TNI AD Kembali Juara Tembak Internasional AASAM 2019, Sertu Woly Hamsan Kelahiran Sambas Ini Terbaik
Ajang kompetisi internasional bergengsi ini diikuti 20 negara di wilayah Asia Pasifik dan beberapa negara dari benua Amerika dan Eropa
Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
Lima orang petembak TNI AD juga masuk sebagai 20 orang petembak terbaik yang terpilih untuk mengikuti Match Championship 104 dari masing-masing kontingen negara peserta AASAM.
Selanjutnya 3 orang petembak TNI AD keluar sebagai juara pada Match Championship 104 ini yaitu Sertu Woly Hamsan sebagai Juara 1, Sertu Misran sebagai Juara 2 dan Kopda Arifin sebagai Juara 3.
Berhasil membuat Merah Putih berkibar di negara asing, Ia pun ditandu oleh rekan-rekannya sebagai wujud kegembiraan.
Dengan demikian, maka TNI AD dinyatakan sebagai Juara Umum Lomba Tembak AASAM Tahun 2019.
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI Besar Harto Karyawan didampingi oleh Pangdivif 1 Kostrad Mayjen TNI Agus Rohman, meninjau langsung kontingen TNI di lomba tembak AASAM 2019, Selasa (2/4/2019)
Ikut mendampingi Pangkostrad dalam peninjauan kali ini Paban Binlat Sopsad Kolonel Inf Bangun Nawoko, Atase Darat Indonesia untuk Australia Kolonel Inf Herbert Tambunan.
Kisah Woly Hamsan Berawal Dari Hobi Berburu Burung
Dibalik tuturnya yang bersahaja dan kesederhanaannya, tak ada yang mengira pria ini memiliki segudang prestasi bahkan bertaraf internasional.
Dialah Woly Hamsan penembak militer internasional yang kembali bersama tim anggota TNI Indonesia lainnya berhasil mempersembahkan prestasi membanggakan.

Lalu siapakah Woly dibalik seragam TNI AD ini.
Woly yang ditemui Tribunpontianak.co.id, beberapa waktu lalu sedang pulang ke kampung halaman di Dusun Seradi Desa Bakau Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas.
Putra dari pasangan Hamidan Mahyan (56) dan Farida (54) ini banyak bertutur tentang kehidupannya hingga akhirnya ia menjadi orang yang patut diperhitungkan di negeri ini.
Ada hal menarik dalam tuturnya, kendati mengaku sudah bertahun-tahun tak pulang kekampung, Woly bercerita masih kental dengan logat Melayu Sambas. "Tidaklah lupa, kan daerah sendiri besar-besarnya di sini," ujarnya kepada Tribun
Ia mengaku waktu tumbuh besar dihabiskan sama seperti anak-anak dan remaja lainnya. Masa pendidikannya ditempuh Woly di SDN 38 Bakau, masa SMP N 1 Dungun Laut dan SMA Pembangunan Sentebang Jawai.
Sebagai anak seorang petani, putra bungsu pasangan Hamidan Mahyan (56) dan Farida (54) ini juga kerap ikut membanting tulang membantu orangtua dengan ikut menyadap nira kelapa sepulang sekolah untuk dijual ke pasar.