Bedesut Roller Sport Pontianak Lahirkan Atlet Handal Namun Minim Perhatian Pemerintah
baru baru ini berhasil melobi KONI Kota Pontianak dan Dispora hingga akhirnya punya jadwal sendiri untuk latihan di depan GOR SSA
Penulis: Anggita Putri | Editor: Didit Widodo

Ia mengaku peminat olahraga sepatu roda di Kota Pontianak khususnya pada beberapa tahun terakhir sempat booming dari usia anak dan dewasa tapi menurun karena tidak adanya sarana dan prasarananya.
Sejauh ini, jelas Ridho club ini sudah legal dan terdaftar resmi di KONI kota dan Kantor Negara dan di Nasional Club Bedesut ini cukup dikenal berkat prestasi anak-anak.
Ia merasa sangat bersyukur bahwasanya anaknya bernama Rifad sudah bisa masuk tingkat nasional berkat jasa pelatih clubnya. Namun untuk lebih meningkatkan ke level lebih tinggi maka sangat perlu sarana dan prasarana.
Selama ini latihan hanya menggandalkan lapangan Kantor DPRD Provinsi Kalbar, namun baru baru ini sudah berhasil melobi KONI Kota Pontianak dan Dispora dan akhirnya sudah punya jadwal sendiri untuk latihan di depan GOR SSA.
"Melihat potensi anak Kalbar, kita mohon kepada instansi terkait baik pemerintah kota, Pemcab, Pemkab, Pemkot, pemprov dan pengurus KONI bisa menaungi kami untuk lebih menggembangkan anak-anak ini untuk lebih berprestasi dan adanya track bermain sepatu roda di Pontianak," pintanya.

Di waktu yang sama, Pelatih di Club Sepatu Roda Bedesut Roller Sport, Indra Saputra menuturkan, pemerintah tidak terlalu melirik olahraga sepatu roda dan hanya fokus kepada beberapa cabang olahraga yang dianggap sudah berhasil.
"Sebenarnya anak-anak ini ingin bermain sampai ke Sea Game, Asean Game namun kendala latihan tidak ada tempat memadai. Kadang inilah, pemerintah hanya melihat hasil akhir tanpa melihat adanya proses pembinaan dari usia dini," tukas Indra.
Sejauh ini kendala yang ia rasakan hanya pada sirkuit latihan, bahkan peralatan sehari-hari yang digunakan anak dari orang tua masing-masing. Tapi mustinya, kata dia yang sifatnya dasar harus diperhatikan juga .
"Untuk pergi lomba saja menggunakan dana pribadi. Seharusnya masalah keberangkatan atlet semua diperhatikan karena membawa nama daerah. Selama ini kami berangkat hanya menggunakan dana pribadi," ujarnya.
Indra mengatakan sejauh ini banyak atlet dari club ini rata-rata bermain di nasional dan pulang membawa kemenangan namun tak ada mendapatkan apresiasi dari pemerintah.
Seperti atlet sepatu roda asal Pontianak, Rifad Dhiya Akbar (11) yang baru saja duduk di kelas 6 SD di SD Min Teladan ini sudah mencetak prestasi hingga ke kancah nasional.
Rifad pernah meraih ITT 300 M di Medan pada kejuaraan antar club di Indonesia, kemudian meraih emas di kelas relay 2000 M, terkahir kejuaraan daerah meraih 3 Emas yaitu 300 M ITT, 1000 M , dan 5000 M.
Di tingkat nasional ia berlaga di Bekasi , Bandung, dan Medan. Rifad sudah bermain dari umur tiga tahun dan berawal dari suka-suka saja yang dikenalkan oleh mbahnya hingga ia bisa menjadi atlet cilik yang sudah banyak mencetak prestasi hingga tingkat nasional.
Ia berharap di Pontianak ada sirkuit khusus untuk para pemain sepatu roda agar lebih enak dan leluasa untuk berlatih dan bermain.