Liputan Khusus

Kisah Jemaah Sambas Gagal Berangkat Umrah, Rela Sisihkan Tabungan Pensiun

Pensiunan penjaga sekolah dasar ini menggunakan uang tabungan pensiun untuk dapat mendapatkan dua paket umroh di PT SBL.

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Siarli Kumbri (58), warga RT 012/ RW 006, Dusun Dare Nandung, Desa Sempalai Sebedang, Kecamatan Sebawi, saat ditemui di kediamannya, Senin (19/2/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Diantara  54 calon jemaah umrah asal Kabupaten Sambas, gagal berangkat umroh ke Tanah Suci pada akhir bulan Desember 2017 adalah Siarli Kumbri (58), warga RT 012/ RW 006, Dusun Dare Nandung, Desa Sempalai Sebedang, Kecamatan Sebawi.

Ia membenarkan gagalnya keberangkatan umrohnya ke tanah suci bersama istrinya, Suria (54), yang menggunakan jasa travel umroh PT Solusi Balad Lumampah (SBL).

Baca: 54 Jamaah Korban Travel SBL, Warga Sambas Tunggu Kepastian Umrah

"Awalnya saya dijanjikan berangkat tanggal 29 Januari 2018, kemudian batal. Lalu setelah itu tidak ada kabar berita," ungkapnya saat ditemui dikediamannya, Senin (19/2/2018).

Padahal Siarli mengaku sudah menyetorkan Rp 50 juta untuk dua paket, yakni untuk dirinya dan istrinya.

"Pertama saya setor Rp 12 juta, kemudian setor lagi Rp 38 juta. Selama belum lunas, pengurusnya nelpon-nelpon terus, sehari bisa 2 sampai 3 kali nelpon, jadi seperti saya yang punya hutang, padahal niatnya kan kami yang mau umroh. Jadi semampu kami dulu menyetor," jelasnya.

Baca: Wiranto Sebut Habib Rizieq Shihab Tak Jadi Pulang, Begini Kata Eggi Sudjana

Pensiunan penjaga sekolah dasar ini menggunakan uang tabungan pensiun untuk dapat mendapatkan dua paket umroh di PT SBL.

"Setelah melihat di tv, bos PT SBL Aom Juang Wibowo ditangkap, saya merasa kecewa. Sedangkan Nana, pengurus yang di sini juga tak ada kabar berita," terangnya.

Bapak 6 anak ini berharap, ada solusi yang bisa mengatasi terkendalanya keberangkatan ia dan istrinya beserta 52 calon jamaah umroh asal Kabupaten Sambas tersebut.

"Saya berharap permasalahan ini segera dapat diatasi. Kami semua bisa segera berangkat. Setidaknya ada solusi dari Nana. Kalau misalkan saya diminta untuk nambah lagi, sepeser pun saya tidak mau. Lebih baik uang yang sudah saya setorkan, saya minta dikembalikan," paparnya.

Siarli mengaku, lantaran tersebarnya kabar Bos PT SBL ditangkap polisi. Ditambah belum ada kepastian ia dan istri berangkat umroh menggunakan jasa PT SBL, keluarganya merasa kecewa dan malu.

"Saya dan istri saya merasa kecewa dan malu. Mudah-mudahan ada solusi secepatnya," ujarnya.

Ia mengaku, memilih umroh lantaran usia yang sudah lanjut. Sehingga mempertimbangkan antrian haji reguler saat ini yang sudah cukup panjang.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved