Manusia Kayu
Kisah Manusia Kayu, Dari Pernah Mati Hingga Perbulan Hanya Dapat Rp 200 Ribu Dari Pemda
Hanya kacamata dan dua buah tongkat kayu kecil menjadi alat untuk Munir, pria berusia 56 tahun beraktivitas selalu dibantu istri dan keluarga.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Madrosid
Sejak saat itu, tepat 18 tahun, ia mengaku tidak bisa apa-apa, kalau mau mandi langsung dimandikan, makan disuapkan, dan buang air ditadahkan.
"Saya dapat teguran dari ibu yang telah meninggal didalam mimpi, karena masih melakukan hal Dzolim, yaitu Dzolim mata," katanya.
Saat dimimpi, lanjutnya, ia akhirnya minta mati, dengan serangkaian ritual, ia pun meninggal didunia dialam mimpi yang ternyata terjadi pula dialam nyata.
Jasadnya pun dibawa ke mesjid Al-Munir daerah Pulau Kumbang yang kebetulan mirip namanya.
"Setelah mayat saya hendak dimandikan, ada suara yang mengatakan Munir jangan dimandikan karena belum waktunya, akhirnya masuk lagi roh kedalam jasad," terangnya.
Besoknya lagi, Munir mengatakan ia bermimpi berwudhu, dan ada yang keluar dari badan berjatuhan.
"Malam jumat kemudian mimpi naik gunung, kaki kiri masuk lubang ular, datanglah seseorang menggunakan sorban yang menyuruh membaca ayat kursi untuk keluar dari lubang ular, walaupun memang tidak hafal, disuruh untuk ikuti kata orang besorban. akhirnya ketika keluar langsung hafal ayat kursi," ungkapnya.
Setelah serangkain kejadian mengerikan dan mati suri, Munir pun mengaku mendapat hidayah.
Sampailah dengan sekarang 24 tahun, ia konon bisa menyembuhkan sejumlah penyakit seperti keputihan, susah jodoh, hingga yang ingin punya anak bagi yang percaya.
Saat ditanya perhatian pemerintah, ia pun mengatakan sebenarnya ada walau hanya Rp. 200 ribu perbulan.
"Dari Kabupaten Kayong Utara dapat bantuan sosial Rp. 200 ribu sebulan. Kadang lebaran juga dapat THRnya, tapi kalau bisa kita minta perbulannya berapa gitu," katanya.
Ia pun mengatakan, saat terakhir kali berobat di RS Soedarso, dokter mengatakan ia menderita asam urat, rematik, radang persendian, dan komplikasi.
"Terakhir berobat tahun 1996, pernah kaki coba diikat untuk disatukan lagi, tapi tak bisa karena keras seperti kayu, begitu pula saat dicoba akan diterapi," katanya.
Kini Munir pun mendambakan bantuan bagi para dermawan yang hendak membantunya.
Pria yang piawai membaca dan membuat syair gulung ini mengharapkan bantuan di nomor rekening BRI 481201004527532 atas nama anaknya Wiwin