Tri Pusat Pendidikan Konsep Ki Hajar Dewantara Relevan Hingga Kini
Dosen STAI Mempawah Dhofir menjelaskan mengenai dunia pendidikan, khusunya terhadap peserta didik
Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dosen STAI Mempawah Dhofir menjelaskan mengenai dunia pendidikan, khusunya terhadap peserta didik haruslah mencakup keseluruhan, mendidik dari ujung rambut hingga ke ujung kaki (Ki Hajar Dewantara).
Pernyataan diatas, menyarankan kepada kita semua bahwa sebagai pendidik haruslah sepenuhnya, tidak pilih kasih, sayang pada semua murid, dan mendidik dengan tulus ikhlas, dikarenakan selain sebagai seorang guru namun juga kedudukannya sebagai orang tua siswa di sekolah.
Jika anda meminta siswanya senang di dalam kelas, maka cara mendidiknya harus dengan hati dan pikiran yang bahagia (My Quote).
Dengan seperti itu, guru dan siswa tidak akan bosan ada di dalam kelas sebab si siswa menjadi betah tinggal di ruangan kelas.
Tiga tempat belajar menurut Ki Hajar Dewantara.
Pertama keluarga, Keluarga pondasi utama bagi anak- anak akan mendapatkan kasih sayang dan pelajaran yang mulia dari kedua orang tua, berbagai pelajaran baik yang harus dicontohkan kepada anak di dalam keluarga.
Baca: Kedapatan Jual Togel, Pria di Siantan Ini Diringkus Polisi
Seperti, mencontohkan kata-kata baik, bersikap sayang dan santun kepada anak, tidak sering memarahi anak, dan membiasakan untuk memuji perbuatan baiknya.
Keluarga bagi anak ibarat kebutuhan primer yang menjadi kebutuhan utama dalam kehidupannya, sebab keluarga tempat dia pulang setelah bermain, tempat dia makan ketika merasa lapar, tempat dia tidur ketika dia ngantuk, dan tempat mendapatkan kasih sayang dari kedua ayah ibunya, bahkan keluarga menjadi surga bagi anak anak jika menemukan kebahagian, ketentraman, dan kecerian dalam keluarganya.
Sesuai dengan sabda Nabi, " Rumahku adalah Surgaku". (Al-Hadist).
Kedua belajar di sekolah, dalam hal ini tanggung jawab anak sudah sepenuh tertuju pada para guru untuk mendidik dan membimbing para siswa, namun terkadang tidak semua guru bisa memberikan kasih sayang yang maksimal kepada murid-muridnya lantaran mereka memiliki sifat dan kemampuan yang tidak sama pula.
Ada siswa yang baik, ada yang nakal, ada yang cerdas, dan juga ada yang bodoh.
Di dalam ruangan kelas, pastilah bermacam macam sikap dan kelakuan murid, namun seorang guru disituasi seperti inilah menjadi pemandu dan pembimbing agar suasana belajar tetap memberikan atmosfer yang menyenangkan.
Di sekolah, adalah pendidikan skunder yaitu pelengkap sebagai tambahan-tambahan pengetahuan bagi para siswa, namun meskipun sebagai pelengkap justru bisa menyempurnakan kekurang-kekurangan yang ada pada diri anak.
Misal, sebelumnya siswa tidak bisa pelajaran Matematika bisa menjadi mahir Matematika, sebelumnya, belum bahasa Inggris jadi mahir, sebelumnya belum bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, di sekolah diajari berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Baca: Peringati HUT 72, Persit Kartika Chandra Kirana Gelar Periksa IVA Gratis
Ketiga, yaitu pendidikan di lingkungan masyarakat, lingkungan juga mendukung untuk menjadi anak yang sukses dalam pendidikan karena lingkungan sekitar bisa menjadi tempat anak bermain setelah pulang dari sekolah, jika lingkungannya baik otomatis si anak akan ikut baik, namun sebaliknya. Tugas orang tua adalah menghindarkan anak dari lingkungan yang tidak baik tersebut, agar mental, sikap, dan pengetahuan yang dimiliki anak tetap ke hal- hal yang positif.
Keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat satu kesatuan yang seharusnya saling mendukung, memelihara, menjadi tauladan positif, dan menciptakan situasi cinta kasih, rukun, dan harmoni agar para murid dan anak anak kita sebagai generasi betul-betul bisa menjadi tauladan dan pemimpin yang disenangi oleh banyak orang.
Maka, masih sangat relevan konsep-konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dari masa ke masa, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.