6 Camilan Aneh di Dunia, dari Semut Panggang hingga Burger Berisi Puluhan Cacing

Hewan melata yang menjijikkan tersebut biasa digoreng untuk dijadikan camilan oleh masyarakat di Thailand.

Penulis: Mirna | Editor: Marlen Sitinjak
KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Tarantula, atau sejenis laba-laba beracun mematikan, digoreng kering kemudian disajikan dengan saus.

Menu yang satu ini juga misteri nih berasal dari mana dan kenapa bisa ada orang yang punya ide untuk membuat menu dari sebuah tarantula?

Itulah tadi beberapa camilan di dunia yang sangat aneh.

Tapi meskipun begitu, camilan-camilan tadi sudah menjadi favorit di tempat asalnya loh.

Jadi, berani coba guys?

Kenapa Bungkus Keripik Lebih Banyak `Angin` daripada Isi?

Makan camilan seperti keripik ketika menonton televisi memang sesuatu yang mengasyikkan.

Kadang-kadang, kita bahkan tidak tahu berapa banyak bungkus keripik yang sudah dihabiskan untuk menonton drama favorit kita.

Tapi, ada satu hal yang kurang menyenangkan tentang camilan keripik yang kita makan saat bersantai itu.

Jika dilihat dari luar sebelum dibuka, bungkus camilan keripik itu terlihat besar dan kita membayangkan isinya pasti banyak.

Tapi ketika membuka bungkusnya, kita pasti kecewa karena isinya sedikit saja.

Justru bungkus camilan keripik itu lebih banyak diisi angin saja.

Kita tentu bertanya-tanya, mengapa produsen camilan semacam keripik lebih banyak mengisi angin daripada keripik itu sendiri?

Apakah mereka berusaha menipu konsumen dan hanya mencari keuntungan saja?

Sebenarnya ada beberapa sebab mengapa produsen berbuat demikian.

Dalam industri manufaktur, penggunaan 'angin' atau 'slack fill' ini memang disengaja dalam produk mereka. Bungkus keripik diisi dengan angin ini bertujuan untuk menciptakan perlindungan bagi keripik itu sendiri.

Selama ini kita mungkin tidak pernah memikirkan perjalanan si keripik dari pabrik hingga di atas meja kerja atau belajar, bukan?

Keripik ini dikeluarkan dari pabrik, dimuat di dalam truk, sebelum diangkut dan dijual di gerai ritel.

Jika bungkusnya tidak diisi dengan 'angin', maka keripik-keripik itu akan hancur dan menjadi seperti tepung.

Kalau sudah hancur, tentu saja produsen tidak dapat menghasilkan keuntungan karena dianggap sebagai produk yang rusak.

Kita sebagai pembeli tidak ingin mendapat keripik hancur dan menjadi tepung, bukan? (*)

Subscribe now for more Video Tribun Pontianak Videos:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved