Liputan Khusus
Gedung SDN 7 Semanai Terbakar Api Karhutla, Orangtua Enggan Siswa Belajar di Gudang
Mereka terdiri atas sembilan siswa kelas I, satu siswa kelas II, dan masing-masing dua siswa kelas III dan IV.
Gedung SDN 7 Semanai Terbakar Api Karhutla, Orangtua Enggan Siswa Belajar di Gudang
KAYONG UTARA - Orangtua siswa SD Filial, SD Negeri 7 Semanai, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara khawatir anak mereka kembali belajar di gudang kayu di Balai Desa.
Penyebabnya, gedung sekolah yang baru delapan bulan mereka tempati rata dengan tanah akibat terbakar api kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada Sabtu (14/9).
Gedung sekolah ludes dilahap api. Hanya papan nama dan tiang bendera yang masih berdiri tegak. Ada 14 siswa yang belajar di SD Filial ini.
Mereka terdiri atas sembilan siswa kelas I, satu siswa kelas II, dan masing-masing dua siswa kelas III dan IV.
Trisnawati, satu di antara orangtua siswa menyampaikan kekhawatirannya saat bertemu Tribun. Trisnawati khawatir anaknya yang duduk di kelas I itu harus belajar lesehan lagi di gudang Balai Desa, seperti saat gedung sekolah tersebut belum berdiri.
"Pastinya khawatir. Katanya mungkin pindah di Balai Desa, cuma butuh waktu," ujar Trisnawati saat menemani Tribun melihat puing-puing bangunan sekolah, Minggu (15/9).
Kendati demikian, Trisnawati mengaku tidak akan memindahkan anaknya ke sekolah lain, meski SDN 7 Semanai yang merupakan induk dari tempat anaknya bersekolah hanya berjarak sekitar 3 KM dari rumah mereka.
Baca: Karhutla, Polisi Segel PT. GMU di Sintang
Baca: Pelajar SDN 07 Semanai Kayong Utara Terancam Tak Punya Tempat Belajar, Sekolahnya Terbakar Karhutla
Trisnawati memastikan akan tetap menyekolahkan anaknya di SD Filial tersebut, walaupun harus belajar dengan fasilitas seadanya.
"Kalau anak-anaknya dipindahkan keluar, bagaimana sekolahnya mau dibangun lagi," ujar Trisnawati.
Sebelum menggunakan gedung sekolah yang terbakar, para siswa menggunakan ruang berukuran 3x3 yang digunakan sebagai gudang di Balai Desa. Kondisi gudang terbuat dari papan kayu.
Siswa belajar di lantai tanpa meja dan kursi. Di ruangan 3x3 itulah empat orang guru mengajar 14 siswa. Kekhawatiran inilah yang menyelimuti hati Trisnawati. Ia tak mau para siswa termasuk anaknya kembali belajar di gudang ini.
Koordinator SD Filial SD Negeri 7 Semanai, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Yekti, mengungkapkan bangunan sekolah mereka yang ikut terbakar akibat Karhutla. Padahal, bangunan sekolah baru sekitar delapan bulan berdiri.
Menurut Yekti, mereka baru satu semester menempati gedung tersebut. Sebelumnya, mereka sempat belajar di gudang dan Balai Desa tanpa menggunakan meja dan kursi. Para siswa belajar lesehan.
"Makanya kita sayang gedung ini kebakar. Padahal sudah ada meja kursi. Sudah enak lihat anak-anak belajar pakai meja kursi," kata Yekti kepada Tribun dengan mata berkaca-kaca.
Oleh karenanya, Yekti sangat berharap Pemerintah Kabupaten Kayong Utara membangun kembali gedung tersebut. Yekti tak ingin melihat anak-anak didiknya belajar lesehan tanpa fasilitas memadai lagi.
Baca: Polusi Asap Semakin Pekat, Yeremias: Saya Tegaskan Jangan Jadikan Petani Kambing Hitam
Apalagi, kata Yekti, masyarakat transmigrasi setempat selama ini juga sudah sangat terbantu dengan adanya sekolah tersebut. Sebab, para orangtua tidak perlu menyekolahkan anaknya di SDN 7 Semanai yang letaknya sekitar 3 Km dari kawasan transmigrasi.
"Memang ndak terlalu jauh, tapi kalau musim hujan bisa dilihat disini jalannya rusak. Kasihan anak-anak. Kalau yang orangtuanya ndak punya motor terpaksa jalan kaki," ungkap Yekti.
Diakui Yekti, jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut sebanyak 14 orang. Sedangkan, tenaga pengajar berjumlah empat orang dengan status guru honorer.
"Satu guru ngajar satu kelas. Kita cuma sampai kelas IV. Nanti kelas V dan VI anak-anak pindah ke SDN 7 Semanai, karena kita kan nginduk di sana," ujar Yekti.
Sempat Padamkan Api
Yekti menuturkan, warga sempat berupaya memadamkan api saat gedung sekolah terbakar. Warga, kata Yekti, sempat berusaha memadamkan api menggunakan ember untuk mengangkut air dari parit di depan sekolah. Warga terpaksa melakukan hal itu lantaran tidak mempunyai peralatan pemadam api yang memadai.
"Di sini kebakaran lahan udah sekitar dua bulan. Api nyala, mati, nyala, mati. Kita di sini dikepung api. Belakang rumah saya pun ada kebakaran," kata Yekti.
Yekti mengatakan, api diduga mulai menyambar gedung sekolah pada saat angin bertiup kencang. Karena api terlalu besar, sementara pemadaman hanya dilakukan dengan peralatan seadanya, akhirnya gedung sekolah tidak terselamatkan.
Diungkapkan Yekti, api tidak sampai 30 menit melahap seluruh bangunan beserta isinya hingga rata dengan tanah. Yekti mengungkapkan, tidak ada satu barang pun yang bisa mereka selamatkan. Seluruh berkas, buku-buku pelajaran, dan alat-alat peraga ikut ludes terbakar.
Meski demikian, menurut Yekti, tidak ada korban akibat peristiwa itu. Para pelajar saat itu memang sedang diliburkan karena kabut asap.
"Kemarin tim pemadam (Manggala Agni) datang bangunannya udah habis terbakar," cerita Yekti.
Kepala Regu Manggala Agni Kayong Utara Andri Susanto memastikan, api Karhutla di kawasan transmigrasi merembet ke gedung sekolah. "Sudah habis, tinggal tunggul," katanya kepada Tribun.
Regu Manggala Agni sempat berupaya memadamkan api. Ketiadaan sumber air di dekat lokasi membuat upaya pemadaman terhambat. Gedung sekolah pun akhirnya tidak dapat diselamatkan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kayong Utara, Ismail, mengatakan para siswa SD Filial SDN 07 Semanai saat ini sedang libur akibat polusi asap. Pihaknya pun terpaksa memperpanjang libur para siswa, hingga ditemukan tempat belajar yang layak.
Ia mengatakan, tidak ada gedung lain di dekat lokasi sekolah yang bisa digunakan untuk menampung kegiatan belajar mengajar untuk sementara waktu.
"Mereka kan sebenarnya sudah libur karena kabut asap ini. Karena kejadian kayak gini, untuk sementara libur mereka kita perpanjang dulu," kata Ismail.
Ismail memastikan secepatnya akan mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. "Pasti secepatnya akan kita cari solusi. Nanti akan kita bicarakan dengan pihak-pihak terkait," sebut Ismail.