100 Tahun Hari Lahir Nelson Mandela, Sang Pejuang Anti-Apartheid! Putra Kepala Desa

Kepergian Nelson Mandela ini menyisakan duka yang mendalam, tidak hanya bagi penduduk Afrika Selatan, tetapi juga bagi dunia.

Penulis: Ayu Nadila | Editor: Marlen Sitinjak
AFP/PEDRO UGARTE
Iring-iringan kendaraan pembawa peti jenazah Mandela menyusuri jalanan ibu kota Pretoria untuk menuju Union Buildings tempat jasad Mandela akan disemayamkan selama tiga hari. Ribuan rakyat Afsel memadati jalanan menghantarkan mendiang bapak bangsa Afrika Selatan itu. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hari ini, Rabu 18 Juli 2018 genap satu abad atau 100 tahun hari lahir pejuang anti-apartheid Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang meninggal 2013 silam.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut kami ulas tentang sejarah Nelson Mandela. 

Mandela lahir tanggal 18 Juli 1918 di desa Mvezo di Umtatu, waktu itu terletak di Provinsi Cape, Afrika Selatan.

Baca: 6 Zodiak yang Punya Pemikiran Rumit! Taurus Tak Paham Dirinya Sendiri

Baca: LIVE STREAMING Indonesia Vs Vietnam! Sedang Berlangsung AWC 2018 Berhadiah Rp 7,5 M

Baca: Deretan Sandal Rumahan Para Seleb, Yuk Cari Tahu Harganya

Dia tinggal di sini sampai usia 2 tahun, ketika ayahnya kehilangan posisi sebagai kepala desa dalam perselisihan dengan seorang hakim.

Kemudian keluarganya pindah ke Qunu, di mana Mandela hidup sampai usia 9 tahun, sampai ayahnya meninggal.

Dia dan ibunya kemudian pindah ke Mqhekezweni.

Di sini dia diadopsi oleh keluarga seorang pemimpin lokal Jongintaba Dalindyebo dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin.

Dalam otobiografinya "Long Walk to Freedom" Mandela, yang oleh kaumnya dipanggil Madiba, menulis bahwa minatnya dalam politik pertama kali menyala ketika mendengarkan para tetua suku mengadakan pertemuan masyarakat di Mqhekezweni.

Setelah 27 tahun di penjara, Mandela kembali lagi ke Qunu dan membangun tempat untuk keluarganya.

Setelah dia pensiun dari jabatan publik, dia kembali lagi ke sini juga.

Seorang warga yang turut berduka memegang sebuah koran pada malam doa di luar rumah Mandela.
Seorang warga yang turut berduka memegang sebuah koran pada malam doa di luar rumah Mandela. (AFP)

Di sini berdiri Museum Nelson Mandela, yang diresmikan 11 Februari 2000, pada peringatan 10 tahun pembebasannya dari penjara.

Sekitar 200 kilometer ke selatan terletak Museum Steve Biko di King William's Town.

Biko adalah ikon gerakan anti apartheid, seorang nasionalis Afrika dan pemimpin gerakan akar rumput Black Consciousness Movement (Gerakan Kesadaran Kulit Hitam).

Dia meninggal tahun 1977 setelah ditangkap dan dipukuli.

Dia memiliki pengaruh besar pada Mandela.

Pemimpin anti-apartheid di Soweto

Dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kulit putih untuk merelokasi penduduk kulit hitam menjauh dari Johannesburg, Soweto berkembang menjadi kota kulit hitam terbesar di Afrika Selatan.

Kemiskinan merajalela di kota yang kumuh itu. Aksi protes terhadap politik apartheid selalu marak diiringi dengan bentrokan dan kerusuhan.

Mandela tinggal di Soweto dari 1946 hingga 1962 dan bekerja dengan aktivis African National Congres (ANC) Walter Sisulu, yang banyak mempengaruhi kegiatan politiknya.

Rumah Mandela di Soweto sekarang juga sudah menjadi museum.

Situs yang paling lengkap dan paling memilukan tentang politik apartheid adalah di Apartheid Museum.

Pintu masuknya dibagi menjadi bagian "blankes / kulit putih" dan "nie-blankes / non-kulit putih".

Museum ini merinci sejarah para pemukim kulit putih di Afrika Selatan, permulaan perjuangan anti apartheid dan perjuangan sehari-hari warga kulit hitam.

Di sini diceritakan bagaimana Nelson Mandela mengubah ANC menjadi sebuah gerakan politik massa.

Perjalanan feri selama 45 menit dari Cape Town membawa kita ke Robben Island, tempat Mandela menghabiskan 18 tahun dari 27 tahun di penjara, dimulai tahun 1964, bersama para pahlawan gerakan lainnya Walter Sisulu dan Govan Mbeki.

Terlepas dari penghinaan dan penindasan yang dialaminya selama bertahun-tahun di sini, Mandela juga mengasah keterampilannya sebagai seorang pemimpin dan negosiator handal.

Inilah modal penting baginya ketika merintis menuju kepresidenan pada tahun 1994 setelah dia dibebaskan.

Afrika Selatan sekarang telah berkembang jauh.

Negara demokrasi ini memang masih memiliki tantangan bagi mada depan, termasuk meningkatkan kondisi kehidupan warga dan memberi pendidikan yang layak bagi mayoritas kulit hitamnya.

Meninggal Dunia

Nelson Mandela yang juga presiden berkulit hitam pertama Afrika Selatan, menutup mata pada usia 95 tahun karena penyakit infeksi paru-paru yang telah lama dideritanya.

Pengumuman itu sendiri disampaikan oleh Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma.

Seperti diketahui, Nelson Mandela telah menderita penyakit infeksi paru-paru, yang telah menggerogoti dirinya, sejak lama.

Namun Mandela masih memiliki semangat juang, meski sudah 3 (tiga) bulan lebih harus terbaring di ranjang rumah sakit untuk dirawat secara intensif dalam kondisi kritis.

Tetapi 5 Desember 2013 dini hari, tubuh Mandela menyerah terhadap penyakit infeksi paru-paru tersebut.

Rakyat Afrika Selatan memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah mendiang Nelson Mandela
Rakyat Afrika Selatan memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah mendiang Nelson Mandela (tribunnews.com)

Mandela pergi untuk selama-lamanya.

Kepergian Nelson Mandela ini menyisakan duka yang mendalam, tidak hanya bagi penduduk Afrika Selatan, tetapi juga bagi dunia.

Seperti diketahui, Mandela adalah inspirasi nyata bagi perjuangan hidup melawan ketidak-adilan.

Kisah hidupnya ini telah diangkat menjadi film berdasarkan otobiografinya, Mandela: Long Walk to Freedom.

Selain itu sebuah aplikasi ponsel pintar, Madiba's Journey, diperkenalkan oleh Lembaga Pariwisata Afrika Selatan dan Nelson Mandela Foundation.

Alikasi ini mengisahkan perjalanan hidup Nelson Mandela, yang telah mendedikasikan hidupnya bagi perjuangan kemerdekaan kaum tertindas. (*)

Do You Have Instagram, Follow us:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved