Menelusuri Bisnis Pijit Plus di Kota Pontianak, Kedok hingga Tarif

Meski razia berkali-kali dilakukan, faktanya tak berdampak pada keberlangsungan bisnis haram itu.

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
net
Ilustrasi prostitusi 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nasaruddin

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Bisnis esek-esek di Pontianak semakin menjamur.

Meski razia berkali-kali dilakukan, faktanya tak berdampak pada keberlangsungan bisnis haram itu.

Terlepas dari razia atau pura-pura razia, bisnis esek-esek di Pontianak sangat mudah diketahui.

Prostitusi di Pontianak, menggunakan beragam topeng. Mulai dari "massage" hingga "salon".

(Baca: Video Skill Tingkat Dewa Marc Marquez Saat Mendirikan Motor yang Nyaris Jatuh )

Selain melalui beragam postingan di media sosial, saat ini juga ada penulis yang sengaja mencurahkan pengalamannya dalam tulisan-tulisan panjang disertai komentar atau Field Report (FR) mereka yang sudah pernah mencoba.

Dalam akun tersebut, jelas diurutkan daftar mana saja tempat massage di Pontianak yang memberikan layanan seks.

(Baca: Peringati Sumpah Pemuda, HMI Komisariat ISIP Lakukan Hal Ini di Bundaran Digulis Untan )

Sebenarnya, apa yang disampaikan dalam tulisan itu bukanlah hal baru.

Namun hanya sekedar update laporan lapangan (FR) terbaru. 

Misalnya tentang terapis baru atau servis baru yang bisa didapat di berbagai lokasi massa yang masuk daftar.

(Baca: Sampaikan Sambutan, Anggota KPU RI Disamperin Ibu-Ibu, Ternyata Ini Penyebabnya )

Mereka juga berbagi pengalaman soal tarif yang harus dikeluarkan untuk sekali main.

Dari yang mereka paparkan, tarif transaksi seks di lokasi massage plus, Rp 300 ribu keatas.

Itu belum termasuk biaya massage yang kadang bukan massage namun elusan di area-area sensitif.

(Baca: Tekan Angka Jual Rumah, Pemerintah Subsidi Masyarakat Penghasilan Rendah )

Penelusuran juga pernah dilakukan Tribun di satu lokasi "massage" di kota ini.

Satu di antara panti pijat yang disambangi, terletak di Pontianak Kota.

Bangunannya berbentuk rumah dua lantai dengan atap seng. Lokasinya berada di antara deretan toko dengan halaman yang tak terlalu luas.

Saat masuk, tidak ada sambutan dari resepsionis, layaknya tempat pijit yang benar-benar menyehatkan.

Satu meja ditempatkan di dekat pintu. Di sebelahnya, ada kursi panjang.

(Baca: Marching Band Iringi Pelepasan Rombongan Gerak Jalan Sehat Sadar Pemilu )

Saat itu ada beberapa wanita dengan badan berisi yang duduk dan ada pula berbaring seraya memainkan gadget.

Seorang perempuan berumur, langsung mengajak Tribun ke lantai dua yang dijadikan tempat pijit.

Sambil menaiki tangga, wanita tersebut menyampaikan hari itu sedang sepi.

(Baca: Motor Listrik Massal Pertama di Indonesia, Berikut Spesifikasi Viar Q1 )

Terapis (yang duduk dan berbaring) sedang menunggu tamu yang tak kunjung datang.

"Kamu mau sama saya atau yang lain," katanya.

Karena Tribun memilih terapis lain, dirinya kemudian menyampaikan giliran berikutnya.

Selain sesuai pilihan tamu, tempat pijat tersebut ternyata menggunakan sistem rolling bagi terapisnya.

Tempat pijit di lantai dua ini cukup banyak. Satu kamar, disekat menjadi dua dengan pembatas dinding triplek.

Sementara bagian depannya ditutup dengan tirai kain.

(Baca: Ibu sedang Sakit, Anak Ini Riang Menjual Bolu demi Biaya Sekolahnya )

Terapis yang ditunggu tak lama kemudian datang.

Menggunakan kaus berkerah, tubuhnya tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, berisi. 

Setelah menanyakan harga, tak menunggu lama, terapis sebut saja Au, langsung menyuruh membuka semua pakaian. Sementara dirinya sibuk menyiapkan lotion untuk pijit.

Sembari bekerja, Au bertanya mengenai identitas Tribun. Dari perkenalan singkat itu, diketahui jika Au merupakan warga luar Pontianak.

Selain menjadi terapis di tempat pijat, Au juga menerima panggilan ke hotel.

Empat puluh menit berlalu, Au menghentikan pijitan karena menurutnya sudah selesai.

Sembari merapikan lotion ke tempatnya, Au bertanya service apalagi yang diminta.

(Baca: FOTO DRONE- Suasana Pameran Ekonomi Kreatif Pontianak Dilihat dari Udara )

Tak seperti terapis di beberapa panti pijit di Singkawang yang menawarkan dirinya dengan modus tertentu, Au menawarkan secara terang-terangan beberapa service plus-plus dengan biaya terpisah dari ongkos pijat.

"Kalau semuanya (all service), kita di sini paling kecil Rp 400 ribu. Itu sudah termasuk pijat," katanya.

Au mengaku, Rp 400 ribu itu tidak semua miliknya. Rp 150 merupakan biaya pijat yang nanti dibagi lagi dengan pemilik tempat. Selebihnya, untuk layanan plus-plus dan semuanya masuk ke kantong pribadinya.

"Pendapatan kita kecil. Tapi cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved