Internasional

Batik dan Tenun Jadi Dress Code Sidang Dewan Keamanan PBB  

Tak terkecuali Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengenakan motif tenun troso cerah.

Kemenlu RI
Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (dua dari kiri), Koordinator Politik MIsi Perancis untuk PBB Antoine Michon (tiga dari kiri), dan Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heusgen (dua dari kanan) mengenakan batik saat menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York Selasa (7/5/2019). 

Batik dan Tenun Jadi Dress Code Sidang Dewan Keamanan PBB

NEW YORK - Ada yang tidak biasa dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019).

Pertemuan Debat Terbuka (Open Debate) itu diwarnai dengan pakaian batikyang dikenakan oleh para delegasi dewan keamanan yang berasal dari seluruh dunia.

Semua mengenakan berbagai motif batik maupun tenun. Tak terkecuali Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengenakan motif tenun troso cerah.

Baca: Mulai 1 Mei 2019, Indonesia Jadi Presiden Dewan Keamanan PBB

Dalam rilis yang diterima, dipilihnya batik sebagai dress code sidang DK PBB merupakan bentuk penghormatan bagi Indonesia yang menjadi presiden untuk Mei.

Berbagai batik yang dikenakan delegasi dewan keamanan dalam pertemuan Selasa merupakan koleksi pribadi mereka masing-masing.

Para delegasi itu mengoleksi batik tidak hanya melalui pemberian para diplomat Indonesia, atau saat mereka menjadi ketua delegasi dalam konferensi di Indonesia.

Ada juga yang memutuskan membeli sendiri ketika berkunjung ke Indonesia.

Selain Guterres, delegasi lain yang mengenakan batik adalah Amerika Serikat (AS), Jerman, Pantai Gading, Perancis, Perus, Republik Dominika, maupun China.

"Sangat menyenangkan bahwa sidang hari ini (Selasa) cantik dan berwarna. Sebab, sebagian besar anggota mengenakan batik," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Penggunaan batik di dalam Sidang DK PBB diharapkan semakin mempopulerkan batik, yang saat ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia.

Pada sidang kemarin, Indonesia mengangkat perlunya peningkatan keamanan dan performa dari pasukan perdamaian PBB, atau yang dijuluki Blue Helmets.

Baca: Kecam Aksi Israel yang Tutup Wilayah Hebron, Indonesia Dorong Pertemuan Tertutup DK PBB

Menlu Retno mengatakan, selama bertahun-tahun keberadaan pasukan perdamaian PBB merupakan model kerja sama global, kepemimpinan kolektif, dan bentuk kepedulian terhadap perdamaian dunia.

Namun situasi politik maupun realita keamanan yang berkembang pada saat ini menjadi tantangan bagi Blue Helmets.

Menlu Retno mencontohkan serangan terhadap pasukan perdamaian PBB di Mali Januari lalu, yang berdampak kepada tingkat keamanan dan performa pasukan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved