Batu Bertulis di Nanga Mahap, Situs Sejarah Yang Misterius

Saking misteriusnya, hingga saat ini tidak ada satu orang pun, bahkan ahli sejarah sekalipun yang dapat menerjemahkan pesan yang tertulis

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ RIVALDI ADE MUSLIADI
Lokasi tempat batu bertulis di Dusun Pait Desa Sebabas Kecamatan Nanga Mahap 

Hal itu diungkapkan oleh Albinus Akin (47) sang juru pelihara batu bertulis.

Ia mengatakan, sudah beberapa ahli yang mencoba menerjemahkan makna yang terkandung dalam stupa dan tulisan sanskerta tersebut.

"Batu ini juga dulunya digunakan untuk pemujaan. Dari cerita dari leluhur batu ini ada 7 penunggu, pangeran agung, mangku bumi dan lainnya," ujarnya.

Pada 1985, seorang ahli sanskerta dari Jakarta Dra. Endang pernah mencoba menerjemahkan tulisan dibalik batu tersebut. Akan tetapi meski telah dapat menerjemahkan tapi belum sempat disebarkan.

"Sempat berhasil diterjemahkan namun belum di publikasikan. Tapi sayang setahun berikutnya, ibu Endang tersebut meninggal dunia. Dan sampai saat ini belum ada yang tahu apa maksud dari pesan tersebut," jelasnya.

Sebagai juru pelihara, Akin terus berusaha menjaga dan merawat tempat tersebut.

Bahkan menurutnya, sebelum masuknya agama katolik, tempat tersebut sebagai tempat persembahan dan sampai sekarang dijadikan sebagai Tempat Mulang Ajat (sesuai bahasa tradisi–balas niat/nazar).

Batu dengan aksara pallawa dan sanskerta tersebut ternyata masih didalam kawasan hutan lindung. Dan pada tubuh batu, terdapat ukiran stupa.

Diantara 7 stupa terkandung 7 makna, yakni deretan nama-nama dalam bentuk relief batu bertulis seperti Pangeran Agung, Pangeran Adam, Segentar Alam, Mangkubumi, Barang Tiba, Singe Jade dengan julukan panglima jaga dan Sinyoka Nyai Anta yang telah diabadikan sebagai sebuah Credit Union (CU) Nyai Anta Kecamatan Nanga Taman.

Akin berharap, melalui pemerintah daerah kabupaten sekadau, objek tersebut dapat terus dan terus dilestarikan serta selalu terjaga.

Pasalnya, masyarakat setempat sudah berkomitmen untuk tidak melakukan ekspansi lahan perkebunan.

"Semoga pemerintah dapat mengakomodir apa harapan masyarakat," harapnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved