Ketua WBDC Ajak Warga Belajar Bahasa Isyarat

Orang mendengar sering tidak memahami bahasa isyarat sehingga kalau pergi ke apotek maupun ke tempat umum lainnya

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani
Ketua West Borneo Deaf Comunity (WBDC), Ade Muhammad Fahrizan (15). 

Permasalahan tersebut semakin rumit karena di Kalbar tidak tersedia perguruan tinggi yang menyediakan juru bicara bahasa isyarat, sehingga ketika anak-anak ini menyelesaikan pendidikan tingkat SMA sangat sedikit dari mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

"Kebanyakan dari mereka bekerja setelah selesai SMA. Karena sejak dini juga mereka dibekali dengan keterampilan, ada yang bisa menjahit, bengkel, listrik, ada juga yang salon," ujarnya.

Namun dia tetap menyayangkan hal ini karena menurutnya potensi dalam diri anak-anak tuli di Pontianak masih bisa dikembangkan andai saja tersedia juru bicara yang memadai.

Di sekolah tempatnya mengajar yang memang khusus untuk anak-anak tuli, tenaga pengajar masih belum tercukupi.

"Bukan hanya tenaga pengajar, kita juga perlu bantuan untuk staff sekolah yang lain, seperti satpam. Saat ini di Dharma Asih ada 25 pengajar bahasa isyarat, dan kami menangani seratus lebih murid dari tingkat TK-SMA," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved