Aiman Kompas TV

Ngaku Kenal Lama Habib Rizieq Shihab & Yusuf Martak, Wiranto Minta Sadar dan Kembali Ke Jalan Benar

Program Aiman menayangkan hasil wawancara eksklusif Aiman dengan Menko Polhukam Wiranto dan Kivlan Zen di Kompas TV bertema "Melawan Rencana Makar"

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
Screenshoot Youtube
Wawancara eksklusif Aiman Witjaksono dengan Menko Polhukam Wiranto di Program Aiman Kompas TV bertema "Melawan Rencana Makar", Senin (13/05/2019) malam WIB. 

Ngaku Kenal Lama Habib Rizieq Shihab & Yusuf Martak, Wiranto Minta Sadar dan Kembali Ke Jalan Benar

Aiman adalah satu diantara acara televisi yang ditayangkan di Kompas TV.

Acara ini berisikan berbagai permasalahan sosial terkini yang menjadi isu hangat di masyarakat akan dibahas dalam program ini. 

Aiman Witjaksono akan mengajak pemirsa Kompas TV untuk memahami berbagai masalah sosial atau kemasyarakatan dengan gaya investigasi jurnalistik.

Dalam acara ini, Aiman akan mengajak pemirsa ikut menelusuri langsung ke lapangan, mengumpulkan fakta, dan mewawancarai orang-orang terkait dalam sebuah peristiwa. 

Program Aiman menayangkan hasil wawancara eksklusif Aiman dengan Menko Polhukam Wiranto dan Kivlan Zen di Kompas TV bertema "Melawan Rencana Makar", Senin (13/05/2019) malam WIB.

Dalam wawancara eksklusif itu, Aiman Witjaksono menanyakan soal pernyataan Wiranto ketika jumpa pers belum lama ini. Dalam jumpa pers itu, Wiranto pernah berujar bahwa ada tokoh di luar negeri yang mengompori dan menghasut masyarakat. 

Baca: BREAKING NEWS: 3 Pelaku Pengeroyokan Audrey Jalani Hukuman, Keluarga Korban Beri 3 Syarat!

Baca: BABAK Baru Kasus Audrey, Ada Sanksi dan Tiga Poin yang Harus Segera Dilaksanakan Pihak Pelaku

Baca: Kasus Audrey Proses Damai, Kuasa Hukum Daniel Edward Tangkau Ungkap Hal Ini

Aiman meminta Wiranto untuk membuka sosok tersebut kepada publik.

Mendengar pertanyaan itu, tanpa basa-basi, Wiranto secara gamblang memberikan penjelasan. 

"Habib Rieziq. Videonya kalau kalian punya handphone, kemudian youtube, ada juga lewat Whatsapp. Semua tahu, dia mengeluarkan maklumat.  Dia membuat pernyataan katakanlah mengepung KPU (Komisi Pemilihan Umum_red)," ungkapnya saat program Aiman TV. 

Pernyataan itu tentu membuat suasana panas. Wiranto mempertanyakan mengapa Habib Rizieq Shihab atau HRS yang tidak ikut Pemilihan Umum (Pemilu) di luar negeri, tetapi bisa mengatakan bahwa Pemilu penuh dengan kecurangan.

"Buktinya apa? Pemilu waktu itu kan baru selesai, baru mau dihitung. Toh baru nyimpulkan. Kalau kecurangan sudah ada wadahnya. Sudah ada tempat untuk mengadu kecurangan itu, perselisihan itu," jelas Wiranto

Wiranto menimpali jika kecurangan-kecurangan itu terjadi di tingkat daerah maka bisa melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu). Kecurangan berskala besar melalui Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). 

"Perselisihan masalah jumlah suara ada MK (Mahkamah Konstitusi_red)," terang Wiranto.

"Ya gak perlu kalau kemudian menjustifikasi. Dia (HRS_red) lembaganya apa? Kok tahu seperti itu. Itu membuat masyarakat kan bingung. Habib Rizieq siapa? Kemudian bisa menjustifikasi dan bisa mendoktrin seperti seenaknya, dan disiarkan secara luas ke publik," tanya Wiranto.  

Mantan Panglima TNI di era Orde Baru itu mengakui bahwa kenal dengan Habib Rizieq Shihab dan Yusuf Martak. 

"Begini, dua-duanya itu kan pernah dekat dengan saya ya. FPI (Front Pembela Islam) dulu tahun 1998, saya juga membinanya. Dalam arti memberikan kesempatan untuk dia eksis," kata dia. 

Pada waktu itu, dirinya bersama FPI bersama-sama mengamankan kondisi negeri ini.

Baca: AIMAN Kompas TV, Berpeluang Kudeta Kekuasaan Usai Genggam Supersemar Versi Mei 98, Ini Sikap Wiranto

Baca: Di Program Aiman Kompas TV, Wiranto Bantah Tudingan Kivlan Zen Sebagai Dalang Kerusuhan Mei 1998

"Saya kenal Habib Rizieq. Hanya sekarang kalau berubah seperti ini. Saya minta sadarlah, kembali ke jalan benar," tambahnya. 

Wiranto menjelaskan Yusuf Martak pernah jadi bendahara organisasi Perhimpunan Kebangsaan, satu organisasi dengan Wiranto.

"Dulu sangat nasionalis. Sangat menghormati kondisi negeri yang kita hadapi bersama-sama membangun negeri ini. Tiba-tiba kok sudah berubah seperti ini. Yang mempengaruhi siapa, saya tidak mengerti," tandasnya.  

Topik pembahasan talkshow Aiman kali ini dilatarbelakangi keadaan suhu politik memanas jelang pengumuman hasil pemilu 2019 pada 22 Mei mendatang.

"Perang" pernyataan dilontarkan, termasuk dari pendukung pasangan calon 02 Prabowo-Sandi yakni mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat (KASKOSTRAD) Mayor Jenderal TNI (Purn) Kivlan Zein.

Kivlan menyerukan aksi massa turun ke jalan untuk menggugat Pemilu 2019 dan melawan siapapun yang menghalangi!

Seruan yang diucapkan di hadapan kelompok massa pendukungnya ini lantas viral di media sosial.

Tak hanya Kivlan Zein, seruan people power dilontarkan Eggi Sudjana, aktivis pendukung Prabowo-Sandi.

Ajakan ini ia lontarkan sesaat setelah pencoblosan, 17 April lalu karena menduga adanya kecurangan dalam pemilu.

Atas berbagai seruan aksi massa yang diduga mengarah pada tindakan di luar konstitusi ini, pemerintahpun bereaksi.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa menegaskan akan memproses hukum apabila ada anggotanya yang terbukti tidak netral dalam Pemilu 2019.

Hal ini disampaikan setelah Rizal Ramli menuding adanya anggota TNI yang memegang data hasil pemilu.

Di hari yang sama, Maklumat juga dikeluarkan Menkopolhukam Wiranto.

Ia beserta jajarannya lantas membentuk tim asistensi hukum, terdiri atas 24 profesor hingga praktisi hukum yang akan mengkaji ucapan dan tindakan tokoh serta memberi rekomendasi perlu tidaknya melakukan penegakan hukum.

Berikut cuplikan video wawancara Aiman Witjaksono dengan Menkopolhukam Jenderal (Purn) TNI Wiranto saat program talkshow Aiman Kompas TV

AM Hendropriyono Jelaskan Pernyataan Soal Warga Keturunan Arab 

Dikutip dari Wartakota, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono memberi penjelasan soal pernyataannya yang dianggap rasis oleh sejumlah pihak.

Pernyataan yang dimaksud terkait imbauan agar warga keturunan Arab tak menjadi provokator revolusi sipil.

Ia menyebut, banyak pihak salah menafsirkan pernyataannya, karena tidak dikutip oleh media secara penuh.

"Saya kira karena yang dibaca kan orang-orang itu hanya kata-kata, tidak kalimat penuh," ucapnya seusai buka puasa bersama di rumah Ketua DPR Bambang Soesatyo, Senin (13/5/2019) malam.

Kemudian, ia menjelaskan konteks pernyataannya yang dianggap rasis itu.

Justru, ia berujar warga negara Indonesia keturunan Arab selama ini mendapat tempat yang terhormat di masyarakat.

Untuk itu, ia meminta warga keturunan Arab untuk bisa menjaga kedamaian.

"Tolong lah kalau berada di posisi yang terhormat, betul-betul bisa membawa rakyat dan masyarakat, bangsa kita ini, ke arah ketenangan," tuturnya.

"Yang rasanya terayomi supaya enak beribadah, enak bekerja, enak menuntut ilmu, enak mencari makan, dan lain-lain," sambung Hendropriyono.

"Jangan diteriak-teriaki untuk revolusi, untuk perang, untuk saling membunuh," imbaunya.

"Nanti kan yang saling membunuh rakyat kecil, yang tersesat karena pikirannya sudah 100 persen percaya, karena yakin kepada orang yang dia hormati," paparnya.

Sebelumnya, Hendropriyono minta WNI keturunan tak provokasi masyarakat pasca-Pemilu 2019.

Hendropriyono menyebut, budaya masyarakat Indonesia sangat menghormati pemimpinnya. 
Sehingga, WNI keturunan diharapkan tak memprovokasi.

"Saya ingin memperingatkan Bangsa Indonesia, WNI keturunan Arab, supaya sebagai elite yang dihormati oleh masyarakat kita, cobalah mengendalikan diri jangan menjadi provokator, jangan memprovokasi rakyat," tutur Hendropriyono di Gedung Lemhanas, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Hendropriyono juga memastikan ucapannya itu tak memiliki maksud apa pun, apalagi bernuansa SARA dan unsur sentimen terhadap suatu golongan.

Ia hanya khawatir, masyarakat di lapisan bawah terprovokasi akibat ujaran dan perkataan tokoh WNI keturunan yang bisa menimbulkan perpecahan bangsa. Terlebih, ajakan untuk melawan pemerintah dengan cara aksi-aksi di jalanan.

"Masyarakat keturunan Arab WNI tahu lah posisinya yang dimuliakan oleh masyarakat kita," ucapnya.

"Dengan dimuliakanlah, dia itu dalam posisi yang mengayomi masyarakat. Jangan memprovokasi masyarakat melakukan politik jalanan, mengajak pawai, apa pun namanya kedaulatan rakyat, tapi itu di jalanan dan tidak disiplin," beber Hendropriyono.

Mantan Ketua Umum PKPI ini kemudian meminta masyarakat agar tak terprovokasi terhadap ujaran dan perkataan para tokoh WNI keturunan yang menyebarkan kebencian kepada pemerintah.

"Kalau tidak ada yang mengingatkan, lalu siapa yang ingatkan? Terus semau-maunya saja ngomong maki-maki, bahasa yang kasar dan tidak pantas didengar oleh cucu-cucu kita?" Tuturnya.

"Masa seperti itu kepada seorang presidennya, terhadap pemimpinnya, tidak boleh," tegas Hendropriyono.

Prabowo : Pernyataan Bersifat Rasis

Calon presiden Prabowo Subianto menyinggung ucapan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono.

Menurut Prabowo Subianto, pernyataan Hendropriyono meminta warga keturunan Arab tidak melakukan provokasi, sangat rasis.

"Pernyataan Saudara Hendropriyono yang singgung masalah keturunan warga negara Indonesia, di mana kami lihat bahwa pernyataan itu bersifat rasis," kata Prabowo Subianto di kediamannya, Jalan Kertanegara Nomor 4, Kebayoran, Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2019).

Menurut Prabowo Subianto, pernyataan Hendropriyono itu justru berpotensi mengadu domba dan memecah belah bangsa.

Selain itu, menurut Mantan Danjen Kopassus itu, pernyataan tersebut bernada ancaman, karena dilontarkan oleh orang yang berada lingkaran kekuasaan.

"Hal ini lebih memprihatinkan karena terdapat nada ancaman. Kemudian juga kami lihat ini dilakukan oleh orang yang dekat dengan lingkaran kekuasaan saat ini," ujarnya.

Meskipun demikian, Prabowo Subianto yakin Hendropriyono khilaf melontarkan pernyataan tersebut.

Ia merasa prihatin dan perlu berkomentar, karena selama ini sering dituduh sering membela Islam garis keras.

"Jadi tuduhan ini kami anggap sebagai upaya yang tidak menguntungkan kita," ucapnya.

Hidayat Nur Wahid : Jas Merah

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid, menilai Hendropriyono tak paham sejarah kemerdekaan Indonesia.

Padahal, kata Hidayat Nur Wahid, warga keturunan Arab memiliki banyak jasa untuk Bangsa Indonesia.

"Bung Karno mengajarkan kepada kita tentang Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Kalau sejarah kita pakai sebagai rujukan, maka keturunan Arab itu jasanya untuk orang Indonesia sangat banyak," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/5/2019).

Ia menerangkan sedikit bagaimana peran warga keturunan Arab berjasa bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Ia menyebut rumah yang dipakai Bung Karno di Jalan Pegangsaan No 56 untuk membacakan naskah proklamasi, adalah milik seorang keturunan Arab.

"Termasuk juga orang sekarang pada akhirnya tahu bahwa proklamasi kemerdekaan itu ternyata dilakukan di rumah milik seorang keturunan orang Arab, Faradj bin Said Awad Martak. Itulah fakta hukumnya," bebernya.

Selain itu, Hidayat Nur Wahid menilai pernyataan Hendropriyono berpotensi memecah belah bangsa.

Untuk itu, ia meminta semua pihak, terutama elite politik, agar berhati-hati memberikan pernyataan.

"Saya setuju bahwa kita harus menghadirkan yang damai, solutif. Makanya jangan provokasi, karena provokasi semacam itu akan menghasilkan situasi yang tidak kondusif untuk perdamaian," paparnya.

Fahri Hamzah Sedih

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku sedih ketika mendengar pernyataan Hendropriyono.

Fahri Hamzah menilai, pernyataan tersebut bernuansa rasialisme. Dan sebagai seorang yang dihormati, Hendropriyono seharusnya tidak boleh melakukan hal itu.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah seusai memberikan kedaksiannya dalam sidang Ratna Sarumpaet di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2019).

"Saya sedih, karena orang tua, senior seperti beliau tidak seharusnya dia membuat pernyataan yang bernuansa rasialisme," bebernya.

"Itu sebenarnya ada deliknya itu. Undang-undang anti-diskriminasi ras dan etnis. Dia tidak boleh melakukan itu. Saya menyayangkan itu. Dia tidak boleh melakukan itu," imbuhnya.

Untuk itu, ia meminta Hendropriyono meminta maaf kepada Bangsa Indonesia atas ucapannya.

"Kita sudah memproduksi pasal-pasal dalam konstitusi, dan undang-undang khusus supaya tidak ada diskriminasi SARA itu," cetusnya.

"Kok tiba-tiba beliau yang mengungkapkan itu. Itu tidak baik. Saya kira dia harus minta maaf kepada Bangsa Indonesia, kalau dia dalam usia seperti itu masih melakukan perbuatan yang sangat tidak layak," tegas Fahri Hamzah(*)

Lebih dekat dengan kami, follow akun Instagram (IG) Tribun Pontianak : 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved