Viral Sosial Media
Pesawat Garuda Terbang dengan 1 Penumpang Saja, Siapa Dia? Ini Kisahnya
Tapi cucu dari pendiri Al Khaerat, Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, ormas keagamaan terbesar di Sulawesi Tengah ini, ngotot tak mau turun.
Melalui sambungan telepon, ayah tiga anak menceritakan bagaimana hingga dia jadi penumpang tunggal di pesawat maskapai milik pemerintah itu.
Kisahnya, dimulai Sabtu (2/6/2018) pagi, di Bandara Mutiara Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie (PLW).
Nama bandara tersebut diambil dari nama kakeknya sekaligus Pahlawan Nasional.
“Saya harus akui, saya ketinggalan pesawat. Seharusnya pakai pesawat yan berangkat jam 07.15 Wita (langsung ke Jakarta). Saya datang, pas pesawat baru selesai boarding,” ujarnya merujuk penerbangan pagi pertama dari Palu, GA 623.
Baca: Catatan Unik Liga 1 Memasuki Libur Lebaran! Ganasnya Bomber Persib hingga Tiki-taka Klasemen
Baca: Derita 4 Saudara Kandung Alami Penyakit Langka, Kaki dan Tangan Berubah Menjadi Batu
Pesawat Boeing 737-800 NG ini sejatinya akan terbang ke Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta.
Karena dia pemegang kartu platinum Garuda Frequent Flyer (GFF), akhirnya pria yang di Palu akrab disapa Haji Dolah Palu ini pun mendapat prioritas untuk ikut penerbangan Garuda berikutnya.
Oleh grounded crew Garuda Indonesia di Palu, dia diikutkan penerbangan lanjutan.
Namun, bukan langsung Jakarta, Haji Dolah Palu, lebih dulu transit di Bandara International Sultan Hasanuddin (UPG) di Makassar.
Dia ikut dengan tidak menambah bayaran atau membeli tiket.
“Saat tiba di Makassar, sekitar 100 penumpang diminta turun oleh kru kabin. Saya tak mau, karena tujuan saya Jakarta,” ujarnya.
Dua pramugari bergantian datang memintanya ikut transit dan turun.
Tapi cucu dari pendiri Al Khaerat, Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, ormas keagamaan terbesar di Sulawesi Tengah ini, ngotot tak mau turun.
“Pilot dan co-pilot juga datang meminta saya turun, tapi saya tak mau. Akhirnya pilot itu bilang. Ok, bapak ikut terbang, tapi sendiri yaa, tidak ada penumpang lain. Apa Bapak berani,” kata Habib, menirukan perkataan pilot.
Yang Ketiga Kalinya
Habib merespon tantangan terbang sendiri itu, dengan, “Saya sudah dua kali terbang sendiri. Tahun 1980-an waktu masih (pesawat udara jenis) DC-10 Garuda, saya juga pernah terbang sendiri dari Palu. Lalu tahun 1990-an, karena ada re-scheduling dari Jakarta, saya juga terbang sendiri. Tapi saat itu belum ada HP (berkamera), jadi saya tidak reka.,”