Ahmad Bustomi Nakhodai DPW FKDT Masa Khidmat 2019-2024, Terpilih Sebagai Ketua
Ahmad Bustomi yang sehari-hari sebagai guru madrasah menggantikan Muhammad Romli Ketua Wilayah FKDT sebelumnya.
Ahmad Bustomi Nakhodai DPW FKDT Masa Khidmat 2019-2024, Terpilih Sebagai Ketua
PONTIANAK - Ahmad Bustomi terpilih sebagai Ketua DPW Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kalbar masa khidmah 2019-2024 dengan perolehan suara delapan dan mengalahkan sekretaris wilayah FKDT, Mustahar yang memperoleh dua suara pada Musyawarah Wilayah (Muswil) II FKDT, di Hotel Borneo Pontianak, Minggu (14/4)
Berdasarkan rilis yang diterima tribunpontianak.co.id, selain berhasil memiliki Ketua Wilayah Baru, Muswil II FKDT Kalbar yang berlangsung pada tanggal 12 - 14 April 2019 itu menjadi momen strategis untuk menentukan program-program DPW FKDT lima tahun kedepan, disamping sebagai ajang pertanggungjawaban DPW FKDT masa khidmat sebelumnya sekaligus diadakan pembinaan peningkatan kwalitas lembaga dan guru madrasah diniyah.
Takmiliyah Kalimantan Barat oleh Kantor Wilayah kementerian Agama Kalimantan Barat.
Ahmad Bustomi yang sehari-hari sebagai guru madrasah menggantikan Muhammad Romli Ketua Wilayah FKDT sebelumnya.
Baca: FKDT Berharap Dukungan Pemerintah
Baca: Pengurus FKDT Landak Resmi Dilantik
Bagi Ahmad Bustomi madrasah diniyah yang dikenal di masyarakat sebagai sekolah Arab atau sekolah sore ini tidak asing lagi.
Sejak di usia sekolah dasar Ahmad Bustomi mengenyam madrasah diniyah di desanya.
Sebelum terpilih sebagai Ketua DPW FKDT Kalimantan Barat, Ahmad Bustomi sudah aktif dalam kepengurusan DPC FKDT Kota Pontianak sebagai ketua untuk masa khidmat 2014-2019.
Forum Komunikasi Diniyah Takmliyah (FKDT) mungkin masih asing di kalangan masyarakat Kalimantan Barat. Kendatipun secara formal FKDT di level wilyah baru berdiri dalam lima tahun terakhir ini namun di masing-masing Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat telah berdiri FKDT.
Pendidikan keagamaan madrasah diniyah merupakan entitas pendidikan keagamaan telah lahir jauh sebelum Indonesia merdeka. Di masyarakat di kenal dengan istilah sekolah sore atau sekolah Arab, karena memang banyak dilaksanakan di sore dan malam hari dan diajarkan tentang membaca, menulis Arab, pelajaran tentang Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Aqidah, Akhlaq, SKI dan Bahasa Arab.
Dalam perkembangannya madrasah diniyah telah tumbuh menjamur di mana-mana. Hampir di setiap kelurahan dan desa di Kalimantan Barat,terdapat madrasah diniyah.
Bahkan bisa lebih dari satu dengan jumlah santri ratusan dalam satu MD. Mereka hidup mandiri secara independen tidak menggantungkan anggaran negara. MD tumbuh dan besar dari, oleh dan untuk masyarakat.
Dalam regulasi pendidikan keagamaan Islam kewenangan pembinaan MD ada pada Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam.
Baca: FKDT Landak Gelar Lomba Cerdas Cermat
Semula bernama Madrasah Diniyah, sejak diundangannya Peraturan Pemerintah No 55/2007 Madrasah Diniyah diubah menjadi Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). Karena pada umumnya anak-anak yang menempuh pendidikan di MDT paginya sekolah formal dan sorenya di diniyah.
Sampai saat ini data EMIS Kementerian Agama Kalimantan Barat menunjukan bahwa ada 326 MDT se-Kalimantan Barat (14 Kab/Kota) dengan perincian Diniyah Ula 288, Wustha 35 dan Ulya 3 lembaga.