Merasa Tak Diperhatikan Pemkot, Curhat Dini Penk Raih Prestasi Dengan Menanggung Banyak Hutang

Hingga akhirnya Dini Penk mengikuti semua prosedur kegiatan termasuk teknikal meeting di Jakarta.

Penulis: Try Juliansyah | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / TRY JULIANSYAH
Dini Penk kenakan Kostum Bertemakan Tudung Saji di Karnaval Budaya HUT RI ke 72 di Singkawang, belum lama ini. 

Laporan Wartawan Tribunpontianak,  Try Juliansyah

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Dini Penk Production masih menyesalkan hingga saat ini belum mendapat kepastian akan biaya yang ia keluarkan saat mewakili Kalbar di parade busana daerah se-Indonesia di TMII Jakarta beberapa waktu lalu.

Awal mula kesertaanya pada ajang tersebut bermula pada 2013 silam.

Dimana saat itu Dini Penk tergabung dengan kabupaten Sekadau untuk mewakili Kalbar di ajang tersebut.

"Berawal dari perestasi tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 dan 2014 saya pernah mengikuti parade busana daerah se-Indonesia di TMII Jakarta. Alhamdulillah 2013 juara umum waktu itu gabung dengan Sekadau, dan 2014 ikut lagi  Alhamdulillah juara runer up," ujarnya, Selasa (28/11/2017).

(Baca: Suasana Talkshow Menjadi Hebat Dari Fisip Untuk Kalimantan Barat Yang Digelar IKA Fisip Untan )

Prestasi gemilang tersebutlah akhirnya menjadikan dini penk langganan ikut serta di ajang serupa.

Dan puncaknya di tahun 2017 Dini Penk mewakili Kalbar dengan tergabung di Kota Singkawang.

"Berawal dari situ lah menjadi referensi kepala anjungan TMII Kalbar untuk mengutus saya kembali mewakili Kalbar membawa nama kota Singkawang di Tahun 2017. Hal ini juga karena 2016 dan 2015 prestasi parade busana daerah agak menurun," ungkapnya.

(Baca: Geger! Kabar Wagub dan Kadis Berbalas Menampar, Upacara Pun Batal! Lihat Videonya )

Pada prosesnya pula Dini Penk tidak langsung menerima permintaan tersebut dimana akan ada proses seleksi terlebih dahulu.

Namun pada akhirnya karena kecintaannya pada budaya Kalbar dan Singkawang akhirnya ia mengatakan siap untuk ikut serta.

"Awalnya tidak langsung saya iyakan, dari dinas provinsi Kalbar pun, salah satu staf yang membidangi parade busana daerah ini, mengatakan ada seleksi. Nah karena merasa terpanggil ingin mengharumkan nama kota Singkawang pada khususnya dan Kalbar pada umumnya di tingkat nasional saya mengatakan siap dan bersedia," lanjutnya.

Kemudian setelah beberapa hari dari dinas pariwisata provinsi diakuinya mengatakan tidak ada seleksi sehingga otomatis dini penk production yang mewakili Kalbar.

Pada pemberitahuan tersebut diakuinya disampaikan pula biaya yang akan di tanggung oleh Pemprov Kalbar.

"Beberapa hari kemudian dari parekraf provinsi Kalbar,menelpon katanya kita tidak ada seleksi jadi saya langsung di utus mewakili Kalbar atas nama kota Singkawang. Dimana untuk anggaran dari provinsi hanya menanggung transportasi PP pesawat transportasi, penginapan, dan konsumsi selama di Jakarta," ungkapnya.

Karena menilai masih banyak yang perlu disiapkan maka dirinya berinisiatif untuk menghadap kadisparpora kota Singkawang.

Karena dalam hal ini ia juga akan membawa nama baik Singkawang di ajang tersebut.

Ia mengaku langsung di damping salah satu staf disparpora Singkawang di bidang ekraf menghadap kepala dinas, hanya saja ia mengatakan tidak ada anggaran untuk tahun 2017.

Akan tetapi mereka siap membantu untuk mencari sponsor salah nya bank Kalbar.

"Dan akhirnya saya kembali menghubungi parekraf provinsi Kalbar, bahwa ini harus jelas dan di kirim lah surat dari provinsi ke dinas parekraf kota Singkawang yang isi suratnya rekomendasi dari dinas saya berangkat bersama 9 orang diantarnya peraga, asisten desainer, ketua kontingen sehingga totalnya berjumlah 10 orang," tuturnya.

Pada surat tersebut pula menurutnya jelas pembiayaan yang harus dilakukan provinsi dan apa yang harus di siapkan Pemkot Singkawang.

Bahkan diakuinya dari disparpora Singkawang bahkan menyetujui jika dirinya yang akan mewakili Kalbar.

"Jadi sebenarnya udah jelas apa saja yang di biayai provinsi dan apa yang nantinya di biayai dinas parekraf singkawang. Akhirnya surat dari provinsi pun di balas dan mengiyakan saya yang berangkat, hal ini berarti dinas parpora Singkawang sudah siapkan apa yang menjadi tanggung jawab mereka," katanya.

Hingga akhirnya Dini Penk mengikuti semua prosedur kegiatan termasuk teknikal meeting di Jakarta. Dan saat itu diakuinya ia masih menggunakan dana pribadi miliknya.

"Hari berganti sampai hampir 1 bulan yang mana saya harus ikut tehnical metting dan untuk TM belum juga ada yaitu untuk tiket PP, akomodasi, konsumsi. Karena ini sudah setengah jalan dan saya belajar dari pengalaman sebelum, pasti di ganti nanti nya, akhirnya saya mengajukan pinjaman sebesar 9 juta rupiah kepada pihak ke 3," katanya.

Namun disayangkan olehnya ternyata biaya tersebut tak juga kunjung di gantikan hingga pelaksaan kegiatan. Walaupun diakuinya pada akhirnya disparpora Singkawang mengusahakan sponsor namun dana yang diperoleh jauh dari cukup.

"Karena ada 2 rancangan yaitu busana daerah dan daur ulang kita fokus busana daerah dulu kata saya kepada tim saya. Untuk daerah saya angkat iban dan daur ulang tetap menjurus ke daerah juga kita tampilkan kayan," katanya.

"Hari berganti, waktu tinggal 7 hari lagi tidak ada kejelasan tapi saya tetap memberikan semangat kepada tim yang akan berangkat. Akhirnya final nya H-3 baru ada kejelasan dari bank Kalbar , dari sponsor hanya mampu memberikan 5 juta rupiah," lanjutnya.

Ia sangat menyayangkan dari dinasparpora tidak memberikan dana untuk kegiatan tersebut. Namun karena tekadnya yang kuat akhirnya ia tetap ikut serta walaupun harus berhutang untuk ikuti kegiatan.

"Saya kepalang tanggung  semua administrasi,hasil rancangan udah di kirim dan kesiapan untuk brangkat udah fix semua. Sementara segala uang saku, uang produksi, yang pinjam untuk TM, uang baju kontingen batik daerah, tidak ada, jadi saya ambil kebijakan akhir berhutang," tuturnya.

Walaupun dengan usaha dan persiapan yang tak didukung tersebut akhirnya hari timnya mendapat penghargaan terbaik antar zona Kalimantan.

"Hasil ini kami raih dan mendapatkan trophy ,uang tunai 2 juta rupiah, piagam, nah uang itulah yang kami bagikan sebagai uang saku sementara uang proposal belum keluar," tuturnya.

Lagi-lagi ia harus kecewa karena  sesampainya di Singkawang tidak ada yang istimewa bukan bonus yang di dapat tapi malahan bayar hutang.

"Sampai hari ini saya masih nyicil, tetapi saya selalu mengejar dan mengejar tapi hasilnya nihil. Jadi sampai sekarang total biaya semua sekitar 43 juta termasuk uang saku yang belum ada kejelasan. Untuk semua kegiatan saya dokumentasi kan serta lengkap dengan segala kwitansi dan nota termasuk ada wartawan yang ikut serta meliputi kegiatan saya ini," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved