Rumus Kebohongan yang Hasilnya Sangat Fatal, Makanya Jangan Berbohong
Kurangnya empati pada dasarnya berarti kurangnya hati nurani, yang merupakan konsep yang sulit untuk dipahami oleh banyak orang.
Hal yang terpenting bagi pembohong patologis bukanlah fakta, namun kekuasaan atas orang lain.
Baca: TERPOPULER - Dari Benarkah Pulau Kalimantan Aman Hingga Kejanggalan Ratna Sarumpaet
Baca: RAMALAN ZODIAK - Ada Berita Tak Menyenangkan Dari Orang Terdekat
Melansir laman Psychology Today via Kompas, seringkali orang berbohong karena mereka mencoba mengendalikan situasi dan menggunakan pengaruh.
Kebohongan ini dilakukan untuk mendapatkan balasan atau reaksi yang mereka inginkan.
Terlebih jika faktanya tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan keinginan.
Kebohongan dapat berakhir dengan memanipulasi korban.
Terutama ketika realitas tersebut diulang-ulang oleh pelaku, maka orang mungkin akan mulai percaya terhadap kebohongan tersebut.
Aktivis Ratna Sarumpaet mengakui bahwa dia tidak pernah dianiaya atau dikeroyok di kawasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung pada 21 September 2018.
Ia membantah kabar serta pernyataan sejumlah tokoh yang menyebut Ratna dianiaya hingga wajahnya lebam.
"Jadi tidak ada penganiayaan. Itu hanya khayalan entah diberikan setan setan mana dan berkembang seperti itu," ujar Ratna di kediamannya di kawasan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2018).
Dirawat Inap Sejak 21 September Ratna mengatakan, pada 21 September dia mendatangi salah satu rumah sakit bedah di Jakarta Pusat untuk operasi sedot lemak.
Namun, saat operasi selesai, Ratna melihat wajahnya lebam-lebam. Ia pun kembali ke rumah dan menjelaskan penyebab wajahnya lebam kepada anak-anaknya.
Saat sampai di rumah, Ratna mengaku kondisi wajahnya itu karena ia dipukuli oleh beberapa orang.
Ratna meminta maaf kepada semua pihak yang telah dia bohongi.

"Saya minta maaf kepada Pak Prabowo yang telah membela saya kemarin," ujar Ratna.