Pilpre

Pengamat Politik: Timses Jadi Instrumen Sangat Penting Bagi Pasangan Capres

Pengamat Politik, Akademisi Untan - Dr Jumadi mengatakan timses yang menjadi instrumen yang sangat penting

Penulis: Ishak | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIDHO PANJI PRADANA
Dr. Jumadi 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ishak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Politik, Akademisi Untan - Dr Jumadi mengatakan timses yang menjadi instrumen yang sangat penting bagi setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Terutama dalam aspek manajerial segala upaya untuk bisa memenangkan kontestasi pilpres.

"Timses, menjadi penting karena perannya dalam menyampaikan visi dan gagasan kepada masyarakat. Bagaimana pesan tersebut bisa tersampaikan dengan baik, secara terstruktur dan masif ke seluruh lapisan masyarakat," ujarnya.

Dengan demikian, tentu keberadaan timses menjadi sangat penting. Karenanya, masing-masing calon presiden dan wakilnya akan memilih yang terbaik sebagai tim suksesnya masing-masing.

Baca: Hadiri Pembukaan Pontianak Ekonomi Kreatif Ekspo, Edi Kamtono Ingin Gali Potensi Sungai Kapuas

Soal mana timses yang lebih baik antara timses kubu Jokowi maupun Prabowo, saya kira bukan soal seberapa uniknya timses tersebut. Tapi seberapa strategis dan efektifnya dalam upaya memenangkan kontestasi.

"Kubu Jokowi dengan statusnya sebagai petahana tentu punya sejumlah keunggulan. Apalagi jika melihat pada banyaknya partai yang menjadi pengusung," ungkapnya.

Semakin banyak partai yang mengusung, maka sumberdaya yang tersedia untuk membentuk timses ideal juga lebih banyak. Meski pada beberapa kasus, banyaknya partai pengusung tak menjadi jaminan kemenangan.

Bergabungnya beberapa kepala daerah sebagai bagian dari tim kampanye tentu menambah kekuatan tersebut. Dukungan kepala daerah, bisa saja menjadi sesuatu yang sangat menentukan dalam mempengaruhi suara dan pilihan masyarakat.

Keterlibatan kepala daerah sebagai tim kampanye sendiri memang sejatinya tidak bisa dipermasalahkan. Sebab memang belum ada aturan yang melarang hal tersebut, meskipun mungkin dengan sejumlah catatan penting agar tak terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

"Lantas bagaimana dengan di Kalbar?. Menilik pada pemilu 2014 lalu, Jokowi memang berhasil meraih kemenangan dengan porsi suara sekitar 60 persenan," jelasnya.

Ditambah dengan dukungan kepala daerah dan sebagainya, tentu kondisi ini bukan pekerjaan mudah bagi timses Prabowo - Sandi. Terutama dalam upaya memenangkan suara rakyat dan membalikkan keadaan.

Dengan hanya ada dua pasangan calon pada Pemilu Presiden 2019 nanti mendatang dengan calonnya yang kembali mempertemukan rivalitas Jokowi - Prabowo, maka kontestasi kali bisa disebut pengulangan pemilu presiden sebelumnya. Meskipun soal hasil akhir perolehan suara, tidak bisa dipastikan sejauh ini.

"Beberapa indikator memang bisa dijadikan acuan dalam memprediksi. Tapi harus diakui kondisi perpolitikan kita saat ini sangat dinamis," papar Jumadi.

Masyarakat tentu punya penilaian tersendiri. Juga tentang siapa kira-kira bakal calon yang bisa memenuhi harapan rakyat Kalbar, baik soal kesejahteraan, kemakmuran, pembangunan infrastruktur yang memadai dan sebagainya.

Berbagai isu-isu kecil saja bisa membuat dampak yang imbasnya sangat besar di momentum tahun politik ini. Baik itu isu - isu lokal, nasional, bahkan isu-isu global.

Dengan demikian, kedua tim sukses dari masing-masing kubu masih punya peluang yang relatif sama-sama terbuka lebar. Termasuk pula bagi timses Prabowo- Sandi.

Bahkan, sebagai penantang, kubu Prabowo - Sandi mempunyai beberapa keuntungan. Satu di antaranya adalah lebih memungkinkan mengekploitasi segala kelemahan lawan sebagai senjata.

Sebagai penantang, akan lebih muda menyampaikan gagasan dan visi apapun kepada pemilih. Berbeda dengan petahana yang mungkin akan sedikit 'tersandera' dengan realitas dan berbagai kekurangan selama periode kepemimpinan.

Namun petahana tentu juga punya kekuatan istimewa. Sebab, sebagai petahana tentu jaringan dan kewenangan terhadap berbagai sumerdaya negara lebih baik. Sesuatu yang tak dimiliki oleh pihak penantang.

Terlepas dari itu semua, tentu kita berharap semua elit politik khususnya timses masing-masing pasangan calon bisa menjalankan pesta demokrasi ini dengan sebaik mungkin. Tanpa perlu dengan black campaign, fitnah, penyebaran hoax dan sebagainya.

"Kita tentu ingin generasi ke depan punya kecerdasan politik yang baik. Bukan generasi yang punya budaya politik buruk dan semacamnya," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved