauh ikut mendoakan.
Saudara-saudaraku di manapun di Nusantara yang bisa membantu, bantu.
Dengan uang kita.
Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa.
Doakan dari jauh.
Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.
Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.
Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan.
Disatukan oleh Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.
Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha Illallah.
Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.