Selain Dian Sastrowardoyo, 3 Artis Cantik Juga Suaminya Direktur, Bahkan Ada yang di Penjara
Di tengah puncak popularitasnya, tepatnya pada tahun 2002, Maudy Koesnaedi memutuskan menikah dengan seorang pria berkebangsaan...
Pada Mei 2017 lalu, Fahmi divonis 2 tahun 8 bulan penjara karena terbukti menyuap pejabat Badan Keamanan Laut (Bakamia) dalam proyek pengadaan satelit pemantau.
Inneke dan suaminya
Suami Inneke divonis 2,8 tahun penjara dan dikirim ke Penjara Sukamiskin, 1 Juni 2017 lalu. Suaminya diperkirakan absen pada akhir 2019 tahun depan.
Fahmi Darmawansyah, Komisaris PT Melati Technofo Indonesia dieksekusi ke Lapas Klas 1 Sukamiskin Bandung, Jawa Barat.
"Kemarin Rabu (31/5/2017) dilakukan eksekusi terhadap Fahmi Darmawansyah ke Lapas Kelas 1 Sukamiskin," kata Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Febri Diansyah, Kamis (1/6/2017).
Febri mengatakan eksekusi dilakukan setelah Rabu (24/5/2017) majelis hakim Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi memvonis suami Inneke Koesherawati itu selama 2 tahun dan 8 bulan pidana penjara serta denda Rp 150 juta.
Majelis menilai Fahmi terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan korupsi secara bersama-sama dan berlanjut terkait korupsi pengadaan monitoring satelit di Badan Keamanan Laut tahun anggaran 2016.
Sebelum menjatuhkan vonis, majelis hakim lebih dulu membacakan hal yang memberatkan dan meringankan.
Hal yang memberatkan adalah Fahmi tidak mendukung program Pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi.
Status Fahmi sebagai pengusaha muda juga memberatkan karena harusnya dia mengikuti prosedur lelang secara benar untuk mendapatkan proyek dan bukan melakukan hal yang keliru.
Sementara hal yang meringankan adalah Fahmi menyesali perbuatannya, memiliki satu istri dan dua orang anak dan menghibahkan sebidang tanah di Semarang untuk Badan Keamanan Laut.
Vonis tersebut lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada KPK yakni pidana penjara 4 tahun dan denda Rp 200 juta subsidair 6 bulan kurungan.
Fahmi terbukti bersalah bersama dua anak buahnya, Hardy Stefanus dan Muhammad Adami Okta menyuap sejumlah pejabat Badan Keamanan Laut.
Perusahaan milik Fahmi adalah PT Merial Esa dan PT Melati Technofo Indonesia.