Kisah Anak Putus Sekolah di Sambas, Kenakan Seragam SMP Teman hingga Minta Dibelikan Kambing

Kami selaku orangtua saat itu sudah berusaha mendorongnya agar tetap terus sekolah

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Abdul Fatah (38), satu di antara warga RT 05/ RW 03, Dusun MT Pasir, Desa Semelagi Besar. Saat mengisahkan putra sulungnya yang putus sekolah, Kamis (25/1/2018). 

Kuatnya kemauan Riski berhenti sekolah, menurut Fatah diperkirakan lantaran teman-teman sepermainannya banyak pula yang juga berhenti sekolah.

"Mungkin dipengaruhi lingkungannya bermain. Kawan-kawannya banyak juga yang ndak mau sekolah. Tapi ada juga kawannya yang sekolah, yang sudah SMP," jelasnya.

Fatah mengaku hanya lulusan SD. Pria yang akrab disapa Abing ini, sehari-hari bekerja sebagai buruh meubel.

"Saya bisa baca, menulis dan berhitung. Buktinya saya setiap hari bisa mengukur jendela dan pintu," katanya.

(Baca: Pidato Presiden Jokowi di Pakistan Tuai Beragam Komentar Netizen, Ini Yang Disampaikan )

Fatah mengaku, ia memutuskan tidak melanjutkan ke SMP, lantaran melihat kondisi perekonomian orangtuanya, yang kesulitan membiayai sekolahnya.

"Saya tidak melanjutkan sekolah karena melihat kondisi perekonomian orangtua. Saya sih dulu mau sekolah, tapi keadaan orangtua ndak mampu mau bagaimana lagi, untuk makan sehari-hari saja susah," ujarnya.

Kendati ada program untuk melanjutkan sekolahnya. Fatah mengaku sudah tak berniat lagi, menurutnya ia kini sudah fokus bekerja dan menghidupi keluarganya saja.

"Yang penting bagi saya sekarang, bagaimana untuk menafkahi anak dan istri saya saja," tegasnya.

Dari kisah Fatah, ternyata ada kisah lain yang diungkapkan istrinya, Syafiawati (32). 

Syafiawati mengaku, pernah suatu ketika memergoki Riski mengenakan seragam SMP milik teman bermainnya. 

Syafiawati kemudian menanyakan kepada anak sulungnya itu, apa mau kembali ke sekolah lagi.

"Saya tanya, mau kah sekolah lagi. Dia bilang, kelas berapa. Kalau mengulang kelas 1 atau kembali di kelas 3 lagi dia ndak mau. Dia bilang, ikutkan Paket lah mak. Tanyakan lah mak sama orang-orang, katanya. Jadi pernah dia bilang mau sekolah lagi, mauk saya mak tapi ikut Paket, katanya begitu," kisahnya.

Syafiawati menduga, Riski mengetahui ada pendidikan Paket A setelah mendengar dari teman-temannya. Lantaran masih ada teman sepermainannya yang sekolah.

"Mungkin saat dia mengenakan baju SMP temannya itu, dipikirannya baru menyesal. Melihat temannya yang tetap sekolah. Tapi mungkin rasa-rasanya dia mau langsung SMP mungkin, karena lihat temannya," sambungnya.

Wanita lulusan SMA yang sehari-hari mengurus rumah tangga ini berharap, Riski benar-benar kembali dapat melanjutkan pendidikannya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved