TRIBUN WIKI
Tradisi Antar Ajong, Situs Budaya Pesisir Sambas yang Kaya Nilai Filosofi
Munculnya Antar Ajong ini adalah bentuk hubungan pemerintahan dengan Kerajaan Majapahit.
Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Marpina Sindika Wulandari
Tradisi Antar Ajong, Situs Budaya Pesisir Sambas yang Kaya Nilai Filosofi
TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas memiliki beragam tradisi.
Satu di antaranya adalah tradisi Antar Ajong.
Zulmuis, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, mengatakan bahwa Awang Bujang (74), pawang senior di Kecamatan Paloh, Antar Ajong sudah dilakukan masyarakat setempat sejak zaman Kerajaan Majapahit, sebelum Kesultanan Sambas berdiri.
Waktu itu, secara periodik masyarakat mengirimkan atau mengantar upeti kepada Kerajaan Majapahit berupa hasil-hasil bumi menggunakan perahu lancang kuning (Ajong).
Baca: Masyarakat Desa Tanah Hitam Kecematan Paloh Gelar Lomba Antar Ajong
Baca: Kemenpora Kagum Dengan Sambutan dan Budaya Sambas
Setelah Kesultanan Sambas berdiri, pengiriman upeti tersebut tidak dilakukan lagi.
Munculnya Antar Ajong ini adalah bentuk hubungan pemerintahan dengan Kerajaan Majapahit, yakni sudah menjadi lumrah jika suatu wilayah yang telah dikuasai sebuah kerajaan, maka rakyat di wilayah taklukannya tersebut harus patuh pada segala aturan kerajaan.
Salah satu aturan tersebut adalah membayar upeti pada pihak kerajaan.
Jadi saat itu maknanya tidak ada kaitannya dengan keyakinan.
Selain itu, amanah dari para leluhur bahwa tradisi ini jangan sampai hilang, maka seiring waktu, makna dari Antar Ajong tersebut mengalami pergeseran.
Antar Ajong menjadi ritual yang dilakukan untuk menghindarkan masyarakat dari segala hal negatif, seperti wabah penyakit, hama tanaman yang merajalela dan bencana alam.
Ritual ini juga sebagai pertanda dimulainya masa bercocok tanam padi.
Pengaruh animisme dan dinamisme terhadap Melayu Sambas Sebelum Islam datang, alam Melayu Sambas sudah dipengaruhi oleh alam ajaran agama Hindu.
Tercatat kerajaan Hindu Majapahit pernah memberikan pengaruh terhadap kerajan Sambas.
Majapahit sebagai Kerajaan Hindu tentu sangat kental dengan animisme dan dinamisme di dalam peri kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Sehingga, meskipun orang Melayu Sambas beragama Islam, pengaruh kepercayaan tradisional itu masih melekat kuat pada sebagian mereka.
Salah satu bentuk animisme dan dinamisme tersebut adalah Antar Ajong ini.
Baca: IKMAS Adakan Event Akbar Tahunan, Gelar Budaya Sambas ke III di Yogyakarta
Baca: Hadiri Panen Raya di Sambas, Ini Harapan Gubernur Sutarmidji
Antar Ajong sebagai tradisi masyarakat Melayu Sambas, bahwa setiap tahun di bulan musim tanam, bulan Agustus diadakan suatu tradisi pantai disebut dengan Antar Ajong.
Ada yang mengatakan, asal muasal Antar Ajong ini adalah dilakukan untuk membalas jasa para leluhur yang telah datang, untuk memberikan rezeki berupa padi kepada penduduk pantai.
Untuk menghormati para leluhur dibuatlah semacam “Jung Kecil” yang diumpamakan ajong milik para leluhur yang berjasa itu.
Ke dalam ajong tersebut diletakkan sesajian berupa beras atau padi, minyak kelapa, ketupat, ayam jantan yang masih hidup, dan banyak lagi bahan-bahan yang lain.
Persis seperti bahan-bahan yang ada dalam ajong milik para leluhur yang pernah mereka lihat.
Kemudian “Jung Kecil” dilepas ke laut. (*)