Sukiryanto Sebut Peran Penting Generasi Millenial di Pemilu 2019

Sukiryanto menjadi narasumber dalam dialog publik yang digelar Dewan Pengurus Pusat Rumah Milenial

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Satu diantara calon DPD RI asal Kalbar, Sukiryanto menjadi narasumber dalam dialog publik yang digelar Dewan Pengurus Pusat Rumah Milenial bersama mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan, di Whats Up Kafe, Sabtu (23/3/2019) 

Sukiryanto Sebut Peran Penting Generasi Millenial di Pemilu 2019

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu diantara calon DPD RI asal Kalbar, Sukiryanto menjadi narasumber dalam dialog publik yang digelar Dewan Pengurus Pusat Rumah Milenial bersama mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan, di Whats Up Kafe, Sabtu (23/3/2019).

Dialog publik ini bertemakan peran mahasiswa dalam Pemilu 2019 yang bermartabat, damai dan bebas hoaks. Sukiryanto menguraikan tiga hal yang menjadi tanggung jawab para milenial sebagai generasi zaman now untuk mewujudkannya.

Pemilu yang bermartabat kata Sukiryanto, adalah berdemokrasi dengan cara-cara yang santun. Tidak menebar aksi provokasi.

“Sekarang ini banyak berpolitik tak bermartabat. Contohnya merusak alat peraga kampanye (APK) calon yang bukan dukungannya. Dicoret, dirusak dan dirobek. Itu sudah tidak bermartabat,” katanya.

Baca: Kalbar 24 Jam - Tuntutan Sutarmidji ke Pusat, OSO Ajak Cegah Hoax, hingga Suami Tebas Tangan Istri

Baca: Live Streaming Trans7 Mancing Mania Monster-monster Papua yang Menantang Ada Giveaway Lho!

Baca: Terharu, Park Bo Gum Beterima Kasih pada Fans Indonesia dan Sebut Luar Biasa

Seharusnya kata dia, semua pihak menghormati pilihan masing-masing. Tidak memprovokasi dengan tindakan-tindakan yang bakal bermuara pada aksi kejahatan seperti perusakan tersebut. Ini yang justru membuat kacau demokrasi.

“Dari data yang ada, 60 persen baliho-baliho dirusak. Sangat disayangkan. Itu menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran demokrasi yang tak bermartabat,” katanya.

Sementara terkait penyebaran hoaks. Sukiryanto mengaku miris. Mendekati hari pemilihan, banyak bertebaran hoaks atau berita bohong yang menjatuhkan lawan politik. Diperparah hal ini disebarkan secara massif oleh para pendukung.

“Milenial bisa menjadi pencerah. Memberikan klarifikasi terhadap berita bohong yang menyebar di masyarakat. Kita mesti pasang badan melawan hoaks,” ujarnya.

Milenial, terutama mahasiswa sebagai intelektual muda bisa memberikan edukasi terhadap masyarakat terkait hoaks ini. Mulai dari lingkungan terkecil di keluarga sampai masyarakat luas.

“Banyak warga yang baru mengetahui teknologi misalnya orang-orang tua dan di pedalaman. Baru pegang android dapat hoaks lalu main share. Ini yang perlu diedukasi,” katanya.

Milenial mesti mampu memberikan analisa terhadap berita bohong. Kemudian menjawab berita-berita hoaks tersebut agar masyarakat dapat memahaminya.

“Mengurangi ribuan hoaks di medsos itu, kita harus mampu menjawabnya jika itu salah. Kita analisa, klarifikasi secara rasional. Hoaks itu punya kepentingan dan mencuci otak. Jangan sampai kita tak mampu menganalisa kebenaran berita, malah disebarkan lagi. Itulah yang makin memperparah,” paparnya.

Sementara terhadap Pemilu damai, Sukiryanto sebagai ketua dari salah satu paguyuban sekaligus Wakil Ketua PWNU Kalbar ini memang aktif bersama organisasi kemasyarakatan lain menggelar diskusi lintas etnis dan agama.

“Menciptakan kedamaian, kami tokoh etnis maupun agama rutin menggelar dialog dalam dua pekan sekali. Membahas dan memikirkan kedamaian di Kalbar. Sehingga tak ada gesekan. Yang terkadang muncul dari individu malah dibesar-besarkan menjadi etnis atau golongan,” jelasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved