Pilgub Kalbar

Cornelis Sebut Hasil Survei LSI dan Poltracking Tak Bisa Dipertanggungjawabkan

Memberitahukan bahwa metode riset survei adalah metode riset yang paling lemah dalam konteks akademik

Penulis: Syahroni | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Ketua PDIP Kalbar, Cornelis menyampaikan keterangan persnya menyikapi hasil survei Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat di Kantor DPD PDIP Kalbar, Jalan Sultan Abdurrahman, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (30/6/2018) siang. Cornelis mengajak semua pihak untuk menunggu hasil penghitung suara oleh KPU yang lebih kredibel dan dapat menerima hasil penghitungan oleh KPU. 

Berdasarkan pemaparan dan analisan di atas, Cornelis menyebut, hasil survei yang diklaim oleh Midji-Norsan telah menang jelas merupakan kejahatan akademik.

Jangankan bernilai akademik, tapi ini survei kejahatan akademik.

Baca: DPD Partai Golkar Kalbar Bidik Kursi DPRD Provinsi Kalbar

(Baca: Hadir Pada Kegiatan Orientasi Fungsionari Partai Golkar, Midji Sampaikan Terima Kasih )

Ia mengajak melihat Survei Research - Stanford university. Oleh: Penny S. Visser, Jon A. Krosnick, dan Paul J. Lavrakas. P.225).

Lalu beberapa juga alasan metode survei tidak dapat dipercaya, bila:

Pertama, people lie (peneliti dan responden sama-sama melakukan kebohongan).

Dalam dunia politik itu sering dilakukan.

Kedua, pertanyaan-pertanyaan dibuat untuk mengarahkan pada maksud yang diinginkan.

Dalam konteks Pilkada yang disurvei oleh konsultan politik maka jelas hal itu tidak bisa dihindari.

Ketiga, adanya bias dari individu; baik yang mensurvei maupun yang disurvei.

Konteks Pilkada itu pasti terjadi maka tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akademik.

Keempat, inconsistency and high level of error.

Baca: Seorang Tenaga Medis Mainkan Wajah Bayi Viral di Medsos

Baca: UPDATE Quick Count KPU 6 Pilkada Serentak Kalbar 2018 Jumat Pukul 18.30 WIB

Peneliti dan sample respondent tidak konsisten dan tingkat errornya sangat tinggi, khususnya dalam konteks wilayah Kalbar yang sangat luas dengan sebagian besar masyarakat di pedalaman maka tingkat manipulatif data sangat-sangat tinggi.

"Survei Pilkada Kalbar yang dilakukan oleh kedua lembaga survei itu tidak bisa dikategorikan ilmiah dan akademik," tambahnya.

Apa yang dilakukan kedua lembaga LSI Denny JA dan Poltracking adalah proses untuk membenarkan hipotesis diri sendiri atau membuat benar diri sendiri, dalam hal ini kebenaran pasangan kami menang.

"Akhirnya klaim yang menyebut bahwa pasangan Sutardmiji-Norsan sudah menang secara akademik adalah klaim yang membajak hak warga Kalbar yang tidak bisa dibenarkan," tegasnya.

"Warga Kalbar yang dibajak haknya dianggap bodoh dan dianggap tidak mengerti prinsip-prinsip akademik. Itu juga berarti kejahatan kemanusiaan," pungkas Cornelis.

Hasil Qucik Count Poltracking

Berbagai lembaga survei mencoba melakukan Quick Count (Hitung cepat) Pilkada serentak 2018, salah satunya adalah yang dilaksanakan oleh

Poltracking Indonesia melakukan hitung cepat terhadap hasil Pilgub Kalbar.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved