Mahfud MD Ungkap Awal Mula Bubuhkan "MD" di Nama, Lupa Dihapus Setelah Lulus Sekolah

Mahfud MD Ungkap Awal Mula Bubuhkan "MD" di Nama, Lupa Dihapus Setelah Lulus Sekolah

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Youtube
Mahfud MD Ungkap Awal Mula Bubuhkan "MD" di Nama, Lupa Dihapus Setelah Lulus Sekolah 

Pakar Hukum Tata Negara, Moh Mahfud MD mengungkapkan, MD di akhir namanya merupakan singkatan nama ayahnya, Mahmudin.

Menurut Mahfud MD, nama itu mulai digunakan saat dirinya mengenyam pendidikan di Pendidikan Guru Agama (PGA).

Saat itu ada tiga orang yang punya nama Mahfud. Hal itu menyulitkan seorang guru yang akhirnya memberikan huruf di akhir nama.

"Kata guru, ndak enak ni kalau nama Mahfud ngacung semua. Terus ditunjuklah kamu mahfud A, saya Mahfud B, terus yang ini C, gitu," ungkap Mahfud MD dilansir dari Channel Youtube Alvin & Friends.

Setelah seminggu, malah sang guru sendiri yang merasa tidak enak.

Baca: Cerita Mahfud MD Diberi Harapan Palsu Dua Presiden Hingga Akhirnya Dapat Posisi Lebih Tinggi

"Kok nggak enak ya katanya. Kok pakai ABC kayak nomor becak," kata Mahfud menirukan ucapan gurunya.

Guru itu kemudian bertanya nama orangtua Mahfud satu persatu.

"Orangtua mu siapa? Yang satu A, Mahfud Musyaffa, saya Mahfud Mahmudin, yang tiga Mahfud Hasan Basri," jelas Mahfud.

Jika sebelumnya sang guru yang merasa tak enak, kini giliran Mahfud MD yang merasa namanya tak enak.

"Sesudah seminggu saya yang ndak enak. Namanya Mahfud Mahmudin kok kurang keren gitu ya," ujar Mahfud lantas tertawa.

Dirinya kemudian menyampaikan usul ke guru agar kembali diganti.

"Mahmudin itu kemudian diganti MD," kata Mahfud. 

Ternyata "MD" yang semula dipakai untuk keperluan presensi sehari-hari tapi kemudian, ketika lulus lupa kalau itu tambahan.

"Sehingga itu (MD) ditulis di ijazah. Ijazah tahun 70an awal itu tidak bisa diganti," kata Mahfud MD

"Lalu saya diminta membuat Surat Keterangan dari Notaris bahwa Mahfud MD yang di ijazah ini adalah Mahfud yang berijazah tahun sekian yang tidak ada MD nya," ceritanya.

Hingga akhirnya Mahfud sampai saat ini masih menggunakan MD di akhir namanya.


Korban PHP Dua Presiden

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD pernah menjadi "korban harapan palsu" dua presiden di Indonesia.

Paling baru, adalah tawaran menjadi pendamping Jokowi dalam Pilpres 2019 dimana Jokowi akhirnya memilih Ma'ruf Amin.

Mahfud mengaku tidak kecewa dengan keputusan Jokowi dan sembilan partai koalisi pendukungnya.

"Saya tidak kecewa, kaget saja, karena sudah diminta mempersiapkan diri, bahkan sudah agak detail," kata Mahfud, dalam sebuah wawancara di Kompas TV, pada Kamis (9/8/2018) sore.

Jokowi dan para partai pendukungnya mengungkap nama Ma'ruf Amin sebagai cawapres dalam sebuah pertemuan di restoran Plataran, Menteng, pada Kamis sore ini.

Setelah diminta mempersiapkan diri, Mahfud MD sebenarnya sempat menunggu di restoran yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Namun, setelah beberapa lama menunggu, Mahfud memutuskan pulang.

Meski begitu, Mahfud menilai bahwa hal yang dialaminya sebagai peristiwa politik biasa.

"Biasa di dalam politik, itu tidak apa-apa," ujar mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid ini.

"Kita harus lebih mengutamakan keselamatan negara ini daripada sekadar nama Mahfud, nama Ma'ruf Amin," ucap Mahfud.

Selain oleh Jokowi, Mahfud MD ternyata juga pernah menjadi "korban harapan palsu" Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Mahfud MD menceritakan hal itu di program TV Alvin & Friends iNews TV, Senin (1/4/2019).

Mahfud pada kesempatan itu menceritakan kekecewaan karena batal menjadi menteri setelah dijanjikan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Mahfud MD mengungkapkan, waktu SBY mau menjadi presiden, dirinya masuk dalam daftar calon menteri.

"Dan sudah muncul di koran-koran, calon menterinya SBY itu Mahfud. Kalau tidak Menteri Agraria nanti di Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atau Menteri Hukum dan HAM. Terakhir calon Menko Kesra gitu," kata Mahfud.

Mahfud mengatakan, dirinya saat itu memang berjuang untuk kemenangan SBY.

SBY juga memanggilnya dua kali dan menyampaikan jika menjadi presiden akan menjadikan Mahfud MD sebagai menteri.

"PKB saya ambil tiga, Pak Mahfud, Khofifah, Alwi Shihab," cerita Mahfud.

Setelah SBY menjadi presiden, terjadi rebutan dimana-mana dan nama Mahfud tidak masuk.

"Pokoknya kalau kita ingin tapi Tuhan tidak meridhoi, tidak jadi. Tetapi saya katakan, wah ini Tuhan memberikan jalan lain kepada saya, karena saya tidak menyangka, sesudah tidak terpilih oleh SBY ada lowongan menjadi ketua hakim MK," ujar Mahfud MD.

"Saya masuk ke situ tanpa rencana apa pun, terpilih, kemudian menjadi ketuanya pun tidak pakai usaha," kata Mahfud MD.

"Orang mengusulkan, udah waktunya Pak Mahfud. Termasuk Jusuf Kalla, semua bekerja sendiri, saya terpilih ketika saya tidak ingin," ujar Mahfud.

"Terus berarti ketika SBY tidak menjadikan saya sebagai menteri saya agak kecewa pada waktu itu, karena sudah janji, sudah ketemu tapi kok tidak jadi. Tapi saya diam saja, kecewa, mungkin Tuhan tidak mengijinkan, lalu saya pergi umrah saja," katanya.

Tak lama setelah pulang dari Umroh, Mahfud MD mendapat amanah menjadi Ketua MK.

"Malah lebih tinggi dari menteri kan, sejajar dengan presiden," kata  Mahfud MD.

Simak cerita Mahfud MD selengkapnya dalam video berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved