Beda Generasi Beda Karakter, Begini Kembangkan Pola Perilaku dan Karakter Anak
Jadi, orang tua yang memiliki anak-anak pada saat ini umumnya adalah generasi milenial dan anak-anak yang lahir sekarang
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Menjadi orang tua adalah upaya bersama satu tim. Parenting Talkshow Ayah Now untuk Generasi Alfa merupakan wadah bagi para orangtua untuk ikut berperan aktif dalam mengembangkan pola perilaku dan karakter anak.
Psikolog Klinis, Maria Nofaola, S. Psi., M. Psi., menekankan kepada orang tua untuk terlibat dalam setiap aspek kegiatan anak, baik secara internal dan eksternal.
Baca: SAKA Selenggarakan Talkshow Parenting Bertajuk Ayah Now Untuk Gen Alfa
Baca: SAKA Gelar Talkshow Parenting Ayah Now Untuk GenAlfa, Ini Tujuannya
Sebagai psikolog, Maria Nofaola menjelaskan beberapa generasi yang berbeda.
"Beda generasi, pasti beda karakter, seperti generasi veteran yang lahir tahun 1922-1945, generasi baby boomer tahun 1946-1964, generasi X tahun 1956-1979, generasi Y yang disebut milenial tahun 1980-2001, generasi Z tahun 2002-2009 dan sekarang generasi alfa mulai lahir pada tahun 2010," ujarnya, Minggu (9/12/2018).
Lanjutnya, setiap generasi inilah yang mengalami kehidupan yang berbeda dari zamannya. Contohnya ketika generasi milenial mengalami revolusi internet, dan tidak terlepas apapun dari gadget dan teknologi.
Maka tidak perlu pergi jauh untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. Cukup duduk dengan memesan dari gadget, dan barang apapun yang diinginkan akan langsung datang.
Jadi, orang tua yang memiliki anak-anak pada saat ini umumnya adalah generasi milenial dan anak-anak yang lahir sekarang disebut sebagai anak-anak generasi alfa, ungkapnya.
Parenting
Ayah Now untuk Generasi Alfa, berawal dari teori generasi (Generation Theory) yang diutarakan pertama kali oleh seorang sosiolog asal Hungria bernama Karl Mannheim pada tahun 1923.
Banyaknya problematika yang dihadapi orang tua menjadi perhatian untuk tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Problem inilah, yang tidak menjadi sinkron, karena kurangnya peran ayah.
"Kita ketahui, selama ini bahwa ibulah yang selalu mendominasi peran orang tua, dan banyak fakta yang ditemui bahwa masih banyak ayah yang kurang punya waktu untuk anaknya, karena kesibukan, atau pekerjaan, " ujar Maria Nofaola.
Apapun masalah, seharusnya sosok ayah bisa hadir dan ketika ayah mulai peduli dengan masalah anaknya, maka peran ayah juga menjadi besar, tegasnya.
Banyak orang tua yang meminta psikolog untuk merubah anaknya, tapi sebenarnya yang harus berperan itu adalah ayah dan ibunya.
"Jika ibu sudah berubah dan ayah juga ikut berubah, maka anak perlahan pasti akan berubah" ungkapnya kepada tribunpontianak.co.id.