Bandara Supadio Banjir

Ini Alasan Mengapa Runway Bandara Tak Boleh Tergenang Air

Hal itu pula yang bisa terjadi kepada runway Bandara Internasional Supadio jika kondisi tergenangya air berlangsung terus-menerus.

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Rizky Zulham
IST
Petugas menyedot air untuk mengatasi banjir di landasan pacu Bandara Internasional Supadio Pontianak, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Minggu (12/11/2017) siang. Akibatnya belum ada satupun penerbangan baik naik dan turun di Bandara, dan sejumlah penerbangan terpaksa dibatalkan. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Staf Teknis Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Kalimantan Barat Balai Besar 11 Banjarmasin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemenpupera), Rustammi Atmo menerangkan kondisi tergenangnya jalan aspal oleh air bisa berdampak kepada keawetan atau usia aspal.

Hal itu pula yang bisa terjadi kepada runway (landasan pacu_red) Bandara Internasional Supadio jika kondisi tergenangya air berlangsung terus-menerus.

“Kalau runway aspal. Kalau tergenang air itu bisa aus atau susut karena gesekan. Menurut teori, jika lebih dari 5 jam, aspal akan cepat rusak. Jadi, permukaan aspal itu harusnya tidak boleh terendam, karena air akan meresap ke dalam aspal. Ini yang bikin aspal cepat rusak,” ungkapnya kepada Tribun Pontianak via seluler, Senin (13/11/2017) malam.

(Baca: Pasca Runway Bandara Supadio Tergenang, Ini Upaya Angkasa Pura II )

Kondisi tergenangnya air pada permukaan aspal memang harus dihindari. Tami sapaannya akui musuh jalan aspal adalah air. Baik air yang berasal dari bawah jalan, maupun air yang berasal dari atas permukaan jalan.

“Ya, semisal limpasan dari air hujan. Ketika jalan aspal tergenang air harus segera dibuang. Terutama runaway bandara, ketika pesawat landing itu kan hentakan roda kuat sekali. Gesekan roda ke aspal juga kuat. Ini rawan dan aspal bisa saja terkelupas,” jelasnya.

Kendati diakui tergenangnya runaway merupakan fenomena pertama kali. Namun, kejadian ini harus jadi pelajaran. Pihak pengelola bandara harus mempelajari dan mencari penyebab kenapa bisa tergenang. Apakah dampak pembangunan atau memang kurangnya perawatan pada saluran pembuangan yang ada selama ini.

“Daerah sekitar bandara adalah daerah rata. Hal yang harus dihindari adalah jangan sampai tangkapan air luas sekali. Harus segera mungkin genangan air cepat dialirkan lewat outlet sekitar itu. Sebenarnya, gambut itu daya resapnya tinggi,” terangnya.

Sebagai solusi, disarankan pihak bandara selalu menjaga saluran pembuangan atau drainase air di samping landasan pacu. Keseimbangan alam dan luasan gambut di sekitar bandara juga harus dijaga.

“Resapan air ada dua. Pertama bisa lewat gambut sekitar bandara. Kedua, melalui sungai di sekitar bandara. Setahu saya, di sekitar Bandara Supadio ada aliran anak sungai yang namanya Parit Jepang. Itu dulu adalah outlet pembuangan air, selain gambut yang ada. Bisa jadi ada penyumbatan atau tertutup,” paparnya.

Solusi lain, landasan pacu harus ditinggikan di atas permukaan air pasang. Hanya saja untuk hal ini, konsekuensinya pada biaya tinggi atau high cost dan waktu pengerjaan. Tentu bisa berpengaruh terhadap penerbangan yang mutlak tidak boleh terhenti dan terganggu.

“Bisa juga di tepi runway dibangun semacam bendungan. Namun, harus disiapkan mesin pompa dengan kapasitas besar yang mampu sedot air dengan debit besar dan cepat. Itu solusi paling murah. Paling terpenting adalah sungai dan gambut sebagai resapan di sekitar regional bandara harus dijaga sebagai outlet air,” tukasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved