Ledakan Bom di Surabaya
Ingin Mati Syahid, Bocah 9 Tahun Bomber Gereja Tak Mau Ikut Pelajaran Agama di Sekolah
Masyarakat juga tak menyangka orang tuanya sampai hati mengajak anak-anaknya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SURABAYA - Serangan bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, kemarin, menyisakan duka mendalam, terutama bagi keluarga korban.
Terlebih masyarakat juga bertanya-tanya bagaimana satu keluarga bisa menjadi pelaku bom bunuh diri mengerikan itu.
Satu keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak.
Masyarakat juga tak menyangka orang tuanya sampai hati mengajak anak-anaknya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri.
Satu keluarga itu adalah sang ayah, Dita Supriyanto (47), ibu, Puji Kuswati (43), dan anak-anaknya, Yusuf Fadhil (18), Firman Halim (16), Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (9).
Ada kisah menarik terkait bocah pelaku pemboman di GKI Jalan Diponegoro Surabaya, yakni Famela Rizqita.
Famela bersama ibu dan saudara perempuannya adalah pelaku bom bunuh diri di GKI Jalan Diponegoro.
Rupanya bocah berusia sembilan tahun itu mempunyai keinginan untuk mati syahid.
Mantan Teroris Ungkap Pesan Terselubung Dari Rentetan Aksi Bom Bunuh Diri di Jawa Timur
Ia juga tak mau ikut mapel Agama dan PKn semasa bersekolah.
Hal ini diketahui setelah unggahan Instastory penyanyi Kunto Aji di instagram @kuntoajiw pada Minggu (13/5/18).
Saat itu Kunto Aji mengunggah instastory berupa cuitan Twitter perihal bom bunuh diri si GKI Jalan Diponegoro.
Lantas ada seorang netizen membalas postingan Kunto Aji tersebut.
Bukan hanya itu, ternyata kerabat dari si netizen mengenal dengan pelaku.
Tak Cukup Densus 88 Kepolisian, Satuan-satuan Anti Teror Tangguh Milik TNI Siap Sedia Berangus Teroris!