Dwi Fajar Saputri Merasa Beruntung Bisa Jadi Peserta ITTEP 8-STOLS di Jepang
Dwi Fajar Saputri adalah Dosen di IKIP PGRI Pontianak yang beruntung bisa menjadi perwakilan kampus sekaligus Kalimantan Barat
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
"Kita mengamati bagaimana siswa belajar di kelas, sampai program-program sekolahnya itu apa saja yang ada di Jepang, kalau di universitas itu kita dapat materi tentang bagaimana pelaksanaan dan ilmu-ilmu tentang lesson study," imbuhnya.
Selama di Jepang Dwi dan peserta lainnya menggunakan bahasa Indonesia, dan punya translatter orang Jepang.
Setiap penyampaian materi pakai bahasa Jepang, terus ditraslatekan dalam bahasa Indonesia.
"Kita bertanya juga dalam bahasa Indonesia baru ditranslate kan ke bahasa Jepang," ucapnya.
Lebih lanjutnya Dwi mengatakan banyak pengalaman menarik yang ia temukan ketika kunjungan ke salah satu sekolah yaitu di SD.
"SD disana ada untuk anak berkebutuhan khusus
jadi ternyata di Jepang itu ada kelas khusus anak berkebutuhan khusus, mereka benar-benar memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dan satu sekolah lagi ada juga yang bercampur antara anaknya yang normal dan anak berkebutuhan khusus," pungkasnya.
Dwi melihat secara siswanya diperhatikan mereka saling peduli terhadap teman-temannya. Pengalaman berharganya bagaimana ia bisa melihat mereka belajar dengan memperhatikan kawan-kawannya dan belajar bersama kawan-kawan lainnya.
Setelah berkunjung kesekolah dan Universitas, Dwi mengatakan bahwa sistem pendidikan di Jepang menggunakan sistem colaboratif Learning.
"Belajarnya secara sama-sama. Jadi mereka itu pertama individu dari individu kelompok kemudian presentasi kelompok," ujarnya.
Jadi secara kelompok learning memang terlihat, Jadi kenapa Lesson Study mengatamati siswa belajar, dan siswa belajar disana tidak ada 1 orang siswa pun yang dibiarkan, jadi pembelajarannya bersama collaborative learning .
Kalau di Universitas, ia mengatakan lebih kepada kegiatan sharing lesson study .
Selain pengalaman menarik saat mengikuti program, Dwi juga berkesempatan untuk menikmati indahnya negara Jepang.
Ia menceritakan untuk pengalaman menarik di luar program di Jepang itu berkenaan transportasinya disana yang menggunakan kereta api, dan jalan kaki berjam-jam.
"Pas libur sabtu dan minggu wekeend kita pergi ke taman Hachiko , dari gedung JICA ke taman sekitar 24 km dan itu jalan kaki dari gedung JICA ke sana, dan melewati satu taman Yuogi itu ternyata di sana pas ada bunga Sakuranya itu yang paling berkesan," imbuhnya.
Setelah pulang dari Jepang Dwi bersama peserta lainnya mempunyai program untuk diterapkan di Indonesia yaitu ada satu sekolah yang dibina untuk menerapkan lesson study yang akan ditularkan ke sekolah di Pontianak.