Pengamat Intelijen Soroti Polri Rilis 4 Pejabat Negara Target Pembunuhan, Fadli Zon : Jangan Lebay

Secara dari kacamata intelijen, kata Soeripto, jika itu memang sudah pasti, hampir pasti atau tidak. Maka, tidak usah diumumkan dan dirilis dulu

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
Youtube TVOne
Pengamat Intelijen, Soeripto 

Dia menilai tidak ada orang yang akan melakukan hal tersebut.

"Saya enggak yakin. Siapa sih yang mau melakukan itu? Jangan lebay. Siapa? Tunjuk dong orangnya. Polisi itu gampang kok mendeteksi orang mau menarget dan orang juga kalau mau menarget enggak akan bilang-bilang. Jangan mengalihkan isu," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (29/5/2019).

Menurut Fadli, rakyat juga tidak percaya dengan narasi seperti itu. Fadli mengatakan seharusnya pemerintah memprioritaskan orang-orang yang meninggal dalam aksi massa 21-22 Mei lalu.

Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon (Tribunnews)

Pemerintah seharusnya bertanggung jawab dan menginvestigasi penyebab kematian mereka.

"Ini yang harus dijelaskan oleh pemerintah bukan soal 4 pejabat yang ditarget. Saya juga bisa ngarang cerita kayak begitu. Saya ditargetkan pembunuhan begitu, saya bisa ngarang juga," kata Fadli.

Menurut dia, respons pemerintah atas dugaan target pembunuhan ini juga berlebihan. Orang-orang yang disebut menjadi target harus dikawal untuk melindunginya dari ancaman itu.

"Apalagi ini purnawirawan jenderal masa pakai dikawal-kawal, takut segala," ujar dia.

Polri Jabarkan Kronologi Upaya Pembunuhan

Polisi mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu, Jakarta.

Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pemimpin lembaga survei.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.

Saat itu, HK mendapatkan perintah dari seseorang untuk membeli senjata.

"HK menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini, pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Iqbal dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/05/2019).

Setelah itu, lanjut Iqbal, pada 13 Oktober HK menjalankan perintah dan membeli senjata.

Ada empat senjata yang didapat oleh HK dari AF dan AD.

Sebagian senjata itu lalu diserahkan HK kepada rekannya, AZ, TJ, dan IR.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved