Pilpres 2019
Ratna Sarumpaet Tidak Boleh Ada di Lingkaran Jokowi dan Prabowo, Ini Alasan Aria Bima
Bagaimana dia bisa berbohong, ini menyangkut penduduk indonesia, ini menyangkut persatuan Indonesia,"
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KARANGANYAR - Direktur Program Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Aria Bima menegaskan kabar bohong yang sempat diutarakan aktivis Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu telah menciderai kontestasi politik menjadi kian carut marut.
"Bagaimana dia bisa berbohong, ini menyangkut penduduk indonesia, ini menyangkut persatuan Indonesia," kata Aria Bima kepada TribunSolo.com dan awak media usai menghadiri konsolidasi Projo dan partai politik pendukung Joko Widodo di Hotel Tamansari, Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (6/10/2018).
Baca: 175 Siswa PSHT Cabang Pontianak akan Jalani Pengesahan Malam Ini
Aria menganggap Ratna Sarumpaet telah menyalahgunakan media politik yang membuat publik tidak cerdas.
Karena itu, Aria mengatakan orang-orang seperti Ratna Sarumpaet tidak boleh ada di pihak Jokowi dan Prabowo.
"Kita tidak ingin ada Ratna Sarumpaet di kubu Prabowo dan Jokowi."
"Orang-orang yang sehat jiwanya, sehat pikirannya, itu yang harus ada di lingkaran Pak Prabowo dan Pak Jokowi."
Diberitakan TribunSolo.com sebelumnya, Ratna Sarumpaet telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan penyebaran kabar bohong atau hoaks.
Ratna ditangkap pada Kamis (4/10/2018) malam di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, saat hendak terbang ke Cile untuk mengikuti sebuah acara.
Baca: Sipir Rutan Mempawah Amankan Pengunjung Bawa Narkoba Pesanan Tahanan
Setelah itu sejak Jumat (5/10/2018) malam Ratna Sarumpaet di tahan di Rutan Mapolda Metro Jaya.
Prabowo bukan musuh
Lebih lanjut, Aria Bima mengatakan, pihaknya tidak memandang kandidat nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai musuh.
Sebab, ia mengatakan Pilpres 2019 adalah sebuah kontestasi program kerja.
Di sisi lain, Pilpres merupakan cara untuk membentuk kedewasaan demokrasi.
"Kita tidak melihat Prabowo sebagai musuh, tapi kita adalah mitra untuk mendewasakan demokrasi.Tidak ingin ada perkelahian, tapi kontestasi program," kata Aria.
Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai pasangan rekonsiliatif.