Kemendikbud Dukung Gerakan Anak Muda Sehat dan Keren Tanpa Rokok

Hasil dari temuan riset ini menjadi kekhawatiran bersama terutama terhadap generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.

Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Foto bersama 

Citizen Reporter

Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PONTIANAK - Dalam rangka mendukung Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyelenggarakan seminar dengan tajuk “Anak Muda Sehat dan Keren Tanpa Rokok”. Kegiatan ini bertujuan agar para generasi muda dapat hidup sehat tanpa rokok.

Menghadirkan sebanyak lebih dari 300 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dari wilayah Jakarta, seminar berlangsung di Aula Graha Utama kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

“Gerakan anti merokok harus kita lakukan, tidak hanya oleh sekolah tetapi juga oleh masyarakat. Karena kalau hanya diserahkan ke sekolah itu tidak mungkin. Sekolah sudah melarang, kemudian di lingkungan sekolahnya ada yang menjual rokok, kan sama saja. Tentu masyarakat harus ikut berpartisipasi,” disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Sesjen Kemendikbud), Didik Suhardi, usai membuka seminar.

Baca: Enam Universitas di Indonesia Perkuat Pendidikan Hukum Melalui Kerjasama Indonesia dan Belanda

Baca: UBSI Pontianak Ikut Andil dalam Bimtek Penggiat Anti Narkoba P4GN Lingkungan Pendidikan Kalbar

Sesjen Didik menambahkan bahwa Kemendikbud menyelenggarakan program Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) bagi peserta didik baru. Salah satu tujuan dari program ini adalah untuk membina lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang kondusif, nyaman, termasuk bebas dari rokok. “Seminar Anak Muda Sehat dan Keren Tanpa Rokok patut didukung oleh seluruh pihak untuk memastikan generasi penerus bangsa yang sehat,” jelas Sesjen Didik.

Bahaya rokok menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan kematian.

Menurut World Health Organization (WHO), rokok adalah pembunuh yang akrab di tengah-tengah masyarakat.

Setiap detik, satu orang meninggal akibat merokok. Sebanyak 7,2 juta kematian setiap tahunnya diakibatkan oleh konsumsi produk tembakau dan 70% kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada usia muda dibandingkan pada usia dewasa.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%.

Hasil dari temuan riset ini menjadi kekhawatiran bersama terutama terhadap generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.

Baca: Viral Video Polisi dan Bidan Digrebek Warga ! Diancam Celurit, Diarak Tanpa Celana ke Balai Desa

Selain mudahnya memperoleh rokok tembakau di lingkungan sekitar, Moriana Hutabarat, Kepala Sub Direktorat Pengawasan Tembakau, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, juga mengkhawatirkan banyaknya beredar rokok elektrik atau vape.

Moriana yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar menyampaikan bahwa rokok elektrik atau vape adalah produk yang saat ini sedang marak dan disinyalir menjadi salah satu produk perantara untuk mulai merokok, terutama di kalangan anak muda dan remaja.

"Terlihat jelas bahwa produk ini menyasar generasi muda dan menjadi tren di kalangan remaja. Upaya perlindungan generasi muda terhadap bahaya rokok dan vape merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, terutama Pemerintah dan perlu dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi untuk mencapai generasi unggul dan berpretasi, bebas dari adiksi nikotin,” ungkap Moriana.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved