Inisiator Kelompok Belajar Anak Berkebutuhan Khusus, Merpati Prihatin Kondisi ABK di Terentang
Azmi mengatakan ABK merpati mulai beroperasi dari Februari 2017, dengan Jumlah anak ABK sebanyak 25 orang
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
Sehingga sangat miris sekali melihat keadaan seperi itu, dan dari situlah Azmi tergerak untuk membuat sebuah ruang untuk mereka mengapresiasikan diri.
"Alhmdulillah banyak perubahan yang mereka dapatkan dari kegiatan belajar ini salah satunya adalah yang dulu tidak bisa membaca dan sekarang bisa membaca dan sudah mau untuk bersosialisasi dengan orang lain," ujar Azmi.
Harapannya gerakan nyalakan semangat ini konsisten dan dapat support dari manapun sehingga gerakan ini tidak stagnan sampai disini. Tetapi bisa berlanjut untuk kegiatan yang sifatnya sama yaitu bersosial, tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Azmi pernah mengajukan ke dinas pendidikan Provinsi agar mereka bisa melatih guru khusus mengajar anak ABK.
Tetapi permintaan dari dinas pertama itu adalah my name by adress. Berdasarkan form yang mereka berikan, tetapi sampai saat ini responnya belum ada. Namun untuk SK dari desa sudah ada.
"Kita mencoba memberikan kurikulum yang baru dan bagus , ketika kita sudah di SK kan kita punya alat untuk membuat legalitas," ujar Azmi.
Kalau untuk bahan belajar Azmi langsung meminta bahan ajar dari pihak ketiga, untuk donatur juga tidak tetap.
Baca: Pelaksanaan Apel Gelar Pasukan Ops Pol Liong Kapuas 2019 Polres Mempawah
Baca: Bawaslu Sambas Turunkan APK Calon DPD
Dulu perrnah mendapatkan bantuan oleh Program Generasi sehat Cerdas dana luar negeri berjumlah Rp. 36 juta . Dari dana itu pihak ABK merpati bekerja sama dengan Aku Belajar selama enam bulan untuk mengajar anak ABK di Terentang.
"Namun setelah selesai bantuan selama enam bulan kita kebingunan untuk guru dan biaya operasional guru yang harus datang ke Terentang dengan jarak yang cukup jauh," ujar Azmi.
Setelah tidak ada bantuan mengajar dari luar dan dana bantuan lainnya. KB ABK berjalan seadanya dengsn mengandalkan Sri sebagai guru volunter di ABK Merpati.
Dulunya untuk mengikuti pembelajaran seminggi sekali para 25 anak ABK dikumpulkan dititik terdekat agar semuanya bisa hadir mengikuti pelajaran dan diberikan uang sebesar Rp.50 ribu untuk para orang tua yang sudah mengantar anaknya ke ABK Merpati agar mereka tetap semangat belajar.
Kisah miris yang sempat menyayat hati Azmi saat setelah Aku Belajar tidak lagi mengajar di ABK Merpati para anak ABK tetap hadir dan mencari kemana guru mereka, karena rasa semangat belajar yang tinggi. Namun setelah tidak ada guru mereka merasa down dsn tidak ingin sekolah lagi.
Untuk saat ini hanya tersisa 9 anak ABK yang diajar oleh Sri yang bertahan dan tetap bersekolah.
Salah satu anak juga pernah mendapatkan uang sebesar Rp.1.5 juta dari hasil gambarnya saat dipajang di salah satu acara.
"Itu menunjukan bahwa dibalik kekurang mereka masih punya kelebihan,"ujar Azmi.
Kelompok Mengajar ABK Merpati juga menumpang di bangunan PAUD Merpati dan sangat kekurangan skill guru untuk mengajar ABK, Bahan ajar dan kurikulum juga tidak ada, Sarana prasarana fasilitias pendukung untuk belajar sangag kurang, kurangnya buku khusus disabilitas, buku pelajaran siswa ,serta alat permaianan edukatif untuk para ABK.