Liga 1 Indonesia

Jadi Tim Paling Laris di Dunia, Persib Bandung Kalahkan Arsenal dan Bayern Muenchen

Persib Bandung masuk ke dalam daftar 10 besar tim paling laris sedunia di media sosial Facebook pada Juli 2018.

Editor: Agus Pujianto
PERSIB.co.id/M.Jatnika Sadili
Konfigurasi tiga dimensi yang disuguhkan Bobotoh dalam laga PERSIB kontra Sriwijaya FC 

Sejarah besarnya di pentas sepak bola nasional, dan fanatisme pendukungnya luar biasa adalah magnet yang tidak bisa dielakan begitu saja oleh pecandu bola nasional.

“Atmosfer sepak bola di Bandung benar-benar jempolan. Saya begitu kagum melihat dukungan penonton yang hebat dan luar biasa. Tidak hanya di partai sesungguhnya di ajang kompetisi, di partai uji coba pun penonton melimpah dan membludak hingga pinggir lapangan. Hebat,” puji Redouane Barkaoui, tukang gedor “Maung Bandung” asal Maroko.

“Atmosfer sepak bola di Bandung memang tiada duanya. Hasrat bobotoh mendukung timnya patut diapresiasi dengan prestasi membanggakan. Dukungan bobotoh yang tidak pernah surut adalah motivator utama saya dalam mengibarkan sepak bola prestasi bersama Persib”, sambung Christian Bekamenga Bekamengo, pemain asing termahal di Persib .

Perhatian bolamania nasional kepada Persib memang tidak pernah putus.

Tradisi juara yang melekat di dirinya memungkinkan Persib terus menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat sepak bola Indonesia.

Apa yang dibuat dan dihamparkan Persib, selalu jadi tolak ukur persepak bolaan nasional. Geliat Persib pasti mengundang orang untuk menengok.

Dan memberikan perhatian lebih untuk lebih dalam menyimak dapur pacu jagoan Bandung.

Tak aneh, dalam setiap hajatan sepak bola tingkat nasional, kehadiran jagoan Bandung selalu mendapat perhatian lebih dari bolamania nasional.

Namanya selalu disebut-sebut jadi kandidat kuat mengalungkan gelar juara pada setiap hajatan sepak bola nasional yang diikutinya.

Buntutnya lahirlah stigma yang berlaku umum di jagad sepak bola nasional.

Apa? Ini Lebih baik kalah dari tim lain ketimbang dari Persib.

Sukses mengalahkan Persib adalah kemenangan luar biasa. Bahkan nilai minimal yang dipetik tim lawan saat merumput di Stadion Siliwangi, kerap diidentikan dengan sebuah kemenangan.

Melulu karena, Persib bukan tim sembarangan. Kualitas sepak bolanya mumpuni.

Orkestra sepak bolanya, indah dan menghayutkan lawan-lawannya. Memberi kabar buruk pada lawan adalah kabisanya.

Indikatornya kemeriahan prestasi yang mengitari Persib Bandung sepanjang partisipasinya di pentas sepak bola nasional.

Untuk pentas Divisi Utama Perserikatan misalnya, Persib mengalungi gelar juara sebanyak lima kali.

Gelar itu disunting jagoan Bandung tahun 1937, 1961, 1986, 1990, 1994.

Bahkan kompetisi Liga Indonesia perdana 1994/95 menjadi milik Persib, usai mematahkan perlawanan tim elit Petro Kimia Putra 1-0 di partai final lewat gol semata wayang yang disunting bomber Sutiono Lamso.

Tentu, bukan hanya event itu yang mewarnai perjalanan prestasi “Maung Bandung”.

Masih banyak pentas lainnya yang memberi suka bagi penggila fanatiknya.

Juara Surya Cup (Surabaya) 1978 digapai usai mematahkan perlawanan Persija 1-0.

Gol emas itu disumbangkan Max Timesela. Dua tahun sebelumnya, gelar yang sama juga dipetik jagoan Bandung. Yusuf Cup 1975 dan 1977 juga dipuncaki anak-anak Bandung.

Bahkan, usai jadi runner-up Yusuf Cup VIII/1979, setahun kemudian Persib mencuri gelar juara di turnamen kebanggaan masyarakat Ujung Pandang.

Masih pada tahun yang sama, Piala Gubernur Sumatera Selatan juga masuk ke lemari prestasi Persib meski jagoan Bandung hanya nangkring di peringkat ketiga.

“Sepanjang ingatan saya, hanya turnamen Marah Halim Cup (Medan) yang tidak pernah bisa di raih Persib. Tapi di turnamen lainnya yang tersebar di banyak daerah, macam Yusuf Cup (Makasar) dan Tugu Muda (Semarang), Persib sempat tampil sebagai juara,” cerita Encas Tonif, mantan pemain Persib era 70-an/80-an.

Di ajang regional, pesona Persib pun merona. Tahun 1986, usai Persib memuncaki kompetisi Perserikatan Divisi Utama, Piala Sultan Khasanah Bolkiah berhasil dibawa pulang ke Bumi Pajajaran.

Di partai final, Persib yang mendapat tenaga tambahan dari libero terbaik Indonesia saat itu Herry Kiswanto, mengalahkan tim nasional Malaysia.

Gol kemenangan jagoan Bandung dilesakan Yusuf Bachtiar, yang kemudian melegenda sebagai dirijen utama Persib di Liga Indonesia.

“Kita bisa menjadi juara di Piala Sultan Hasanal Bolkiah karena Persib memang sedang di puncak prestasi. Dan memenuhi pra syarat sebagai tim juara. Di semua lini permainan tidak ada sama sekali celah yang bisa mengandaskan impian kami dalam mengibarkan sepak bola prestasi. Teknis dan non teknis jempolan. Tidak ada sama sekali ganjalan untuk menjadi the champion. Juara memang tinggal menunggu waktu saja,” ungkap Bambang Sukowiyono.

Di ajang Piala Champion Asia 1995 aksi anak-anak Bandung pun gilang-gemilang. Tim besutan Indra M Thohir membukakan mata sepak bola internasional.

Bermodalkan dua kemenangan atas Bangkok Bank (Thailand) dan Pasay City (Filipina) pesaingnya di babak awal Persib yang datang dengan status tim amatir, di antara para raksasa Asia dengan sepak bola profesionalnya, mampu merangsek hingga babak perempatfinal wilayah Timur yang digelar di Stadion Siliwangi.

Sayang, tim pujaan masyarakat Tatar Pasundan tidak mampu berbuat lebih banyak lagi.

Langkah raksasa mereka pun terhenti sampai di situ, setelah Verdy Kawasaki (Jepang) memberi luka 1-3, ditundukan Thai Farmers Bank (Thailand) 2-3, dan dihempang Ilhwa Chunwa (Korea Selatan) 1-4.

Kendati begitu, Persib masih bisa tersenyum. Karena Indra M Thohir, sang sutradara terpilih sebagai pelatih terbaik Asia versi AFC (Asosiasi Sepak bola Asia). (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved