Gawai Serentak Picu Hotspot di Kalbar, Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Negoro Minta Maaf

Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Negoro, meminta maaf atas pernyataanya yang menyebut tradisi gawai serentak menambah jumlah hotspot di Kalbar.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Sejumlah anggota Polisi bersama TNI dan Pemadam Kebakaran Swasta berupaya melokalisir penyebaran kebakaran lahan gambut yang semakin meluas tidak jauh dari Universitas Tanjungpura, Jalan Sepakat II, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/8/2018) sore. Hingga sore ini petugas masih berupaya memadamkan api kebakaran sejak kemarin sore ini bahkan hampir mendekati kampus Fakultas Farmasi dan perumahan warga. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, JAKARTA - Kepala Pusat data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Negoro, meminta maaf atas pernyataanya yang menyebut tradisi gawai serentak menambah jumlah hotspot di Kalbar.

Pernyataannya itu, ia tulis di twitter. Twitter tersebut, telah ia hapus.

“Terkait dengan adanya dugaan tradisi gawai serentak yang menambah jumlah hotspot di Kalbar seperti yang saya twitterkan tempo hari. Saya cabut kembali pernyataan tersebut. Twitter tersebut sudah saya delete beberapa hari yang lalu. Mohon dimaafkan jika salah,” tulis Sutopo Purwo Negoro di akun twitter miliknya, @sutopo_PN, Minggu (26/8/2018).

Baca: Cawapres Sandiaga Uno Ujian Disertai S3, Netizen Malah Singgung Jokowi dan SBY

Baca: Lantik Tiga Pimpinan OPD Hasil Lelang Jabatan Pertama Kalinya, Ini Pesan Jarot

Ia menjelaskan, dirinya tidak bermaksud untuk menyakiti masyarakat terkait dengan tradisi gawai serentak.

Menurutnya, Satelit Modis hanya mendeteksi semua titik panas yang ada di permukaan bumi tanpa membedakan sumbernya.

“Jika ada pernyataan salah, mohon dimaafkan. Pernyataan di twitter tersebut telah dihapus,” tulisnya lagi.

Sebelumnya, sebuah media nasional memuat pernyataan Sutopo terkait tradisii gawai serentak telah memicu kebakaran hutan dan lahan.

"Masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sambas, Ketapang, Kubu Raya dan lainnya memiliki tradisi 'gawai serentak', yaitu kebiasaan persiapan musim tanam dengan membuka lahan dengan cara membakar," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/8/2018).

Baca: Kominfo Ajak Masyarakat Cerdas Berinformasi Dengan Harmoni Indonesia 2018 di Kalbar

Baca: Nikita Mirzani Bongkar Tabiat Buruk Richard Muljadi, Berharap Dipo Latief Juga Ditangkap

Meskipun pemerintah daerah telah melarang, ternyata kebiasaan ini masih dipraktekkan di banyak tempat.

Sutopo mengatakan tantangan ke depan dalam menghadapi masalah tersebut adalah memberikan solusi agar masyarakat dapat menerapkan pertanian tanpa membakar lahan atau memberikan insentif tertentu.

Berita ini selanjutnya direspon sejumlah kalangan di Kalbar.

Satu di antaranya dari Pengurus Wilayah (PW) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalbar.

Aman Kalbar melayangkan Somasi kepada Kepala BNPB Sutopo.

Somasi yang dilakukan oleh AMAN Kalbar tersebut, dilayangkan berdasarkan surat nomor 101/Somasi/AMAN/KB/VIII/2018 tertanggal 25 Agustus 2018.

"Jadi kami mensomasi BNPB berdasarkan pemberitaan yang dikeluarkan oleh https://www.cnnindonesia.com dengan Judul Tradisi ‘Gawai Serentak’ Malah Picu Kebakaran Hutan di Kalbar," ujar Advokasi Biro Hukum AMAN Kalbar Glorio Sanen SH di kantornya di Ngabang pada Minggu (26/8/2018).

PW AMAN Kalbar memberikan peringatan kepada BNPB untuk, pertama, melakukan Klarifikasi atas Pemberitaan dengan Judul Tradisi ‘Gawai Serentak’ Malah Picu Kebakaran Hutan di Kalbar, selambat lambatnya tujuh hari sejak surat ini diterima.

Baca: Nafa Urbach Sebut SBY Jual 38 BUMN, Hinca Panjaitan Pun Buka Suara

Baca: 3 Pemain Asing Persib Belum Muncul, Ini Ultimatum dari Mario Gomez

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved