Citizen Reporter

The Power of Where: Lokasi Adalah Jantung Ekonomi Digital dan Melekat di Seluruh Sendi Kehidupan

Hadir dari BIG, Bapak Inspektur BIG Ir.Sugeng Prijadi,M.App.Sc dan Dr.rer.nat. Sumaryono, M.Sc selaku narasumber.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Foto bersama peserta yang terdiri perwakilan mahasiswa peraih beasiswa bidikmisi se-Kalimantan Barat menghadiri kegiatan Diseminasi Informasi Geospasial di Pontianak pada tanggal 13 Oktober 2018. 

Lima kabupaten yang ada di Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia yaitu, Sambas, Sanggau, Sintang, Bengkayang dan Kapuas Hulu, yang tentunya secara geografis kawasan perbatasan tersebut rawan konflik perbatasan.

Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan harus mengerti dan memahami kedaulatan dan keamanan negaranya terlebih jika diwilayah tersebut mempunyai potensi sumberdaya alam yang bisa memicu potensi konflik.

“Mahasiswa-mahasiswa milenial harus melekatkan “sense of place” di seluruh aspek kehidupan”, tandasnya.

Dr.rer.nat Sumaryono dari Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial menyampaikan “The power of where”.

Dahulu perencanaan pembangunan Indonesia hanya menggunakan data statistik, tetapi pertanyaan “dimana” pembangunan itu dilaksanakan ternyata hanya berpusat di satu titik, Jawa.

Untuk itulah, dasar perencanaan pembangunan tersebut selain menggunakan statistic juga menggunakan data spasial. Implikasinya sangat besar.

Peta merupakan visualisasi spasial yang paling efektif. Bidang ekonomi-bisnis, pertanian, kelautan, lingkungan, keamanan, dan sector-sektor lain tidak bisa dilepaskan dari “The Beauty Art of where”.

Indonesia merupakan gudangnya bencana, kebijakan yang salah yang bersinggungan dengan sosial-manusia akan memperparah manjamenen bencana.

Daerah yang subur adalah untuk pertanian, transmigran jangan ditempatkan di atas wilayah yang dibawahnya ada batubara, konversi alih fungsi lahan yang gegabah akan menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang berakibat fatal.

Hal-hal tersebut harus diketahui oleh semua orang, lebih-lebih pemangku kebijakan. Ekonom dan pebisnis juga sudah mulai memanfaatkan ilmu spasial dalam bisnisnya, salah satunya start-up transportasi berbasis online.

“(Geospasial) Bukan ilmu baru, semua orang sebenarnya tahu tetapi mau atau tidak menggunakannya, anak muda harus jeli memanfaatkan hal-hal seperti ini”, tegas Sumaryono.

Sementara Heri Priyanto menjelaskan bahwa dengan adanya PPIDS di UNTAN yang merupakan kepanjangan tangan BIG di daerah, siap membantu masyarakat terkait pelayanan IG di Provinsi Kalimantan Barat.

Pusat Studi Pengembangan Informasi Geospasial (PSP-IG) Universitas Tanjungpura mempunyai dosen-dosen dan tenaga ahli kebumian yang sudah dan akan terus melakukan kajian-kajian literasi informasi geospasial, terlebih tema-tema seperti kebencanaan, tata ruang, lingkungan dan batas wilayah.

Peran konkret universitas adalah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang bermanfaat sosial-masyarakat.

“Komunitas geospasial harus ditingkatkan, harapannya banyak perguruan tinggi dan vokasi membuka prodi kebumian entah itu geodesi maupun geografi, literasi geospasial penting bukan hanya untuk penunjuk jalan tetapi juga menyangkut hajat hidup bahkan kedaulatan negara” ujar Heri Priyanto.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved