KHAZANAH ISLAM

Bulan Dzulhijjah Istimewa, Momen Allah Bersumpah | Ini Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

Sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan momen hari penting yang digunakan Allah untuk bersumpah dalam Surat Al-Fajr

Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
ISTIMEWA
Bulan Dzulhijjah Istimewa, Momen Allah Bersumpah | Ini Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah. 

Bulan Dzulhijjah Istimewa, Momen Allah Bersumpah | Ini Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

KHAZANAH ISLAM - Sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah adalah hari istimewa.

Di hari-hari itu terkumpul berbagai macam ibadah yang bisa bergabung menjadi satu waktu di mana tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain.

Di antaranya ada ibadah sholat, puasa, sedekah (kurban) dan haji.

Ibadah haji ini tidak bisa didapatkan di bulan lain.

Baca: Doa Buka Puasa dan Keutamaan Puasa 9 Hari Sebelum Idul Adha atau Hari Raya Haji 10 Dzulhijjah

Baca: Ustadz Abdul Somad Ungkap Keistimewaan Bulan Zulhijjah dan Amalan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Dikutip dari NU Online, sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan momen hari penting yang digunakan Allah untuk bersumpah dalam Surat Al-Fajr

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2

Artinya, “Demi waktu subuh (1) Dan sepuluh malam (2).”

Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf dan ulama kontemporer lain menaggapi bahwa sepuluh malam yang dimaksud pada ayat ini adalah sepuluh malam pertama pada bulan Dzulhijjah.

Argumentasi ini diperkuat dengan hadis yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari.

عن ابن عباس مرفوعا: "ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام" -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: "ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء" (2

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu'. Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzul Hijjah.

Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa,’" (HR Bukhari 969).

Dengan hadits di atas, cukup jelas bahwa ibadah apapun bentuknya pada sepuluh hari tersebut sangat dianjurkan, termasuk shalat, puasa dan lain sebagainya.

Hanya saja, karena puasa dilarang pada hari Idul Adha, maka puasa terhitung sebanyak sembilan hari.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved