Citizen Reporter
Sederet Kegiatan KKL Kelompok 3 IAIN Pontianak di Mempawah
Warga Sungai Limau Kecamatan Sungai Kunyit sungguh sangat menjunjung tinggi tradisi keberagaman ala warga Nahdliyyin.
Sederet Kegiatan KKL Kelompok 3 IAIN Pontianak di Mempawah
Citizen Reporter
Zainur Rifki
Peserta KKL IAIN Pontianak
MEMPAWAH - Langit perlahan menghitam, suryapun mulai lelah dan sedikit merebahkan tubuhnya di ufuk barat.
Kini petang telah tiba memaksa semua yang bernyawa mengakhiri aktivitas primernya, tetapi tidak dengan padi-padi muda yang tetap menari gemulai tertiup angin membuat mata tak jemu memandangnya dari posko kelompok 3 KKL integratif IAIN Pontianak (2019) Desa Sungai Limau Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah.
Pembacaan Sholawat Tarhim yang menjadi ciri khas warga Nahdliyyin oleh Abdurrahman serta lantunan azan Magrib khas timur tengah oleh Raden Syaifuddin, menambah kesyahduan senja kali ini.
Puluhan warga Gang Nelayan berbondong-bondong menuju Musholla Nurul Huda, Desa Sungai Limau dengan tujuan salat berjemaah.
Magrib kali ini Fahri Albar, ketua kelompok 3 KKL Integratif IAIN Pontianak diberikan kesempatan oleh jamaah yang lain untuk menjadi imam sholat.
Baca: Kelompok 63 dan 64 KKL IAIN Pontianak Gotong Royong Bersama Aparat Desa di Kabupaten Natuna
Baca: Mahasiswa IAIN Pontianak KKL di Natuna, Kedatangannya Disambut Meriah
Dengan rendah hati Fahri menerima tawaran itu, dan tak disangka lantunan Surah Al-fatihah khas imam As-Sudais oleh Fahri Albar mampu melahirkan suasana salat ala Masjidil Haram menjadi pengobat rindu jemaah yang mendambakan tanah suci.
Sholat magrib pun berlalu, ini saatnya kami mengisi kekosongan kami dengan Mutholaah Kitab Al-fiyah Ibnu Malik dengan tujuan mampu menambah kemampuan kami dalam membaca literatur bahasa Arab.
Namun tak disangka kami mendapat tawaran untuk ikut serta dalam acara Khotmil Quran di rumah warga.
Mutholaah kami dihentikan dan kamipun bergegas menuju rumah sang Sohibul Bait.
Warga Sungai Limau Kecamatan Sungai Kunyit sungguh sangat menjunjung tinggi tradisi keberagaman ala warga Nahdliyyin.
Baca: Mahasiswa KKL IAIN Pontianak Bersama Warga Adakan Pengajian
Baca: Mahasiswa KKL IAIN Pontianak, Ajarkan Silat Pada Anak Teluk Pakedai
Mengapa tidak, mereka yang belajar agama di timur tengah tidak pernah menyaksikan ritual tahlil dan Khotmil Quran berjamaah beserta tawassul kepada para ulama membuat mereka berkeyakinan bahwa ritual ini adalah kesesatan dan tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad.
Namun Sayyed Husen Nasr mengatakan Islam adalah suatu sistem nilai yang dapat diinternalisir sehingga menghasilkan ekspresi yang beragam sesuai dengan kultur budaya pemeluknya.
Nilai yang termuat dalam ajaran Islam di internalisasikan sehingga menjadi falsafah hidup setiap pemeluknya sehingga Islam membebaskan bentuk ekspresi budaya penganutnya dengan syarat tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang cukup universal.
Tak heran setiap daerah memiliki ekspresi keberagamaan yang berbeda sehingga membentuk keragaman kultur Islam yang cukup menarik minat pemerhati studi islam timur oleh bangsa Eropa (orientalis).
Khotmil Quran pun selesai kami laksanakan dan tak disangka kami diberikan kesempatan mengisi tausiyah di kegiatan muslimat warga Gang Nelayan diesok hari.
Baca: Mahasiswa IAIN Pontianak Laksanakan KKL di Purwokerto, Ini Agendanya
Baca: Kelompok 29 KKL IAIN Pontianak Adakan Pelatihan Menulis Anak Sekolah Desa Sungai Deras
Awalnya kami merasa segan namun dengan terpaksa kami harus menerima tawaran itu, karena bagaimanapun kami sebagai mahasiswa dituntut mampu menerima segala tantangan.
Akhirnya Zainur Rifki ditunjuk sebagai da'i karena hanya dia satu-satunya dari 12 angota kelompok dengan konsen kuliah pendidikan Islam.
Kami bergegas pulang ke posko untuk beristirahat agar esok mampu beraktifitas kembali dengan nyaman.
Tidur panjang yang kami tempuh telah berakhir, burung-burung berkicau ria menyambut kedatangan sang fajar.
Sorak-menyorak ayam jago semakin menunjukkan latar pedesaan.
Kami mengawali hari kami dengan sholat subuh di musholla Nurul Huda dan dilanjutkan dengan senam pagi di depan posko bersama adik-adik kami yang berkenan bergabung dengan kami.
Kini tiba saatnya bagi Zainur Rifki menjalankan kewajibannya sebagai da'i, waktu menunjukkan pukul 15.00, kami bersama-sama mendampingi Zainur Rifki menuju Shohibul Hajah Muslimatan.
Baca: Kelompok 40 KKL IAIN Pontianak Diskusi dan Pengenalan Bersama Pamong
Baca: Mahasiswa KKL Kelompok 30 IAIN Pontianak Tiba di Desa Lumbung Nanas Kubu Raya, Berikut Agendanya
Acarapun dimulai, Kholil diperkenankan membaca tawassul diikuti dengan pembacaan surah Yasin.
Lantunan ayat suci Alquran para ibu-ibu cukup membuat kami bangga akan keanekaragaman budaya bangsa ini.
Abdul Aziz menutup pembacaan surah Yasin dengan pembacaan doa tahlil yang di khususkan kepada keluarga Sohibul Hajah yang telah wafat.
Kini tiba acara inti yakni tausiyah oleh Zainur Rifki, ia menyampaikan bahwa Allah menghendaki kita untuk berbeda-beda agar kita saling mengerti satu dengan yang lain.
Yang membedakan kita yang berbeda disisi Allah bukanlah warna kulit kita melainkan kualitas ketakwaan.
Zainur Rifki juga menyerukan agar jamaah tidak ikut-ikutan membenci kelompok lain yang bukan bagian dari mereka.