Wajib Tau! Kisah Heroik dan Kelam Perjuangan Pahlawan Kalbar Mempertahankan NKRI
Barnan Nadi diincar dengan cara dibunuh anak kecilnya, anak usia 5 tahun cewek bernama Paini Trisnawati ditembak mati oleh Belanda.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu diantara akademisi dan sejarahwan Kalbar, Syafaruddin Usman berbagi cerita mengenai heroiknya kisah perjuangan pahlawan di Kalbar dalam rangka mempertahankan NKRI.
Kisah yang menarik menurutnya adalah Barnan Nadi yang merupakan tokoh Kalbar yang memimpin perlawanan kepada Belanda ketika ingin kembali menduduki Indonesia di tahun 1945-1950.
Pada tahun 1946, dibentuklah gerakan rakyat merdeka atau Geram di Landak, Bardan memimpin satu kesatuan kalangan republikan ini anti kepada Belanda melakukan gerakan bersenjata di Sidas, di Sepatah, di Landak dan Ngabang.
(Baca: Mengulas Sejarah Perjuangan Pahlawan Di Kalbar Yang Terlupakan )
Upaya Belanda untuk menghabisi gerakan perjuangan yang sangat heroik ini pada 10 Oktober 1946 meletus pertempuran di Ngabang.
Barnan Nadi diincar dengan cara dibunuh anak kecilnya, anak usia 5 tahun cewek bernama Paini Trisnawati ditembak mati oleh Belanda.
(Baca: Mengenalkan Sejarah Pada Anak Sejak Dini Melalui Upacara Hari Pahlawan )
(Baca: Kapolres Mempawah Pimpin Ziarah ke Taman Makam Pahlawan )
Shock akan keadaan itu Bardan ditangkap, kemudian Bardan dijebloskan ke penjara setiap harinya disuruh keliling penjara dilepaskan anjing liar menggigit kakinya.
Pada 17 April 1947 Bardan divonis hukuman mati, pada pagi hari itulah ia ditembak mati, dan ia adalah orang Indonesia pertama yang dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah kolonial Belanda ketika itu.
Kemudian kisah heroik lainnya adalah Ya' Yasri Usman pemimpin kepaduan suryawirawan.
Ia pernah mendapatkan pendidikan disekolah Jepang, yaitu Kayjo atau Pelayaran di Makassar.
Ketika terjadi pemberontakan rakyat Landak terhadap pemerintah kolonial Belanda, Ya' Nasri salah satu pimpinannya, ia ditangkap dan dipenjarakan di penjara Sungai Jawi sebagaimana Bardan.
Kemudian akibat gigitan anjing liar setiap hari dia mengalami infeksi dan tetanus ia pun dibawa ke Jakarta.
Namun nasib malang, ketika kapal yang membawanya akan merapat ke Teluk Jakarta, dengan tangan dan kaki diikat, jasad Ya' Nasri Usman dilemparkan ke Teluk Jakarta dan tenggelam sampai dengan hari ini tidak diketahui rimbanya.
Belum lagi, kata dia, beribu-ribu tokoh Kalbar yang dibunuh Jepang di Mandor.
"Kita mengenal seperti Uray Abdul Hamid, Gusti Ja'far, Gusti Abdul Hamid, dan lainnya yang berbagai suku bangsa, baik Dayak dan Melayu, Cina dan lainya sebagainya," katanya, Kamis (09/11/2017) saat ditemui disalah satu hotel.
Selain itu, peristiwa yang tak kalah heroik adalah peristiwa Sidas terjadi pada 27 Oktober 1946 dimana terjadi pertempuran yang dipimpin Mane Pak Kasih menghadapi pasukan militer belanda dengan persenjataan lengkap yang dipimpin Kapten Martin Disaprio.
Dalam jarak tempuh 500 meter Pak Kasih gugur seketika bersama dengan orang terdekatnya yaitu Ya' Ai Tajudin dan Ya' Muhidin ditembak mati oleh Belanda.
Kemudian gugur juga tiga orang, yaitu Bung Yamin, Kasim dan Abdul Rani, ketiganya dikubur hidup-hidup kemudian ditembak dan ditusuk-tusuk.
"Inilah sejarah paling kelam dalam sejarah kemerdekaan kita, kalian harus berani menuntut Belanda mempertanggung jawabkan ini karena dalam pertanggung jawaban Ratu Wilhelmina peritiwa di Kalbar tidak pernah dibuka," katanya.
Belum lagi, lanjutnya, perlawanan di Putusibbau yang digerakan Pahlawan Suka dan adalah satu diantara tokoh merah putih heroik.
"Tidak pernah kita mengungkap itu semua dan harus dibuka, belum lagi yang dipimpin Pang Sulang, Pang Dandam, suku Dayak Majang bergerak bergolak di desa Lape Sanggau terjadi pertempuran, di Bonti, di Meliau oleh Pang Suma, Dayak dan Melayu mensponsori dan melopori gerakan kemerdekaan Kalbar," tukasnya.