Punya Tangan Berjari Enam Bukan Kelainan, Ternyata Justru Banyak Manfaatnya
Polidaktili dapat disebabkan oleh mutasi suatu gen atau kesalahan ekspresi gen saat perkembangan janin.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sewajarnya, manusia normal umumnya memiliki lima jari tangan dan kaki.
Namun ternyata beberapa orang ada juga yang memiliki jari lebih dari lima sehingga dianggap sebagai kelainan.
Sebenarnya, kondisi jari berlebih ini dikenal dengan istilah polidaktili.
Polidaktili dapat disebabkan oleh mutasi suatu gen atau kesalahan ekspresi gen saat perkembangan janin.
Semula, kelebihan jari dianggap sebagai sesuatu yang menganggu dan menghalangi aktivitas, sehingga tak jarang orang yang mengalami polidaktili memilih untuk mengamputasi jari ekstra yang dimiliki.
Namun, penelitian terbaru justru mengungkap bahwa orang yang mengalami polidaktili dapat memanfaatkan jari tambahan mereka untuk melakukan berbagai gerakan yang tidak sanggup ditiru oleh orang normal.
Gerakan spesial yang bisa dilakukan orang dengan polidaktili misalnya mengikat tali sepatu dengan satu tangan, mengetik dengan lebih cepat, dan mengendalikan stick controler game dengan lebih lincah.
Gerakan unik ini ternyata disebabkan oleh adanya sirkuit sistem saraf khusus yang menghubungkan jari ekstra dengan otak, ungkap studi yang dipubikasikan di jurnal Nature Communications.
Studi ini dilakukan oleh Etienne Burdet, bioengineer dari Imperial College, London.
Burdet memindai anatomi tangan dan otak seorang remaja berusia 17 tahun yang mengalami polidaktili.
Hasilnya, ditunjukkan bahwa jari ekstra tersebut dikontrol oleh jaringan otot dan saraf tersendiri, tidak bergantung pada jari lainnya seperti dugaan sebelumnya.
Hal ini membuktikan adanya potensi otak manusia untuk dapat mengendalikan bagian tubuh lain yang tidak ada dalam kondisi normal.
Temuan ini dapat dimanfaatkan untuk pengendalian jari atau bahkan lengan robotik tambahan, seperti pada karakter Doctor Octopus dalam komik Spiderman.
Lengan robotik dapat dikendalikan oleh otak dengan memanfaatkan sifat fleksibel otak untuk membentuk sirkuit saraf baru, meski orang normal mungkin akan lebih sulit melakukannya dibanding orang yang mengalami polidaktili.
Menurut Burdet, kemampuan otak untuk mengendalikan jari tambahan muncul sebagai bentuk adaptasi.