Ramadan 1439 H

Tentang Ramadan dan Kejernihan Hati

Memasuki bulan suci Ramadan tahun ini, civitas akademika IAIN Pontianak mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Plt Rektor IAIN Pontianak Dr KH Syarif MA 

Oleh karena itu puasa seseorang tisak akan sampai di sisi Tuhannya jika dalam melakukannya masih tersimpan sifat-sifat perusak tersebut. Maka sebab itu dalam ramadan mengiringi pewajiban puasa bagi umat Muhammad, dan disyariatkannya shalat tarawih.

Mengapa, ternyata lapar dan haus tidak dapat menolong kita utuk tidak berbuat dengan nafs ammarah dan nafs lawwamah tersebut. Dari sini masuk kefahaman teks Alquran, “sesungguhnya shalat itu mencegah keji dan mungkar... Qs. 29:45”.

Keji dan mungkar dalam konteks ini adalah dua sifat diri yang merusak tadi, yaitu nafs ammarah dan nafs lawwamah. Shalat Tarawih juga sebagai latihan untuk intensitas shalat di luar Ramadan.

Yang menarik kita dalami adalah, mengapa shalat yang bisa mencegah keji dan mungkar? Apanya dari shalat itu yang bisa mencegah keji dan mungkar? Apakah gerakan dan bacaan shalat yang dapat mencegah keji dan mungkar?

Baca: Sasar Anak Muda, OPPO dan Shiseido Sematkan Kelebihan Fitur Berikut

Dalam konteks pertanyaan-pertanyaan ini kita fahami dulu suatu hadis bahwa “innallaaha laan yanzhuru ilaa ajsaamikum walaa ilaa a’maalikuk walaakin yanzhuru ilaa quluubikum wa biyyatikum—Allah tidak menilik jasmani dan amal (lahiriah)mu, melainkan Allah memandang hati dan niatmu”. Artinya yang dapat menolong dari shalat (seperti berita teks Alquran, Qs. 2:45) itu bukan bacaan dan gerakannya.

Teks-teks Alquran di atas, harus kita munasabat—hubungkan dengan teks lain. Ternyata Alquran menjelaskn bahwa untuk mengikis atau mencabut sifat-sifat buruk itu adalah hak dan wewenang Allah.

Misalnya dijelaskan bahwa “Allah yang memisahkan penyakit hati itu dari hati manusi...Qs. 8:24”. Di keterangan ayat yang lain dishahihkan bahwa “Kami yang mencabut penyakit hati di dalam dada mereka (di tempat) yang mengalir di bawah mereka sungai-sungai...Qs. 7:43”.

Artinya kita harus mendapat kefahaman tentang hakikat shalat dan tidak sekedah melaksanakan ritual bacaan dan gerakan shalat. Jika kita lihat dari segi terminologinya saja bahwa shalat itu se-istiqaq atau seakar kata dengan shilat, yang artinya hubungan.

Maknanya, untuk maksimalisasi fungsi shalat secara hakikat kita harus mengerti cara berhubungan yang benar dengan Subyek yang kita sembah dalam shalat. Yang kita sembah yakni Dzat-Nya Allah Subhanahuu wa ta’aalaa. Ternyata Qs. Thaha/20:14, antara menyembah, shalat, dan mengingat Allah tidak boleh dipisahkan, “...sembah Aku, dirikan shalat (hubungan hati), ingat Aku”.

Baca: OPPO Bocorkan Gambar Kemasan Perangkat Edisi Khusus dengan Shiseido

Inti dari hubungan hati itu adalah mengingat Allah. Maka berikutnya kita harus mendalami cara mengingat Allah, sebab Allah adalah Wujud yang tidak terlihat. Jadi bagaimana Wujud yang tak terlihat bisa diingat?

Jadi hikmah atau yang berguna dari disyariatkannya shalat tarawih adalah untuk melatih intensitas shalat kita di luar Ramadan. Mengingat, bahwa hanya shalat yang dapat mencegah keji dan mungkar yang berupa nafs ammarah dan nafs lawwamah.

"Maka oleh karena itu puasa pada bulan Ramadan ini harus diiringi dengan kefahaman tentang shalat atau hubungan hati yang benar kepada Allah, supaya diri ini kembali jernih seperti baru dilahirkan ibu kita," Tutupnya. 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved