Dua Anggota KPPS di Sintang dan Sanggau Meninggal, Daftar Panjang Duka Pemilu 2019 di Kalbar
Usetianus meninggal dunia di RSUD Ade M Djoen Sintang, sekitar pukul 10.30 WIB. Dengan kejadian ini, maka sudah 10 anggota KPPS di Kalbar meninggal.
Menurut Jarot, kejadian ini sebagai pesta demokrasi yang paling gila-gilaan. Pesta demokrasi yang menggabungkan secara bersamaan lima jenis pemilihan.
"Saya pernah bilang, inilah pesta demokrasi yang paling gila-gilaan. Waktu panjang, lima jenis pemilihan, pasti menciptakan masalah yang lebih banyak. Karena semua harus bekerja dengan waktu yang lebih panjang," kata Jarot.
Menurutnya perlu dipahami bahwa tingkat kesejahteraan penyelenggara pemilu rata-rata masih belum memadai.
"Sehingga inilah yang terjadi, ada yang meninggal, ada yang sakit, bahkan ada yang sudah diinfus masih bekerja," jelasnya.
Oleh karena itu, dia telah meminta semua sektor terlibat fungsional.
Dirinya sudah memerintahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan, Direktur Rumah Sakit dan seluruh petugas Puskesmas melayani kesehatan petugas penyelenggaraan pemilu.
Baca: Satu Anggota KPPS TPS 03 Dusun Bungok Meninggal Dunia
Baca: Sebelum Meninggal, Ketua KPPS 06 Kebong Sempat Tiga Hari Mengeluhkan Sakit
"Saya minta petugas medis untuk jaga kesehatan mereka-mereka ini, mereka pahlawan demokrasi, kita jagalah kesehatannya. Karena sampai saat ini sudah cukup banyak yang sakit," terangnya.
Jarot berpesan agar kepada para penyelenggara pandai-pandai mengatur waktu kapan beristirahat dan kapan bertugas.
"Saya tahu sulit tapi cobalah diatur waktunya. Tetap semangat. Mudah-mudahan sukses, jadi sumbangsih mereka ini adalah kontribusi besar untuk pesta demokrasi di Indonesia," pungkasnya.
Dihubungi terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Sintang, Harysinto Linoh, mengatakan bahwa jajaran petugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang telah diturunkan untuk melakukan pelayanan kesehatan bagi petugas penyelenggara pemilu.
Saat ini menurutnya, tim medis dari Puskesmas-Puskesmas di kecamatan telah ditempatkan di tempat-tempat pelaksanaan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pilpres dan Pileg 2019 tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
"Petugas kita tempatkan untuk memeriksa kesehatan dan juga kalau ada keluhan-keluhan dari mereka yang terlibat dalam penghitungan suara karena kita tahu penghitungan suara itu nonstop," katanya.
Menurutnya hal ini juga sesuai dengan surat perintah dari Bupati Sintang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang untuk menurunkan tim di seluruh kecamatan.
Tim medis ini menurut dia, stand by dari pagi hingga pukul 21.00 WIB.
"Kemudian sisanya kita on call, jadi kita siap dipanggil apabila ada masalah kesehatan dari pihak-pihak yang terlibat. Jadi semua yang terlibat kita layani, bukan hanya KPPS atau PPK-nya saja," tegasnya.
Menurut Sinto, jika melihat jam kerja penyelenggaraan pemilu yang harus nonstop bekerja, tentu beresiko pada keadaan stres yang cukup tinggi ditambah kondisi fisik yang mengalami kelelahan karena bekerja.
"Apalagi kalau mereka ada yang punya riwayat penyakit. Misalnya sebelumnya mereka ada penyakit darah tinggi, udah gitu makin nggak tidur, makin tinggi darahnya bisa stroke. Kalau penyakit jantung bisa serangan jantung," ujarnya.
Sementara itu Sekretaris Komisi I DPRD Sanggau, Yeremias Marsilinus, mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Yesi (19).
Yesi merupakan aanggota KPPS TPS 03 Dusun Bungok, Desa Majel, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau. Ia meninggal di RSUD M Th Djaman Sanggau, Jumat (26/4). “Tadi saya melihat langsung ke rumah sakit,” katanya.
Pria yang juga berasal dari Kecamatan Bonti itupun berharap agar KPU memberikan santunan untuk anggota KPPS yang meninggal dunia.
Bertambah Jadi 230 Orang
Jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia karena kelelahan dan sebab lain saat Pemilu Serentak 2019 terus bertambah. Terkini, sudah 230 orang petugas KPPS meninggal dan 1.671 orang jatuh sakit.
Hal itu diungkapkan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Aziz di kantor KPU RI, Jakarta, Jumat (26/4/2019) siang.
"Update, ada 230 orang meninggal dunia, sakit 1.671, total 1.901 per Jumat siang ini. Sepertinya akan bertambah (jumlah korban)," kata Viryan.
Jumlah petugas KPPS yang meninggal bertambah 5 orang dari data sebelumnya yakni 225 orang. Dan yang sakit bertambah 201 orang, dari data sebelumnya yakni 1.470.
Sebelumnya KPU menyampaikan Kementerian Keuangan telah menyetujui santuan bagi para keluarga korban petugas KPPS yang terdampak dari rangkaian proses penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 pada 17 April lalu.
Baca: Satu Pengawas TPS di Sintang Meninggal Dunia, Diduga Faktor Kelelahan
Baca: Sempat Operasi Caesar, Ibu Hamil Petugas Pemilu di Kalbar Meninggal Bersama Bayinya! 8 Meninggal
Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, kini pihaknya sedang menunggu Kemenkeu menentukan besaran santunan yang diberikan.
KPU sendiri telah mengusulkan masing-masing korban meninggal mendapat santunan dalam kisaran Rp30 hingga 36 juta.
Adapun korban yang mengalami kecatatan mendapat santunan sebesar Rp30 juta dan korban luka usulan besaran santunan Rp16 juta.
18 Polisi Meninggal
Selain petugas penyelenggara dan pengawas pemilu, anggota Polri yang bertugas melakukan pengamanan pemilu di sejumlah daerah juga meninggal.
Dan jumlahnya juga bertambah dari 16 orang menjadi 18 orang.
"Jadi ini sudah 18 anggota polri yang gugur selama pelaksanaan pengamanan pemilu," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Dedi Prasetyo.
Sebanyak 18 polisi yang meninggal tersebut berada di sejumlah wilayah, mulai dari Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jakarta, hingga Sulawesi Selatan.
Dedi mengatakan pihaknya mendapat informasi seorang anggota Polri di Purwakarta meninggal pada saat proses pengamanan Pemilu 2019. Personel gugur karena kelelahan secara fisik.
Baca: 10 Polisi Meninggal saat Tugas Pemilu
"Badannya merasa tidak enak, saat pengamanan di KPUD, kemudian dibawa ke RS Siloam, di Purwakarta, dalam perawatan 1 hari kemudian meninggal dunia," tutur Dedi.
Dedi mengkui sebagian besar kondisi kesehatan anggota Polri menjadi menurun karena rangkaian pengamanan Pemilu 2019 yang cukup lama.
Ia menambahkan bahwa sebagian anggota yang gugur juga karena mengalami gagal jantung.
Dedi menambahkan, Polri akan memberikan sejumlah hak bagi para personel yang meninggal.
Mereka akan menerima gaji terusan secara penuh selama setahun. Selain itu, juga bakal menerima asuransi bakti Bhayangkara, Asuransi Asapri, Wirapta, serta uang yang berkaitan dengan kedukaan.
Selain itu, lanjut Dedi, Polri juga telah melakukan evaluasi dari aspek kesehatan bagi para personel yang bertugas serta analisis yang komperhensif divisi kedokteran kesehatan Polri.
Wafat Kelelahan
* Selasa, 16 April 2019
- Syafe'i, anggota KPPS TPS 03, Desa Setawar Kecamatan Sekadau Hulu.
- Robertus Verdi Sinata anggota PPK Kecamatan Seberuang.
* Rabu, 17 April 2019
- Jento, petugas pengamanan TPS, PPK Serawai.
* Kamis, 18 April 2019
- Bonifasius Nyegang, Ketua PPS di Desa Lanjak Deras Kecamatan Batang Lupar.
- Matnor, staf Sekretariat Panwaslucam Jawai Selatan.
- Nani Rosmaini, staf Panwaslu Desa Dedai Kanan.
* Sabtu, 20 April 2019
- Wulandari, staf Panwascam Pontianak Barat.
* Minggu, 21 April 2019
- Karwan (52), anggota KPPS di TPS 006, Desa Semuntai, Kecamatan Sepauk.
* Jumat, 26 April 2019
- Usetianus, Ketua KPPS 06 Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang meninggal dunia di RSUD Ade M Djoen Sintang, sekitar pukul 10.30 WIB.
- Yesy (19), anggota KPPS TPS 03 Dusun Bungok, Desa Majel, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau meninggal dunia pukul 11.55 Wib.
DATA: HID/HEN
BERBAGAI SUMBER