Insiden Pasar Flamboyan

Tak Kunjung Selesai, Pedagang Sebut Persoalan Ini Picu Perkelahian di Pasar Flamboyan

Oleh karena itu, ia mempertanyakan kemana perginya uang setoran yang setiap hari mereka berikan kepada Kepala Asosiasi melalui para penagih.

Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIZKY PRABOWO RAHINO
Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendagri) Enggartiasto Lukita memantau harga komoditas pangan saat sambangi Pasar Flamboyan Pontianak, Rabu (27/12/2017). 

Laporan Wartawan (mg) Tribun Pontianak, Bella

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Seorang pedagang di Pasar Flamboyan yang tidak mau diketahui namanya mengatakan bahwa, perkelahian di Pasar Flamboyan yang memakan korban jiwa pada Rabu (17/02 /2018), adalah buntut dari persoalan lama yang tidak kunjung diselesaikan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak.

Persoalan tersebut terkait pengelolaan pasar yang semakin amburadul, terutama soal air dan listrik.

"Sudah bertahun-tahun air tidak ngalir, listrik sering padam, " ujar salah seorang pedagang di Pasar Flamboyan pada Sabtu (17/02 /2018).

Baca: Tertangkap! Ini 4 Tersangka Pembacokan di Pasar Flamboyan

Untuk sehari-hari, pedagang hanya memanfaatkan air hujan melalui bak penampung.

"Kami pedagang di pasar mau rematik semua kena air hujan, tapi kalau kemarau begini air di bak itu paling cuma cukup untuk satu minggu, " kata pedagang yang sudah hampir 20 tahun menjual sayur di Pasar Flamboyan itu.

Baca: Foto-foto Penangkapan Tersangka Penganiayaan Insiden Pasar Flamboyan

Sementara untuk listrik, ia mengaku menumpang melalui pedagang lain yang menggunakan voucer.

Oleh karena itu, beliau mempertanyakan kemana perginya uang setoran yang setiap hari mereka berikan kepada Kepala Asosiasi melalui para penagih.

Baca: Rekan Pedagang Kenang Sosok Ridwan, Satpam Pasar Flamboyan yang Tewas Dikeroyok

"Sudah setiap hari kami setor, listrik masih tanggung sendiri, air juga disuruh pasang sendiri, " ujarnya.

Ia mengaku bahwa persoalan ini sudah sering mereka sampaikan kepada Diskumdag namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut.

"Pas hari kejadian itu juga ada orang Diskumdag yang datang, kami langsung sampaikan keluhan bersama pedagang lain,  "ujarnya.

Namun, selang beberapa menit setelah perwakilan Diskumdag meninggalkan Pasar Flamboyan, terjadi kasus keributan yang merenggut nyawa Ridwan.

Menurut keterangan, setiap hari para pedagang menyetor uang Rp 6500 kepada pihak asosiasi.

"Itu mahal, jumlah yang cukup besar bagi kami, dulu cuma Rp tiga ribu, "ujarnya.

Jika diperkirakan, menurutnya dalam satu hari tidak kurang dari Rp dua juta terkumpul.

Beliau berharap, semoga dengan adanya kasus seperti ini, pemerintah turun langsung menyelesakannya. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved