Bocah Tiga Tahun Tewas Digorok Ayah Kandungnya, Sebelum Dibunuh Wajah Korban Ditutup
Bocah Tiga Tahun Tewas Digorok Ayah Kandungnya, Sebelum Dibunuh Wajah Korban Ditutup.
Bocah Tiga Tahun Tewas Digorok Ayah Kandungnya, Sebelum Dibunuh Wajah Korban Ditutup
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bocah Tiga Tahun Tewas Digorok Ayah Kandungnya, Sebelum Dibunuh Wajah Korban Ditutup.
Entah apa yang ada dipikiran Solihin Bin Khaeroni (40) Warga Dusun III Blok A RT 1/1 Desa karya Maju, Kecamatan Keluang, Kabupaten Muba.
Baca: Terungkap! Kata Terakhir Jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi Sebelum Tewas Dibunuh
Baca: Dukun Kejam Ini Dihukum Mati, Bunuh 42 Wanita dengan Brutal, Minum Air Liur Korban Sebelum Dibunuh
Baca: Pembunuhan Massal, 31 Pekerja Bangunan di Papua Dibunuh dengan Sadis
Disaat seluruh anggota tengah melakukan sholat tahajud dan makan sahur, pelaku tega menggorok leher anaknya NF (3) hingga tewas, Senin (10/12/18) sekitar pukul 03.00 WIB di rumahnya.
Sedangkan Siti Aminah orang tua dari pelaku sedang makan sahur di dapur.
Suasana yang hening pada subuh hari tersebut langsung pecah ketika Juningsih melihat anaknya meninggal dunia di tangan ayahnya sendiri, Siti Aminah langsung berusaha merebut parang tersebut dibantu dengan istri pelaku selanjutnya parang tersebut berhasil direbut istri pelaku.
Juningsih langsung memerintahkan anaknya yang lain yakni EM keluar rumah menuju rumah kakek yang tidak jauh.
Setibanya Khaeroni yang merupakan orang tua dari Solihin melihat kejadian tersebut langsung sontak terkejut bukan main, saat istri pelaku dalam keadaan pingsan dan nenek korban di ruang tengah didekat korban.
Sedangkan korban dengan posisi terlentang dalam keadaan sudah meninggal dunia dengan luka gorok di leher.
Khaeroni langsung mengamankan Solihin bersama warga sekitar, Kadus sekitar langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
Kapolres Muba AKBP Andes Purwanti SE MM, melalui Kapolsek Keluang Iptu Sapta Eka SH, membenarkan prihal kejadian pembunuhan tersebut.
Pelaku melakukan aksinya sekitar pukul 03.00 WIB, dimana saau itu NF sedang tertidur sedangkan anggota keluarga yang lain sedang sholat tahajud dan makan sahur.
“Solihin melakukan aksinya dengan menggunakan parang dan menggorok leher NF, pelaku menutupi muka NF sebelum melancarkan aksinya. Usai melakukan aksinya ia langsung menuju ruang tengah sambil membawa parang yang dipenuhi darah,” kata Sapte, Senin (10/12/18).
Lanjutnya, pasca kejadian tersebut pihaknya langsung mengamankan pelaku bersama barang bukti sebilah parang yang digunakan.
Pihaknya juga telah melakukan olah TKP dan mengamankan sejumlah barang bukti yang diperlukan.
“Dari pemeriksaan sementara yang dilakukan, dugaan sementara pelaku mengalami gangguan jiwa. Sebab, tiga bulan yang lalu, pelaku sempat terjatuh dari sarang burung walet yang menyebabkan kepalanya terbentur. Menurutnya sebelum melakukan perbuatan keji itu, ia seperti mendapatkan bisikan,” ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul BREAKING NEWS : Bapak Gorok Leher Anak Kandungnya Hingga Tewas, http://palembang.tribunnews.com/2018/12/10/breaking-news-solihin-gorok-leher-anaknya-hingga-tewas.
Bocah 1,5 Tahun Tewas Dibanting Ayah Sendiri, Begini Sosok Tersangka Supardi di Mata Tetangga

Pada Sabtu (24/11/2018) terjadi pembunuhan di dapur rumahnya sendiri oleh Supardi Supriyatman.
Rumah bewarna ungu muda yang terletak di Jl Usaha Baru, RT02 RW15 Nomor 49 Parit Langgar, Sungai Rengas.
Menjadi saksi bisu pembunuhan Putri Aisyah (1,5) oleh ayah kandungnya sendiri Supardi Supriyatman.
Kejadian itu didapur berukuran sekitar 3x3 meter persegi, berlantai semen.
Putri Aisyah dibanting ayahnya berkali kali di lantai dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah.
Di ruang tamu berlantai papan hitam mengkilat, terbujur kaku Putri Aisyah.
Baca: Kronologi Penganiayaan Bocah Hingga Tewas di Sungai Rengas, Ini Penjelasan Kapolresta Pontianak
Tampak tergantung sebuah ayunan.
Di mana sebelum di bunuh, Putri sempat di ayun ayahnya di situ.
Ibu korban, Hamisah (38) berada di dalam kamar sebelah kanan jenazah anaknya, sambil meratapi diri di dalam.
Dari pantauan Tribunpontianak.co.id banyak warga datang berbelasungkawa di rumah duka.
Rumah duka berada di tepi parit yang dihubungkan oleh jembatan kayu yang sudah rapuh.
Tampak beberapa lantai jembatan sudah patah.
Salah seorang warga Abdul Syukur yang juga Ketua RT02 menuturkan keseharian Supardi tidak ada yang mencurigakan.
"Kalo Si Budi ini sehari hari bagus, tidak pernah selisih paham dengan warga," ucapnya.
Supriyadi dikenal baik di kehidupan sosial masyarakat.
Baca: Detik-detik Bocah 1,5 Tahun Tewas di Tangan Ayah Sendiri, Menangis Dibacakan Salawat
Baca: Rusman Ali Kecam Penganiayaan Ayah Kepada Putrinya Hingga Tewas di Sungai Rengas, Astaghfirullah!
"Kalo ada gotong royong tetap ikut, jadi tidak pernah terdengar ada cek-cok dengan warga," timpalnya.
Sepengetahuan Abdul Syukur tidak pernah pelaku melakukan kekerasan terhadap anaknya sebelumnya.
Supriadi sangat sayang sekali kepada anaknya.
"Bahkan tadi pagi dia ada menggendong anaknya di jembatan depan rumah ini," ujarnya.
Di dalam rumah tampak banyak sekali sanak saudara yang keluar masuk untuk berbela sungkawa.
Sebelumnya diberitakan Putri Aisyah yang baru berumur 1,5 tahun, direnggut hidupnya oleh ayah kandungnya sendiri, Supardi Supriyatman (36).
Supardi membanting darah dagingnya itu berkali-kali ke lantai, hingga Putri Aisyah yang tidak berdaya, meregang nyawa.
Bocah tak berdosa itu pun tewas.
Putri Aisyah tewas di hadapan ibunya sendiri, Hamisah (38).
Tindakan memilukan itu terjadi di Jalan Usaha Baru, Parit Langgar, Sungai Rengas, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (24/11/2018) pagi.
Baca: Polisi Periksa Pelaku Penganiayaan Anak Kandung Hingga Tewas, Tunjukkan Gelagat Aneh
Baca: Kronologi Ayah Banting Anak Hingga Tewas di Sungai Rengas
Kepada Tribunpontianak.co.id, Hamisah yang masih dibalut duka mendalam, menceritakan bagaimana putrinya tersebut meninggal di tangan suaminya.
Dijumpai pukul 12.16 WIB, Hamisah kala itu tersandar di kamar.
Kondisi lemah. Ia bertutur sambil menangis pilu.
"Saya tak tahu mau mulai dari mana," jawab Hamisah ketika diminta Tribunpontianak.co.id untuk bercerita.
Wajahnya masih kebingungan.
Beberapa saat kemudian, ia melanjutkan ceritanya.
"Waktu di ayunan memang dia setengah memaksa anaknya untuk tidur. Memang anak ini belum mau tidur. Saya mau ambil dia mau saya susui. Dia bilang jangan,” tutur Hamisah.
“Dia mau dengar saya menyanyi. Waktu itu suami saya nyanyinya lagu solawat, saya biarkan dulu,” katanya lagi.
Hamisah lalu melanjutkan ceritanya.
Baca: Tim Inafis Identifikasi Kondisi Korban Bocah Tewas di Tangan Ayah Kandung
Baca: Bocah Malang di Sungai Rengas Tewas Tragis di Tangan Ayah Kandung
Ketika dinyanyikan salawat, rupanya Putri Aisyah bukan malah diam.
Namun, menangis kian keras.
Saat anaknya menangis itulah, dia memutuskan untuk mengambil Putri Aisyah dari suaminya.
"Tapi anak itu makin menangis. Terus saya paksa ambil. Kemudian saya bawa ke kamar tidur," katanya.
Hamisah memperagakan bagaimana dirinya merampas Putri dari tangan suaminya.
Sembari mengusap air mata Hamisah melanjutkan ceritanya.
"Saya susukan di situ sambil baring. Lalu suami saya masuk lagi ke kamar mengambil anak itu, kemudian dibawa keluar,” ucapnya.
Saat itu, sebenarnya Hamisah ingin merebut kembali Putri dari suaminya.
“Saya mau rampas anak itu tidak bisa, karena saya lihat kondisi suami saya udah beda keliatannya," kenangnya.
Hamisah makin tak mampu menahan menahan air mata ketika mengingat detik-detik terakhir ia menyusui anaknya.
"Kemudian dibawanya ke dapur. Saya kejar ke dapur. Saya tarik anak saya. Tidak mau dilepaskan sama dia. Anak itu sudah nagis-nangis, anak itu dipeluknya keras dan tidak mau dilepaskan,” tutur Hamisah.
Baca: Terungkap Fakta-fakta Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Bekasi, Begini Pengakuan Tersangka HS
Baca: Ingat Pegawai Cantik Mirip Miyabi? Kini Oza Moza Banting Setir Terjun ke Dunia Politik
Melihat hal itu, Hamisah pun berterian untuk meminta bantuan sepupunya.
“Kemudian saya teriak minta tolong. Sepupu saya di sebelah kiri rumah saya. Kemudian saya terjatuh. Anak saya pun dibantingnya," ucap Hamisah.
Ia menyingsingkan celana di kaki kirinya menunjukkan luka lecet di lutut karena terjatuh.
Melihat dirinya terjatuh, suaminya malah makin jadi membanting Putri Aisyah.
"Anak itu terus dibantingnya,” tuturnya.
Usai menuturkan bagaimana darah dagingnya dibanting berkali-kali ke lantai, Hamisah sudah tidak bisa lagi menahan kucuran air matanya.
Meski begitu, ia teus saja melanjutkan ceritanya.
Kali ini, sambil terisak.
"Saya lupa berapa kali dibantingnya anak itu. Yang jelas lebih dari satu kali," ucapnya.
Hamisah pun mengaku tidak sanggup lagi mengingat dan membayangkan bagaimana putrinya yang tidak berdosa itu, dibanting suaminya berkali-kali di dapur.
"Itu yang saya tidak sanggup membayangkanya,” ujar Hamisah sembari memalingkan wajahnya menghindari kamera Tribunpontianak.co.id.
Baca: Aksinya Pecahkan Rekor Dunia, Bocah 5 Tahun Dapat Hadiah Mobil Mercedes
Baca: Keracunan Usai Makan di Restoran, Dua Bocah Akhirnya Meninggal Dunia
"Kemudian sepupu saya datang. Langsung cepat mengambil anak itu yang sudah terbaring di lantai,” ujarnya.
Sepupunya itu kemudian meminta pertolongan agar Putri Aisyah di bawah ke rumah sakit.
“Minta pertolongan pakai motor ke rumah sakit. Tidak sampai kerumah sakit dibawa balik lagi dalam kondisi sudah meninggal. Karena kepalanya sudah lembut," ucap Hamisah mengakhiri ceritanya.
Yuk Follow Instagram @tribunpontianak.