Setelah Dibina Kini Pertanian Jadi Daya Tarik Oleh Kelompok Perempuan

Jelang akhir program, dia mengungkapkan banyak capaian yang bisa dilihat dari 460-an petani yang telah dibina.

Penulis: Nina Soraya | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ NINA SORAYA
Penanggung Jawab Program Konsorsium Perempuan Laili Khairnur memberikan keterangan kepada parajurnalis usai kegiatan Media Briefing, Selasa (19/12/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nina Soraya

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Penanggung Jawab Program Konsorsium Perempuan, Laili Khairnur, memaparkan program Inisiaif Penguatan Pengembangan Ekonomi Kelompok Perempuan Melalui Pemberdayaan dan Pertanian Berkelanjutan telah berjalan selama 1,5 tahun.

Fokusnya itu pertama, kata Laili, soal melakukan penguatan kelompok perempuan melalui organisasi dan serikat yang sudah terbentuk di dua kabupaten yaitu Sintang dan Kapuas Hulu.

Baca: Berusia Lebih Dari Seabad, Brother Penetrasi Lebih Kuat Pasar Kabar Lewat Brother CustCare

"Nah fokus yang kedua itu penguatan ekonomi melalui pertanian berkelanjutan yang dikembangkan dengan metode ramah lingkungan serta penerapan metode hazton. Tak hanya itu, kita juga mengembangkan demplot tanama obat, sayur, serta usaha lainnya di sekitar wilayah program," papar Laili saat Media Briefing, di Grand Mahkota, Selasa (19/12/2017).

Jelang akhir program, dia mengungkapkan banyak capaian yang bisa dilihat dari 460-an petani yang telah dibina.

Saat ini para kelompok perempuan tani sudah berhasil menjual produk yang merek hasilkan seperti beras putih, merah dan hitam. Selain itu para kelompok perempuan ini juga menghasilkan produk kerajinan.

Baca: Tjhai Chui Mie Minta Pengurus Yayasan Berikan Data Pada Dinsos

"Hal lain yang turut kita lakukan adalah mensinergikan kelompok perempuan tani dengan BUMDes yang kini sedang dibangun di masing masing desa," kata Laili yang juga menjabat sebagai Direktur Gemawan ini.

Dia mencontohkan di Sintang yakni di Kecamatan Kelam Sejahtera, beberapa desa disana mensinergikan BUMDes yang sedang dibangun dengan fokus ke wisata. Jadi, nantinya ada oleh oleh dari desa tersebut yang dihasilkan dari kelompok perempuan itu.
"Sehingga yang diharapka itu desa ikut memfasilitasi pengembangan ekonomi perempuan melalui BUMDes," sampainya.

Menurutnya saat ini pihaknya sedang menyelesaikan Policy Brief, di mana akan dimasukkan usulan bahwa tak hanya desa program saja tapi meyasar desa lainnya agar mampu mengakomodir kepengurusan perempuan dalam BUMDes. Oleh karena sudah terbukti ekonomi desa turut ditopang dari kegiatan ekonomi perempuan tersebut.

Jelang akhir program, ia menilai apa yang telah dilakukan Konsorsium Perempuan terhadap para kelompok tani ini cukup berhasil.

"Bagi kami melihat para ibu ibu petani ini yang begitu optimis tentu itu hal yang luar biasa. Bagi saya juga sangat senang sekali saat mendengarka cerita ibu dari Kapuas Hulu. Dulunya bagi si ibu pertanian tidak menjanjikan bagi mereka. Jadi banyak perempuan di Kapuas Hulu jadi penambang emas. Tapi begitu sekarang mereka lihat beras yang diproduksi juga bisa menghasilkan bagi mereka ,bahkan benih saja bisa mereka jual, sekarang mereka lebih memilih kembali ke sektor pertanian," ungkap Laili.

Lewat program ini juga dihasilan product knowledge seperti buku, leaflet, film, dan policy brief.

Konsorsium Perempuan ini berisikan Lembaga Gemawan, PPSW Borneo, Yayasan Diantama, Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK), dan Simpai Kapuas. Program ini turut didukung oleh MCA-Indonesia.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved